Petani menunjukkan tomat hasil panennya di Desa Salu Dewata, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Rabu (10/8/2022). Petani setempat mengaku harga tomat di daerah itu turun dari Rp 7.500 per kilogram menjadi Rp 5.000 per kilogram karena menurunnya kualita | ANTARA FOTO/Arnas Padda/YU

Tajuk

Ancaman Iklim Kritis

Dampak perubahan iklim itu kini kian terasa. Untuk itu, diperlukan langkah strategis melibatkan semua unsur.

Perubahan iklim berdampak luas pada kehidupan masyarakat. Bahkan kini diprediksi ilmuwan berada pada titik kritis yang bisa makin serius. Ada sejumlah indikator memperkuat sinyalemen itu.

Berdasarkan kajian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), laju kenaikan suhu dalam 42 tahun terakhir di Indonesia rata-rata 0,02 hingga 0,44 derajat Celsius per dekade. Tren kenaikan ini diproyeksikan berkelanjutan bila tak dilakukan mitigasi serius.

Pada akhir abad ke-21, jika mitigasi itu tak dilakukan, kenaikan suhu permukaan di di kota-kota besar wilayah Indonesia bisa 3 derajat celsius. Diprediksi, tertinggi mencapai 0,47 derajat celsius terjadi di Kalimantan Timur.

Gletser di Puncak Jayawijaya berdasarkan hasil riset BMKG saat ini hanya tinggal kurang lebih 2 kilometer persegi atau satu persen dari luas awannya, yakni sekitar 200 kilometer persegi. Perubahan iklim telah pada batas kritis yang menjadi tantangan besar bagi Indonesia.

 
Gletser di Puncak Jayawijaya berdasarkan hasil riset BMKG saat ini hanya tinggal kurang lebih 2 kilometer persegi atau satu persen dari luas awannya, yakni sekitar 200 kilometer persegi. 
 
 

Perhitungan BMKG terkait proyeksi perubahan iklim di Indonesia tak hanya itu. Tinggi permukaan laut diperkirakan meningkat 0,6-1,2 cm per tahun. Salinitas air meningkat 0,3 hingga 0,2 psu per dekade. Rata-rata suhu permukaan laut meningkat 0,25 derajat celsius per dekade.

Dampak lain perubahan iklim adalah tingkat curah hujan. Pada musim kemarau menjadi lebih kering dan pada musim hujan lebih basah. Gelombang laut naik kurang dari 1 meter dan bisa mencapai lebih dari 1,5 meter.

Ketidakstabilan cuaca ini, salah satu penyebab sejumlah bencana di Tanah Air. Saat ini, cuaca ekstrem tampak pada pola bencana hidrometeorologi basah dan kering dalam waktu bersamaan. Pada satu wilayah memungkinkan terjadi banjir, tanah longsor diiringi kekeringan dan kebakaran hutan.

Dampak perubahan iklim itu kini kian terasa. Untuk itu, diperlukan langkah strategis melibatkan semua unsur. Pola pengendalian dan pencegahan dini bencana mesti ditangani dari hulu hingga hilir.

 
Dampak lain perubahan iklim adalah tingkat curah hujan. Pada musim kemarau menjadi lebih kering dan pada musim hujan lebih basah. Gelombang laut naik kurang dari 1 meter dan bisa mencapai lebih dari 1,5 meter.
 
 

Informasi awal kemungkinan terjadinya bencana alam mesti tervalidasi dengan baik. Informasi itu kemudian disampaikan kepada pemangku kepentingan secara cepat. Selanjutnya, sinergi dan kolaborasi antara pencegahan dan penanganan bencana harus berjalan seiring.

BMKG sebagai lembaga penyedia informasi, mesti saluran komunikasi yang baik dengan pemangku kepentingan di pusat dan daerah. Adapun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di pusat maupun daerah bertindak sigap menanangani bencana sekecil apa pun.

Sinergi ini penting guna meminimalkan potensi jumlah korban jiwa maupun kerusakan sarana dan prasarana infrastruktur. Bencana alam bisa diminimalkan dampaknya pada korban jiwa dengan pembangunan infrastruktur dan tata kota yang bagus.

Jika korban jiwa tak bisa dihindarkan, setidaknya sarana dan prasarana kesehatan tersedia dengan baik sehingga kesehatan masyarakat cepat pulih. Tak kalah penting, memitigasi dampak buruk pada rantai pasok pangan.

 
Sebagai negara yang berada di wilayah deretan cincin api, Indonesia mesti menyiagakan itu semua. Bencana alam bisa terjadi kapan pun, tanpa bisa diprediksi. 
 
 

Pusat pangan dan lumbung terkait penyediaan kebutuhan pokok mesti disiapkan. Ditempatkan pada titik-titik strategis yang mudah terhubung dengan beberapa wilayah atau daerah. Pasokan energi untuk kebutuhan keseharian masyarakat juga mesti dicarikan solusinya.

Sebagai negara yang berada di wilayah deretan cincin api, Indonesia mesti menyiagakan itu semua. Bencana alam bisa terjadi kapan pun, tanpa bisa diprediksi. Bencana alam juga bisa merusak apa saja, tapi infrastruktur dan pasokan pangan serta energi tetap berfungsi.

Hal itu tak bisa mewujud jika kesadaran masyarakat terhadap potensi bencana alam dan daya rusaknya tidak tertanam. Masyarakat mesti diedukasi.

Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, menanamkan kesadaran merawat lingkungan menjadi modal  dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Kurikulum soal pentingnya merawat lingkungan bagi anak-anak memungkinkan mereka punya kesadaran.

Sanksi tegas bagi perusak lingkungan menjadi poin penting selanjutnya. Tidak ada keringanan bagi mereka yang mengotori tempat satu-satunya manusia bertempat tinggal. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Muhammadiyah Lebarkan Sayap ke Sydney

PP Muhammadiyah kini bersiap melebarkan sayap dengan membangun sekolah di Sydney.

SELENGKAPNYA

Saat Indonesia Menggugat

Sebagai imbalan penyerahan kedaulatan, Belanda mendapat bayaran 4,5 miliar gulden dari Indonesia.

SELENGKAPNYA

Hoegeng, Jenderal Polisi yang Menyejukkan

Hoegeng berani menolak sogokan dan membongkar ketidakbenaran.

SELENGKAPNYA