Menghafal Alquran dengan Metode Sabaq Sabqi/Santri Pesantren Abu Abdillah Al-Islami Lombok, NTB | Dokpri

Muhibah

Menghafal Alquran dengan Metode Sabaq Sabqi

Santri di tingkat SMP ditargetkan lulus dengan memiliki hafalan Alquran sebanyak 5 juz.

Oleh Pesantren Abu Abdillah Al-Islami Lombok, NTB

Berdiri pada 2015, Pondok Pesantren Abu Abdillah Al-Islami berfokus pada pendidikan tahfiz dan bahasa Arab. Jenjang pendidikan formal yang dinaunginya, yaitu taman kanak-kanak Islam (TK), SMP Islam, dan madrasah aliyah (MA). Sementara jenjang nonformalnya, yakni taman pendidikan Al-Qur'an (TPQ) dalam bidang tahfiz Alquran.

Lokasinya di Dusun Medas, Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hingga kini ada lebih dari 200 santri yang menempuh pendidikan di sana dan 50 guru.

 
Walaupun targetnya 10 juz, banyak santri yang sanggup menyelesaikannya hingga 20 juz dan bahkan 30 juz.
USTAZ HELMI HUSNI LC Ketua Yayasan Pondok Pesantren Abu Abdillah Al-Islami
 
SHARE    

Ketua Yayasan Pondok Pesantren Abu Abdillah Al-Islami, Ustaz Helmi Husni Lc, menyampaikan, santri di tingkat SMP ditargetkan lulus dengan memiliki hafalan Alquran sebanyak 5 juz. Sedangkan, target hafalan Alquran pada santri tingkat MA yaitu 10 juz.

"Walaupun targetnya 10 juz, banyak santri yang sanggup menyelesaikannya hingga 20 juz dan bahkan 30 juz," tuturnya.

photo
Menghafal Alquran dengan Metode Sabaq Sabqi/Santri Pesantren Abu Abdillah Al-Islami Lombok, NTB - (Dokpri)
SHARE    

Ustaz Helmi menjelaskan, pendidikan nonformal TPQ diperuntukkan kalangan anak-anak hingga orang dewasa, dengan usia rata-rata 5 hingga 18 tahun. Juga terbuka kesempatan bagi orang dewasa yang belum bisa baca Alquran untuk belajar di lembaga tersebut. Target setelah lulus dari TPQ ini ialah hafal juz 30 dan bisa membaca Alquran.

"Program unggulan kami salah satunya adalah tahfiz. Banyak orang tua yang tertarik memasukkan anak-anak mereka ke sini karena diajarkan tahfiz. Mengingat masyarakat NTB yang dikenal religius," ujarnya.Walaupun targetnya 10 juz, banyak santri yang sanggup menyelesaikannya hingga 20 juz dan bahkan 30 juz.

Pembelajaran Alquran pada anak-anak TPQ, yaitu menggunakan metode talaqqi jama'i. Guru membacakan ayat suci Alquran kemudian diulangi oleh para santri. Di samping tahfiz dengan metode talaqqi, peserta didik yang baru masuk difokuskan selama 6 bulan untuk belajar tahsin, yakni membaca Alquran. "Biasanya 3-6 bulan sudah bisa baca Alquran, kemudian kita pindahkan ke tahfiz," katanya menerangkan.

Metode tahfiz Alquran kedua yang digunakan adalah pakistani atau sabaq sabqi. Dalam metode ini, santri melakukan muraja'ah atau mengulang hafalan saat menyetor hafalan baru. Misalnya, hari ini seorang santri menghafal satu surah dari ayat 1-10. Keesokannya, dia menambah hafalan baru dari ayat 11-20, dan saat menyetor hafalan tersebut disertai hafalan ayat 1-10.

Program unggulan lain yang dimiliki Pesantren Abu Abdillah Al-Islami adalah bahasa Arab. Seluruh santri pada tingkat SMP hingga MA diharuskan menggunakan bahasa Arab dalam menjalani kehidupan sehari-hari di lingkungan pondok pesantren.

"Selain bahasa Arab, juga ada bahasa Inggris. Dan untuk di TK kami, ada pengajaran bahasa Mandarin dasar. Anak-anak belajar mengenal angka 1 sampai 10 dan beberapa kosakata dalam berbagai bahasa. Ada bahasa Mandarin, Arab, dan Inggris. Ini untuk pengenalan saja," ujarnya.

Untuk ekstrakurikuler, Pesantren Abu Abdillah Al-Islami memiliki beberapa kegiatan. Di antaranya adalah sepak bola, tenis meja, pencak silat, dan kegiatan belajar grammar bahasa Inggris di luar jam formal.

Ustaz Helmi juga menyampaikan, ada lima harapan Yayasan kepada para santri. Pertama, mereka memiliki akidah yang lurus. Dia mengatakan, ini menjadi fondasi yang sangat penting karena seorang Muslim tidak akan selamat di dunia dan akhirat kecuali dengan akidah yang lurus, bersih dari segala bentuk kesyirikan, dan senantiasa beribadah kepada Allah SWT.

Kedua, berakhlak mulia kepada sesama manusia sehingga tidak membeda-bedakan kepada golongan mana harus berbuat. "Terkadang mau berbuat baik, misalnya ada yang kecelakaan, harus tahu dulu dia ini Islam atau tidak. Bukan begitu. Nabi mengajarkan kita untuk berakhlak mulia kepada sesama manusia," tutur Ustaz Helmi.

Ketiga, memperoleh ilmu yang bermanfaat lalu mengamalkannya secara istiqamah. Ustaz Helmi menuturkan, ilmu yang telah didapat selama belajar di pondok pesantren, tentu harus diamalkan untuk kebermanfaatan yang lebih luas. Keempat, berbakti kepada orang tua. Kelima, bermanfaat bagi agama dan negara.

KH Ibrahim, Penjaga Api Muhammadiyah

Kemahirannya dalam ilmu agama, terutama Alquran, tak terlepas dari didikan keluarga.

SELENGKAPNYA

Menjaga Tubuh Tetap Bugar

Setiap orang seharusnya tidak malas beraktivitas fisik selama pandemi demi menjaga kebugaran tubuhnya. 

SELENGKAPNYA

Optimal Menyehatkan Kulit

Stres dapat mempengaruhi kesehatan kulit, termasuk membuat kulit menjadi sensitif. 

SELENGKAPNYA