Liputan Khusus
Menjadi Penerang Saat Dunia Suram
Indonesia sebagai titik terang saat ekonomi dunia suram.
OLEH IRFAN JUNAIDI
Pemimpin Redaksi Republika
Dunia tidak sedang baik-baik saja. Kabar tentang ancaman pemburukan ekonomi secara global bukan lagi jadi rahasia. Tiga pukulan telak mendarat di negara-negara berkembang dan emerging market. Ketiganya adalah nilai tukar dolar yang menguat, biaya pinjaman yang tinggi, dan capital outflow.
Pandemi sudahlah pasti memberi kontribusi signifikan bagi pemburukan ini. Aktivitas perekonomian sangat melambat atau bahkan di beberapa sektor berhenti total. Begitu pandemi mereda, perang Rusia-Ukraina mulai berkobar dan menjadi ‘pandemi’ baru bagi perekonomian global. Kondisi ini membuat banyak sekali rantai pasok dunia menjadi terganggu.
Pastilah ada yang diuntungan oleh situasi perang tersebut. Tapi yakinlah, warga dunia ini banyak mengalami kerugian dari berbagai gangguan yang ditimbulkan oleh perang kedua negara itu. Gangguan rantai pasok dunia telah menimbulkan perlambatan ekonomi sulit diantisipasi.
Krisis pangan di beberapa wilayah juga bukan isapan jempol. Di tengah rantai pasok yang mengalami gangguan, badai inflasi pun membuat harga makanan melambung tinggi.
Lalu bagaimana dengan nasib negeri ini? Dampak dari berbagai ketidakpastian global tentu memberi gangguan tersendiri. Namun demikian indikator perekonomian nasional menunjukkan situasi yang lebih optimistik.
Bahkan Direktur Pelaksana Dana Moneter International (IMF) Kristalina Georgiva, menyebut Indonesia sebagai titik terang saat ekonomi dunia suram. Kombinasi antara pilihan kebijakan yang tepat dan tereksekusi dengan baik serta kekayaan sumber daya menjadi faktor yang menguatkan daya tahan negeri ini menghadapi suramnya dunia.
Indonesia sebagai titik terang saat ekonomi dunia suram.
Kristalina Georgiva, Direktur Pelaksana IMF
Positioning Indonesia yang mudah diterima dalam pergaulan global menjadi modal penting dalam membangun sinergi ekonomi secara luas. Hal ini memudahkan Indonesia dalam memitigasi berbagai risiko bencana ekonomi yang kian mengancam.
Peran pemerintah menjadi sangat sentral dalam memelihara posisi Indonesia yang semakin diperhitungkan dalam percaturan global.
Presidensi G-20 tahun ini juga memberi keuntungan bagi Indonesia untuk bisa mendorong agenda-agenda penting kebangkitan dunia dari kesuraman. Karena memang situasi sulit ini tidak mungkin bisa diatasi hanya oleh segelintir negara. Kerja sama berbagai negara sangat diperlukan untuk bisa kuat bertahan menghadapi gelombang besar ketidakpastian global ini.
Tiga tahun sudah pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengawal negeri ini menghadapi pandemi yang dilanjut dengan ancaman resesi di berbagai belahan bumi.
Tidaklah mudah menahkodai negeri sebesar Indonesia dalam melayari gejolak dunia yang tak tentu arah. Ada banyak langkah yang telah diambil untuk mengantarkan bangsa hingga pada situasi seperti saat ini. Semua itu sangat penting untuk bisa dijadikan bahan refleksi yang akan membawa langkah kita ke depan menjadi lebih baik.
Kali ini secara khusus Republika menghadirkan edisi tiga tahun pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin untuk menjadi rekaman sejarah bagi bangsa ini. Semoga edisi khusus ini juga bisa menjadi bahan evaluasi untuk kita bisa terus semakin dewasa dalam merawat dan mencintai Indonesia.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Keuangan Syariah Tetap Lincah pada Masa Menantang
Saat pandemi saja, pertumbuhan ekonomi syariah tetap bisa dua angka.
SELENGKAPNYAAgar Orang Papua tak Lagi Terpinggirkan
Kebijakan pemekaran daerah otonomi baru (DOB) oleh pemerintah dan DPR menyisakan banyak tantangan.
SELENGKAPNYAPercaya Diri Kendalikan Pandemi
Vaksin buatan dalam negeri sebagai pengejawantahan dalam mewujudkan ketahanan kesehatan.
SELENGKAPNYA