Tema Utama
Selayang Pandang Muktamar ke-48 Muhammadiyah
Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah mengusung tema dan semangat kemajuan.
OLEH MUHYIDDIN
Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah telah di depan mata. Rangkaian acara itu dijadwalkan berlangsung pada 18-20 November 2022 di Surakarta, Jawa Tengah. Tema yang diusung di dalamnya adalah “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta” serta “Perempuan Berkemajuan, Mencerahkan Peradaban Bangsa".
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menjelaskan, kedua tema itu menggambarkan derap kemajuan yang telah diwujudkan dan terus diupayakan organisasi masyarakat (ormas) Islam tersebut. Menurut dia, semua warga serta seluruh institusi Persyarikatan Muhammadiyah mesti terlibat aktif dan dinamis dalam memajukan gerakan ini.
“Tidak hanya menembus aspek kuantitas, tetapi lebih kuat lagi, yakni pada aspek kualitas, yang unggul atau di atas rata-rata. Dengan demikian, Muhammadiyah menjadi contoh representasi umat Islam dan bangsa Indonesia yang berkarakter khaira ummah/,” ujar Haedar Nashir kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Kemajuan Muhammadiyah juga berarti kemajuan umat Islam dan Indonesia. Sumbangsih organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan tersebut sangat terasa di tengah masyarakat. Misalnya, dalam bidang mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai amanah UUD 1945. Muhammadiyah menaungi banyak sekali institusi pendidikan.
Berdasarkan data Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diklitbang) PP Muhammadiyah hingga Oktober 2022, ada sebanyak 172 perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA). Itu meliputi universitas, sekolah tinggi, akademi, institut, dan politeknik. Jumlah tersebut belum lagi mencakup sekian banyak madrasah dan pesantren yang dikelola ormas ini.
Adapun dalam bidang pelayanan kesehatan, Muhammadiyah memiliki tidak kurang dari 119 unit rumah sakit (RS) dan seribu poliklinik di seluruh Indonesia. Ke depannya, lanjut Haedar, pihaknya berikhtiar membangun RS level internasional. Dengan demikian, diharapkan masyarakat yang memiliki ketergantungan berobat ke luar dapat beralih ke dalam negeri.
Guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu mengatakan, pihaknya juga menjawab tantangan zaman dengan selalu kontekstual dan relevan. Sebagai contoh, pada 2021 lalu Muhammadiyah meluncurkan Universitas Siber Muhammadiyah (SiberMu). Keberadaan kampus tersebut menjadi salah satu respons Persyarikatan dalam menghadapi era digital. Di samping itu, gerakan ini juga kian mengintensifkan dakwah melalui platform-platform internet.
Sementara itu, internasionalisasi amal usaha pendidikan Muhammadiyah tidak hanya melalui pendirian sekolah-sekolah—seperti di Australia, Malaysia, atau Mesir—melainkan juga universitas. Sejak 2021, ormas ini mendirikan kampus Indonesia pertama di luar negeri, Universiti Muhammadiyah Malaysia (Umam). Baru-baru ini pun, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berencana membuka cabang di Korea Selatan.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti mengatakan, tema Muktamar ke-48 itu menegaskan komitmen Muhammadiyah dalam memajukan Indonesia, sebagaimana amanah Mukaddimah UUD 1945. Ia menjelaskan, penegasan tersebut didasari dua hal, yakni tanggung jawab sejarah dan mengemban tugas masa depan.
Sejarah mencatat, Muhammadiyah turut berperan dalam perjuangan dan pembentukan negara Indonesia. Karena itu, lanjut Abdul Mu’ti, Persyarikatan mesti mengisi kemerdekaan dengan pemikiran dan perbuatan nyata yang menuai maslahat seluas-luasnya. Sementara itu, tugas masa depan berkaitan dengan tujuan organisasi ini, yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Menurut dia, Indonesia kini mengalami masalah-masalah krusial dalam pelbagai bidang. “Yang sangat serius adalah moralitas bangsa. Dekadensi moral begitu kasat mata. Hukum tidak berdaulat. Bahkan, hukum dirusak sebagian aparatur penegak hukum itu sendiri,” kata guru besar UIN Syarif Hidayatullah itu kepada Republika.
Tema Muktamar ke-48 juga menekankan semangat Muhammadiyah dalam meneguhkan perannya di level internasional. Semangat mengglobal sesungguhnya tampak dari nama gerakan ini: ‘pengikut Nabi Muhammad SAW’ (Muhammadiyah). “Rasulullah SAW diutus untuk mencerahkan semesta, membebaskan manusia dari kegelapan,” ujar Abdul Mu’ti.
View this post on Instagram
Dalam konteks kini, wajah Islam di dunia tidak jarang dilekatkan dengan citra kekerasan, ekstremisme, terorisme, atau keterbelakangan serta kemiskinan. Semua kesan negatif itu sesungguhnya sangat jauh dari esensi agama ini. Maka, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah turut serta menunjukkan wajah Islam yang sebenarnya.
“Persyarikatan memiliki modal sosial dan politik yang memadai untuk itu,” katanya.
Terbukti, ormas yang berdiri sejak 109 tahun lalu itu kian memperluas kiprahnya di mancanegara. Bukan hanya melalui para tokoh yang aktif di cabang-cabang istimewa Muhammadiyah, kampus-kampus top dunia, maupun kegiatan relawan kemanusiaan global. Persyarikatan juga membantu dan memberdayakan kaum mustadh'afin di berbagai negara, semisal rakyat Palestina atau para pengungsi Rohingya.
Hal lain yang terus dibangun ialah titik temu antarbudaya dan peradaban. Abdul Mu’ti menuturkan, Muhammadiyah selalu hadir dalam upaya-upaya dialog, baik antarsesama komunitas Muslim maupun lintas agama. Sebagai contoh, tiap dua tahun, Persyarikatan bekerja sama dengan Cheng Ho Multiculture Education Trust, Faith to Action Network (F2A), dan Centre for Dialogue and Cooperation Among Civilizations (CDCC) Indonesia dalam menyelenggarakan World Peace Forum (WPF).
“WPF Kedelapan pada tahun ini diselenggarakan di Surakarta, sebagai rangkaian kegiatan Muktamar Muhammadiyah,” ucapnya.
View this post on Instagram
Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini mengatakan, muktamar merupakan sebuah ajang untuk kian memantapkan dasar arsitektur gerakan perempuan Islam. Ada beberapa agenda terkait itu. Di antaranya adalah memasyarakatkan pandangan Islam Berkemajuan di ranah keluarga, masyarakat-umat, serta kehidupan kebangsaan dan kemanusiaan global.
Menurut Siti Noordjannah, visi Islam Berkemajuan meneguhkan pemikiran moderat dan kritis sekaligus konstruktif. Ini merupakan jalan tengah di antara pandangan yang di satu sisi cenderung konservatif sehingga mendomestikasi peran perempuan dan, di sisi lain, pandangan liberal-sekuler.
“’Aisyiyah hadir memberikan pemikiran alternatif sebagai kekuatan ummatan wasatha,” katanya, dilansir dari laman resmi ‘Aisyiyah.
Jalannya muktamar
Ketua Panitia Pusat Muktamar ke-48 Muhammadiyah, KH Marpuji Ali, memaparkan, hingga kini tidak kurang dari lima ribu orang telah mengonfirmasi kehadiran dalam muktamar nanti. Mereka sebagai anggota muktamar atau utusan struktural Muhammadiyah-‘Aisyiyah, mulai dari level PP hingga cabang-cabang.
Di luar para anggota itu, masih ada peserta dan peninjau. Diperkirakan, jumlahnya mencapai 100 ribu orang. Ia mengatakan, peserta adalah perwakilan majelis-majelis dan lembaga atau biro di tingkat PP Muhammadiyah. “Peserta muktamar itu berhak berbicara, tapi tidak berhak bersuara. Artinya, ia tidak akan ikut memilih (ketua umum),” ujar Kiai Marpuji kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Ia memperkirakan, akan ada sekitar tiga juta orang yang memeriahkan Muktamar ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah di lokasi, yakni kampus UMS, Jateng. Mereka dapat mengunjungi pelbagai bazaar, pameran, atau sesi pembukaan.
Ada kebaruan mekanisme dalam pemilihan ketua umum dan anggota PP Muhammadiyah dalam Muktamar ke-48 nanti. Untuk pertama kalinya, sistem pemungutan suara secara elektronik (e-voting) akan dipakai.
Mekanisme itu dimulai dari penjaringan bakal calon yang berasal dari unsur-unsur pimpinan pusat, pimpinan wilayah, dan organisasi otonom (ortom) tingkat pusat. Dalam tahap awal, terjaring 216 nama bakal calon.
Kemudian, jumlah itu dikerucutkan lagi hingga menjadi 34 nama calon. Mereka ini dipilih melalui sistem e-voting. Setelah itu, dilanjutkan dengan memilih 13 anggota PP Muhammadiyah. Selanjutnya, usai terpilih ke-13 figur tersebut, digelarlah musyawarah guna menentukan sosok ketua umum dan sekretaris umum PP Muhammadiyah masa bakti mendatang.
View this post on Instagram
Lini Masa Muktamar Muhammadiyah
· Muktamar (Algemene Vergadering) Pertama pada tahun 1912 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Algemene Vergadering) Kedua pada tahun 1913 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Algemene Vergadering) Ketiga pada tahun 1914 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Algemene Vergadering) Keempat pada tahun 1915 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Algemene Vergadering) Kelima pada tahun 1916 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Algemene Vergadering) Keenam pada tahun 1917 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Algemene Vergadering) Ketujuh pada tahun 1918 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Algemene Vergadering) Kedelapan pada tahun 1919 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Algemene Vergadering) Kesembilan pada tahun 1920 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Algemene Vergadering) ke-10 pada tahun 1921 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Algemene Vergadering) ke-11 pada tahun 1922 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Perkumpulan Tahunan) ke-12 pada tahun 1923 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Congres) ke-13 pada tahun 1924 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Congres) ke-14 pada tahun 1925 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Congres) ke-15 pada tahun 1926 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Surabaya
· Muktamar (Congres) ke-16 pada tahun 1927 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Pekalongan
· Muktamar (Congres) ke-17 pada tahun 1928 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Congres) ke-18 pada tahun 1929 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Surakarta
· Muktamar (Congres) ke-19 pada tahun 1930 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Bukittinggi
· Muktamar (Congres) ke-20 pada tahun 1931 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Congres) ke-21 pada tahun 1932 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Makassar
· Muktamar (Congres) ke-22 pada tahun 1933 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Semarang
· Muktamar (Congres) ke-23 pada tahun 1934 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Congres) ke-24 pada tahun 1935 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Banjarmasin
· Muktamar ke-25 (Congres Seperempat Abad) pada tahun 1936 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Jakarta
· Muktamar (Congres) ke-26 pada tahun 1937 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Congres) ke-27 pada tahun 1938 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Malang
· Muktamar (Congres) ke-28 pada tahun 1939 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Medan
· Muktamar (Congres) ke-29 pada tahun 1940 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar (Congres) ke-30 pada tahun 1941 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Purworejo (batal karena SOB)
· Muktamar Darurat (Congres Dharurot) pada tahun 1944 oleh oofdbestuur (HB) Moehammadijah untuk cabang-cabang Persyarikatan se-Jawa Baru
· Muktamar Darurat (Congres Dharurot) pada tahun 1946 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah untuk cabang dan ranting Persyarikatan seluruh Jawa-Madura
· Muktamar ke-31 pada tahun 1950 oleh Hoofdbestuur (HB) Moehammadijah di Yogyakarta
· Muktamar ke-32 pada tahun 1953 oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Purwokerto
· Muktamar ke-33 pada tahun 1956 oleh PP Muhammadiyah di Palembang
· Muktamar ke-34 pada tahun 1959 oleh PP Muhammadiyah di Yogyakarta
· Muktamar ke-35 (Muktamar Setengah Abad atau Muktamar Anugerah) pada tahun 1962 oleh PP Muhammadiyah di Jakarta
· Muktamar ke-36 pada tahun 1965 oleh PP Muhammadiyah di Bandung
· Muktamar ke-37 pada tahun 1968 oleh PP Muhammadiyah di Yogyakarta
· Muktamar ke-38 pada tahun 1971 oleh PP Muhammadiyah di Ujung Pandang (Makassar)
· Muktamar ke-39 pada tahun 1975 oleh PP Muhammadiyah di Padang
· Muktamar ke-40 pada tahun 1978 oleh PP Muhammadiyah di Surabaya
· Muktamar ke-41 pada tahun 1985 oleh PP Muhammadiyah di Surakarta
· Muktamar ke-42 pada tahun 1990 oleh PP Muhammadiyah di Yogyakarta
· Muktamar ke-43 pada tahun 1995 oleh PP Muhammadiyah di Aceh
· Muktamar ke-44 pada tahun 2000 oleh PP Muhammadiyah di Jakarta
· Muktamar ke-45 pada tahun 2005 oleh PP Muhammadiyah di Malang
· Muktamar ke-46 (Muktamar Satu Abad) pada tahun 2010 oleh PP Muhammadiyah di Yogyakarta
· Muktamar ke-47 pada tahun 2015 oleh PP Muhammadiyah di Makassar
· Muktamar ke-48 pada tahun 2022 oleh PP Muhammadiyah di Surakarta
sumber: muhammadiyah.or.id
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Muktamar Muhammadiyah Dalam Sejarah
Setiap muktamar merepresentasikan tonggak sejarah Muhammadiyah.
SELENGKAPNYAMuhammadiyah Gelar Muktamar Daring
Muhammadiyah ingin berperan lebih aktif dan konstruktif dalam kehidupan kebangsaan
SELENGKAPNYASaatnya Penulis Indonesia Mendunia
IIBF menjadi peluang penulis Indonesia untuk mendunia.
SELENGKAPNYA