Tajuk
Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed
Setiap The Fed menaikkan suku bunga, akan sangat memengaruhi negara-negara berkembang.
Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, resmi menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, Rabu (27/7). Suku bunga The Fed kini berada di kisaran 2,25 persen-2,5 persen.
The Fed menghadapi tekanan inflasi yang cukup mengkhawatirkan dalam 40 tahun terakhir. Kenaikan terbaru ini membuat kenaikan kumulatif Juni-Juli menjadi 150 basis poin, atau kenaikan tertinggi sejak era price-fighting saat The Fed dipimpin Paul Volcker pada awal 1980-an.
The Fed ingin mengembalikan inflasi di Amerika Serikat di kisaran 2 persen dari sepanjang tahun ini hingga Juni 2022 sebesar 9,1 persen. Gejolak inflasi yang begitu tajam tersebut membuat ekonomi negara adidaya ini tertekan.
Setiap The Fed menaikkan suku bunga tak bisa dimungkiri akan sangat memengaruhi negara-negara berkembang. Sebab, dengan naiknya suku bunga The Fed, dolar Amerika Serikat (AS) akan perkasa terhadap mata uang negara-negara berkembang.
Setiap The Fed menaikkan suku bunga tak bisa dimungkiri akan sangat memengaruhi negara-negara berkembang.
Nilai tukar mata uang sejumlah negara akan melemah karena banyak investor yang memburu dolar AS. Akibat melemahnya nilai tukar mata uang sejumlah negara berkembang, akan berpengaruh terhadap ekonomi negara-negara tersebut.
Bukan hanya soal cadangan devisa yang terancam, melainkan juga kemampuan membayar impor mereka juga terganggu. Besarnya pengaruh kenaikan suku bunga The Fed terhadap negara berkembang bisa dipahami karena mata uang dolar AS mendominasi lebih dari 60 persen transaksi dunia.
Lalu bagaimana pengaruhnya dengan Indonesia? Sebenarnya tidak jauh berbeda. Tahun-tahun sebelum pandemi, setiap kali The Fed menaikkan suku bunga, rupiah juga melemah yang kemudian biasanya diantisipasi Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga acuan.
Tekanan biasanya juga dialami oleh pasar modal di dalam negeri. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia biasanya terkoreksi karena banyak investor yang meninggalkan lantai bursa dan memborong dolar AS karena investasi di pasar uang lebih menjanjikan.
Namun untuk kali ini, sepertinya Indonesia tidak termasuk negara yang mendapat dampak buruk dari langkah The Fed menaikkan suku bunga.
Namun untuk kali ini, sepertinya Indonesia tidak termasuk negara yang mendapat dampak buruk dari langkah The Fed menaikkan suku bunga. Setidaknya untuk saat ini. Karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru ditutup menguat.
Rupiah dalam perdagangan, Kamis (28/7), ditutup menguat 88 poin atau 0,59 persen ke posisi Rp14.922 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya di Rp 15.010 per dolar AS.
IHSG pun ditutup pada level 6.956,82 di perdagangan kemarin. Angka tersebut naik 58,60 poin atau 0,85 persen dari penutupan perdagangan hari sebelumnya di posisi 6.898,22.
Bukan tanpa alasan kenaikan suku bunga The Fed tak mampu ‘menghancurkan’ ekonomi nasional. Sejauh ini catatan indikator ekonomi Indonesia masih cukup menjanjikan. Cadangan devisa Indonesia masih sangat aman karena perdagangan Indonesia selalu surplus dalam enam bulan terakhir. Nilai ekspor Indonesia selalu lebih besar daripada impor.
Kenaikan sejumlah komoditas pangan memang menyeret inflasi di dalam negeri. Namun, angka inflasinya masih di bawah sejumlah negara di dunia yang berada pada kisaran 7 persen. Inflasi RI melonjak 4,35 persen secara tahunan pada Juni 2022 .
Kenaikan sejumlah komoditas pangan memang menyeret inflasi di dalam negeri. Namun, angka inflasinya masih di bawah sejumlah negara di dunia yang berada pada kisaran 7 persen.
Sementara secara tahunan, inflasi inti Juni 2022 mencapai 2,63 persen. Inflasi inti adalah inflasi yang mencerminkan antara keseimbangan permintaan dan penawaran di dalam ekonomi nasional. Inflasi inti 2,63 persen menunjukkan, permintaan di dalam negeri itu meningkat, tetapi masih terpenuhi dengan kapasitas produksi nasional. Inflasi inti ini juga yang membuat Bank Indonesia masih menahan suku bunga acuan di level 3,5 persen.
Langkah BI yang mempertahankan suku bunga pekan lalu, justru direspons pasar karena mencerminkan kepercayaan otoritas bank sentral dan pemerintah terhadap kondisi ekonomi Indonesia yang masih cukup baik.
Walaupun demikian, kita jangan besar kepala dan lengah karena nilai tukar rupiah dan IHSG yang masih positif. Apalagi, ancaman resesi global masih terus menghantui. Harga minyak dunia yang melambung membuat subsidi yang dikeluarkan pemerintah membengkak dan menggerogoti anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Jika kita tidak hati-hati, bukan tidak mungkin Indonesia akan termasuk negara yang ikut terkapar akibat kondisi ekonomi global yang memburuk.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Perlu Regulasi Haji Furada
Adanya regulasi bisa memberikan perlindungan kepada jamaah dan PIHK.
SELENGKAPNYASeduhan Kopi Sarat Teknologi
Teknologi menawarkan banyak kemudahan dalam proses menghadirkan secangkir kopi nikmat.
SELENGKAPNYA