Al-Hamidiyah mengikuti pesantren hijau | Al Hamidiyah

Khazanah

Al-Hamidiyah Depok Ikut Program Pesantren Hijau NU

Al-Hamidiyah menjadi pesantren yang berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan.

JAKARTA -- Pesantren Al-Hamidiyah Depok menjadi salah satu dari tujuh pesantren yang diundang dalam acara Training Nasional Penggerak Pesantren Hijau. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Lembaga Amil Zakat-Infaq-Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU), Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) dan Bank Mega Syariah. Sebanyak 35 orang peserta mengikuti pelatihan ini di AONE Hotel Jakarta, (18-20/11/22).

Ketua LAZISNU Habib Ali Hasan Al Bahar menjelaskan tentang pentingnya umat Islam menjaga lingkungan, baik di darat maupun lautan. Beliau juga mengungkapkan tafsir dari Surat ar-Rahman tentang kata ala’ atau lu’lu’ yang berarti mutiara yang memancarkan.

"Jika dulu kiai pesantren mencetuskan Resolusi Jihad, maka kita saatnya merawat jagad dari pesantren. Kita terapkan fiqh bi’ah atau fikih lingkungan sesuai yang telah diajarkan para ulama. Dan kita beruntung berada di momen menjelang 1 Abad NU ini yang belum tentu ke depan kita temui lagi," tutur Sekretaris Prodi S-2 Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Acara ini dihadiri oleh banyak tokoh di antaranya; Ketua PBNU, K.H. Choirul Saleh Rasyid; Direktur Eksekutif NU Care-LAZISNU PBNU, Drs. Qohari Cholil; Wakil Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim LPBI PBNU, Maskut CandranegaraS.Pd.I, M.Pd; Pengurus RMI PBNU, H. Muhammad Rizqi Romdhon MH, M.Pd, Wakil Ketua LAZISNU PBNU, Rina Sa’adah, Lc, M.Si, Sekretaris LAZISNU PBNU, H. Moesafa, S.Fil.I; Pengurus Pusat NU Care-LAZISNU, Dr. Moch Bukhori Muslim, Lc, MA; dan lainnya. 

Aktivis lingkungan, Gus Roy Murtadho menjadi narasumber pertama dalam acara ini. Ia membawakan materi Perspektif Islam tentang Lingkungan Hidup (Fiqhul Bi’ah). “Pembalut yang dipakai perempuan tidak terurai tanah sebelum 400 tahun, nah kita di pesantren para santri putri semua memakai pembalut. Betapa berdosanya kita kepada bumi ini?”

Ia juga mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia masih berjiwa konsumtif. “Ketika kita masuk ke toko swalayan, kita gagal jadi diri kita sendiri. Ini itu semuanya serba mau. Mari kita tirakat plastik,” ungkapnya.

Narasumber kedua, Wakil Ketua LPBI PBNU Maskut Candranegara menyampaikan materi Pesantren dan Tantangan Perubahan Iklim. Ia mengatakan, perubahan iklim secara sederhana diartikan sebagai perubahan signifikan dari unsur iklim dan cuaca. Perubahan iklim terjadi diawali dengan adanya pemanasan global, yaitu kondisi dimana terjadi peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di antaranya terdiri karbon dioksida, metana, nitrogen, sehingga membuat konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer semakin meningkat.

“Untuk mencegah itu, yang bisa kita lakukan ialah di antaranya beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum, bersepeda atau berjalan kaki; kurangi penggunaan plastik, bisa dimulai dari membawa tas belanja sendiri, dan membawa botol minum sendiri; menghemat penggunaan energi listrik di rumah, misalnya dengan mematikan alat elektronik yang tidak dibutuhkan; Hindari membakar sampah serta membuang sampah pada tempatnya dengan dipilah sesuai jenisnya,” ungkap Maskut Candranegara, M.Pd.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat