Kisah
Mencium Wangi Surga
Salah seorang sahabat Nabi SAW ini mencium wangi surga kala sedang berjihad di Uhud.
Anas bin Nadhar merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Lelaki dari Suku Khazraj itu sangat gembira ketika mengetahui Rasulullah SAW akan hijrah dari Makkah al-Mukarramah ke negerinya, Madinah. Sejak saat itu, ia hampir selalu membersamai beliau dalam setiap perjuangan.
Dikatakan hampir, karena pernah dirinya luput menyertai Nabi SAW dalam Perang Badar. Anas bin Malik menuturkan penyesalan sang sahabat Rasul SAW, “Pamanku, yakni Anas bin Nadhar, pernah berkata. ‘Dahulu, aku tidak ikut serta dalam perang pertama yang dilakoni Rasulullah SAW. Sungguh, sekiranya Allah mengizinkanku untuk ikut berjihad bersama beliau, Allah akan melihat apa yang akan kulakukan.’”
Dalam pandangan Nabi SAW, Anas bin Nadhar merupakan sosok yang baik. Beliau memuji tabiatnya yang cenderung pada ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Lelaki Anshar itu juga pernah mendamaikan perselisihan antarkabilah Muslim di Madinah.
Lelaki Anshar itu juga pernah mendamaikan perselisihan antarkabilah Muslim di Madinah.
Menurut Anas bin Malik, turunnya Alquran surah al-Ahzab ayat ke-23 terjadi lantaran asbabun nuzul yang berkaitan dengan pamannya itu. Ayat tersebut bila diterjemahkan adalah sebagai berikut. “Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya).”
Ya, Anas bin Nadhar telah berjanji untuk menyertai jihad Rasulullah SAW berikutnya, yakni sesudah Badar. Pada tahun ketiga Hijriyah, pecahlah perang lagi. Kaum musyrikin kembali mengusik ketenteraman kaum Muslimin. Kedua belah pihak bertemu di lembah Bukit Uhud.
Pada permulaan Perang Uhud, umat Islam sesungguhnya berada dalam posisi unggul. Strategi yang diterapkan Nabi SAW berjalan dengan baik. Alhasil, pasukan musyrikin sempat mundur. Beberapa dari mereka bahkan melarikan diri dari gelanggang pertempuran.
Salah satu taktik Rasulullah SAW ialah mengamankan kawasan bukit Uhud. Beliau pun menempatkan sejumlah pasukan berkuda di sana. Mereka ditugaskan agar selalu berada di tempat. Jangan ke mana-mana hingga musuh benar-benar telah kembali ke Makkah.
Karena mengira telah memperoleh kemenangan, pasukan berkuda ini lalu meninggalkan posnya, dan menuruni bukit.
Namun, para prajurit berkuda itu melalaikan tugasnya. Dari atas bukit, mereka seperti melihat rekan-rekan sepejuangannya di lembah sudah berhasil menyapu musuh. Bahkan, tampak beberapa harta benda milik kafir Quraisy teronggok begitu saja di atas tanah.
Karena mengira telah memperoleh kemenangan, pasukan berkuda ini lalu meninggalkan posnya, dan menuruni bukit. Inilah yang ditunggu-tunggu pasukan Quraisy yang berjaga di dekat puncak bukit. Mereka dipimpin Khalid bin Walid—yang saat itu belum memeluk Islam.
Khalid dan anak buahnya lalu mengawali serangan balik. Pasukan Muslim sangat terkejut dengan serbuan itu. Dalam waktu singkat, mereka pun tercerai berai dan berhamburan ke segala arah. Situasi menjadi kacau balau.
Kemudian, tersiar kabar bahwa Nabi SAW telah gugur akibat serangan mendadak itu. Berita tersebut segera meruntuhkan moril sebagian besar pasukan Muslimin. Bahkan, beberapa orang Islam terduduk lemas, seakan-akan tidak lagi berdaya mengangkat pedang.
Berbeda dengan mereka, Anas bin Nadhar tidak patah semangat. “Mengapa kalian hanya duduk-duduk saja!?” tanya dia.
“Kami mendengar kabar bahwa Rasulullah SAW telah terbunuh,” jawab mereka.
“Kalau begitu, apalagi yang akan kalian perbuat setelah beliau wafat? Berdirilah! Bangkitlah! Gugurlah dengan cara sebagaimana beliau meninggalkan dunia!” ujar Anas membakar semangat para sahabat.
Mereka pun langsung melanjutkan perjuangan. Tidak ada lagi bayang-bayang keraguan dalam mata mereka. Sementara itu, Anas tiba-tiba terpana melihat puncak Uhud. Sa’ad bin Mu’adz, yang berada di dekatnya, langsung berseru, “Wahai Anas, ada apa!?”
Demi Allah, aku mencium wangi surga datang dari arah Bukit Uhud! Aku akan ke sana.
“Demi Allah, aku mencium wangi surga datang dari arah Bukit Uhud! Aku akan ke sana!” jawabnya sembari bergegas pergi.
Usai berkata demikian, ia segera menuju medan peperangan di lokasi tersebut. Tidak sedikitpun rasa takut menghampiri hatinya. Dengan penuh semangat jihad fii sabilillah, dirinya melawan setiap prajurit kafir di hadapannya.
Bagaimanapun, jumlah musuh tidak lagi dapat diimbangi Muslimin. Banyak sahabat yang gugur dalam pertempuran ini. Begitu pula dengan Anas bin Nadhar. Lelaki Anshar itu menemui ajalnya di puncak Bukit Uhud.
Sesudah perang usai, menjadi jelaslah bagi Muslimin bahwa Rasulullah SAW masih hidup. Beliau “hanya” mengalami luka-luka parah pada bagian-bagian tubuhnya.
Nabi SAW kemudian memerintahkan Muslimin untuk mengevakuasi jenazah-jenazah para syuhada. Di puncak Uhud, terdapat jasad yang tampak dalam kondisi mengenaskan. Wajahnya tidak lagi bisa dikenali. Badannya terkoyak, menandakan begitu banyak serangan yang telah diterima sang syuhada.
Kurang lebih, terdapat 80 luka pada jenazah tersebut. Hanya saudara perempuannya yang dapat mengenali identitasnya sebagai Anas bin Nadhar. Itu setelah dirinya melihat pada ujung jemari almarhum.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kawin Lari, Bagaimana Hukumnya?
Kawin lari terjadi manakala hubungan sepasang kekasih tak direstui orang tua.
SELENGKAPNYATanwir Tetapkan 27 Calon Tetap PP Nasyiatul Aisyiyah
Muktamar NA diharapkan menghasilkan calon pemimpin muda ‘Aisyiyah pada masa depan.
SELENGKAPNYAMeneguhkan Dakwah Purifikasi Sosial
Metode dakwah kultural menekankan pentingnya berdakwah melalui beragam budaya.
SELENGKAPNYA