Sejumlah pengunjuk rasa mengikuti aksi protes di Seoul, Korea Selatan, Rabu (8/6/2022). (ilustrasi) | AP/Lee Jin-man

Internasional

Lunch-flation Desak Karyawan Korsel Cari Akal

Menurut PBB, harga pangan global melonjak 23 persen bulan lalu dari tahun sebelumnya.

OLEH DWINA AGUSTIN

Pekerja kantor Park Mi-won (62 tahun) tidak pernah membeli makanan kemasan dari toko serba ada. Namun, restoran favoritnya baru-baru ini menaikkan harga lebih dari 10 persen. Kenaikan harga ini akibat dari inflasi Korea Selatan (Korsel) melonjak ke rekor tinggi dalam 14 tahun.

"Setelah harga naik, saya pergi ke toko serba ada, karena menurut saya harganya masuk akal sementara makanannya juga enak," kata Park, Rabu (29/6). 

Toko serba ada kian populer karena menawarkan mie instan murah, roti lapis, dan gimbap dengan harga di bawah lima dolar AS. Pekerja seperti Park harus mencari cara untuk memangkas biaya hidup.

Jaringan toko serba ada Korsel GS25 membukukan peningkatan lebih dari 30 persen dalam penjualan makanan instan pada Januari-Mei dibandingkan tahun lalu. Toko serba ada CU dan 7-Eleven pun telah melihat lonjakan permintaan yang serupa. Sementara Emart24 melihat lonjakan 50 persen dalam penjualan kotak makan siang di kawasan perkantoran. 

Harga hidangan restoran di Korsel naik 7,4 persen bulan lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini laju tercepat dalam 24 tahun terakhir.

Kondisi kenaikan harga makan siang ini mendapatkan julukan lunch-flation, yang mengingatkan kita pada kata inflation. Menurut statistik pemerintah, harga hidangan favorit seperti galbitang atau daging sapi rebus dengan nasi melonjak 12,2 persen dan naengmyun atau mie dingin naik 8,1 persen.

Harga makanan di toko serba ada memang mengalami kenaikan juga. Namun, harganya tetap jauh lebih rendah.

Menurut PBB, harga pangan global melonjak 23 persen bulan lalu dari tahun sebelumnya. Perang Ukraina dan Rusia telah mempengaruhi pasokan biji-bijian dari kedua negara dan menyebabkan harga energi serta pupuk melonjak.

Bank of Korea memperkirakan, setiap kenaikan harga produk pertanian impor sebesar satu persen akan menaikkan harga makanan olahan 0,36 persen pada tahun depan. Kenaikan itu juga membuat makanan restoran naik 0,14 persen dalam tiga tahun ke depan. Tampaknya, kenaikan sudah ada di ambang pintu.

"Faktanya, saya perlu menaikkan harga lebih tinggi lagi," kata Lee Sang-jae,yang menjalankan restoran galbitang di distrik pusat Seoul. Ia telah menaikkan harga dua kali tahun ini, menjadi 12.000 won dari 10.000 won.

"Sebaliknya, saya menyerahkan sebagian dari margin keuntungan saya, karena saya juga harus mempertimbangkan dompet pekerja kantoran akhir-akhir ini," ujarnya.

Dalam survei yang dilakukan oleh perusahaan sumber daya manusia Incruit bulan lalu, 96 persen dari 1.004 pekerja kantoran mengatakan sekarang merasa harga makan siang membebani. Beberapa di antaranya hampir setengahnya mencari cara untuk memotong pengeluaran makan siang.

Tapi, waktu makan siang dianggap sakral di kalangan pekerja kantoran di Korsel. Jam makan siang digunakan sebagai waktu berbaur dengan teman dan kolega lebih lama.

Banyak restoran kecil masih mendapat manfaat dari bangkitnya kembali budaya makan malam setelah berbulan-bulan aturan jarak sosial yang disebabkan oleh Covid-19. Namun, para ekonom memperingatkan tekanan yang berkepanjangan pada harga konsumen akan membebani konsumsi.

"Daya beli riil menyusut di tengah tekanan inflasi yang kuat," kata kepala ekonom di Meritz Securities Lee Seung-hoon. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat