Opini
Menyemai Benih Takwa di Lombok Utara
Gempa bumi tak menyurutkan tekad Arif dan Tias membangun pendidikan dan dakwah Islam di Lombok Utara.
GANA BUANA; Alumnus KMI Pondok Modern Darussalam Gontor 2007
Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor KH. Imam Zarkasyi (1910-1985) pernah berpesan, bahwa menjadi orang besar itu bukan berarti menjadi kaya atau dikagumi banyak orang. “Jika kamu mau mengajarkan Alquran walau hanya di sebuah surau kecil di desa terpencil, itu berarti kamu telah menjadi orang besar," ungkap Pak Zar, sapaan akrab beliau.
Meski sudah tiga dekade berlalu, pesan tersebut masih terekam dalam benak ribuan santri Pondok Modern Darussalam Gontor. Bagi mereka yang belum sempat bertemu beliau pun, pesan itu ‘hidup’ dalam pikiran mereka. Pesan inspiratif itu menggugah hati banyak alumnus Gontor untuk melanjutkan tugas 'kenabian': mendakwahkan Islam ke berbagai daerah, termasuk di dalamnya adalah daerah terasing, seperti yang dilakukan para ulama dahulu.
Pesan ini pula, yang menginspirasi seorang alumnus KMI Gontor Putri, Tias Nurul Fauziah (32) yang berdakwah dengan caranya sendiri mendampingi tambatan hatinya, Arif Maulana (32). Keduanya juga merupakan peraih gelar Master of Islamic Revealed Knowledge and Heritage (MIRKH) International Islamic University of Malaysia.
Berbekal gelar tersebut, pasangan ini sebenarnya sangat memungkinkan untuk tinggal di kota besar. Namun mereka memilih jalan berbeda. Tias yang berasal dari Kota Surakarta, Jawa Tengah lebih memilih mendampingi sang kekasih hidup di daerah tertinggal Kabupaten Lombok Utara.
Menjauh dari gemerlap dan ingar-bingar kota. Di sana mereka melembutkan hati dengan riyadhah dan mengamalkan pesan Pak Zar untuk menjadi orang besar dengan mengajar Al-Quran di daerah terasing.
Sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2020 tentang penetapan daerah tertinggal tahun 2020-2024, Lombok Utara merupakan satu-satunya kabupaten tertinggal di Nusa Tenggara Barat (NTB). Penyebabnya di antaranya angka kemiskinan yang tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, presentase kemiskinan di wilayah tersebut mencapai 26,99%, atau melebihi dua kali lipat dari angka presentase penduduk miskin nasional sebesar 10,19%. Angka indeks pembangunan manusia (IPM) Lombok Utara hanya 64%, belum banyak bergeser dari standar minimal 61%. Jumlah tersebut jauh tertinggal bila dibandingkan IPM Kota Mataram yang mencapai 78%. Padahal dua daerah itu hanya terpisah sekitar 60 kilometer dengan waktu tempuh dua jam perjalanan.
Daerah ini juga dikategorikan rawan bencana. Gempa tahun 2018 mengguncang wilayah Lombok Utara begitu dahsyat. Ratusan korbannya meninggal dunia. Bencana alam ini menyisakan tangis serta trauma berkepanjangan hingga detik ini.
Menginisiasi PAUD
Untuk keluar dari ketertinggalan, Lombok Utara harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu kuncinya adalah meningkatkan pendidikan. Warga harus menjalani pendidikan sejak kecil, seperti melalui pendidikan anak usia dini (PAUD).
Satuan pendidikan ini sudah banyak berdiri di banyak daerah. Di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, jumlahnya mencapai ribuan. Di Kota Mataram terdapat 333 PAUD. Sedangkan di Kabupaten Lombok Utara lebih sedikit lagi, yaitu 214 PAUD, terpaut (jauh) 119 angka dibandingkan dengan jumlah PAUD di Mataram. Ini berarti masyarakat masih mengalami kesulitan mengakses PAUD.
Untuk memudahkan anak menjangkau pendidikan usia dini, pasangan ini menginisiasi pendirian taman bermain. Lokasinya di sekitar rumah sendiri, Desa Tanjung, Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2017.
Mulanya anak – anak keluarga dekat yang bermain di sana. Namun lambat laun, bocah yang datang dan bermain di sana semakin bertambah. Mereka asyik berlarian, belajar, dan bergembira bersama, meski dalam keterbatasan.
Taman bermain itu memanfaatkan area pekarangan rumah seluas seribu meter persegi. Suasananya rindang dipayungi pohon dan disejukkan semilir angin.
Pada akhir 2017, Tias nekat membuka pendaftaran PAUD. "Saya membatin, apa iya bisa mendirikan PAUD, Bagaimana dengan status yang belum diakui pemerintah, sumber daya kami ketika itu sungguh terbatas.” Namun permasalahan itu teratasi dengan hasrat memulai dakwah pendidikan. Rintangan yang ada harus dihadapi. Bismillah, niat mereka mantap untuk mendirikan PAUD Muslim Madani.
Tekad mereka berkhidmah dalam dakwah pendidikan disambut masyarakat. Ketika itu ada 17 anak Desa Tanjung menjadi siswa PAUD Muslim Madani. Pendidikan berjalan sekadarnya. Kurikulum belum baku. Persiapan mengajar disusun seadanya. Misal mengajak anak menghafal muawidzatain: dua surat terakhir Alquran: al-Falaq dan an-Nas.
Jangan tanya di mana ruang yang khusus menjadi kelas para siswa. Ketika itu teras dan pekarangan rumah adalah tempat mereka belajar. Belum ada meja dan bangku permanen. Belum ada aneka mainan dan gambar ilustrasi aneka warna bergantungan, seperti di sekolah anak pada umumnya. Fasilitas sekolah ketika itu sungguh ala kadarnya.
Jika hujan membasahi bumi, maka anak-anak tak dapat bermain di halaman. Untuk melindungi diri, mereka terpaksa harus berjejalan di dalam rumah yang serba terbatas: duduk di antara kursi, meja, dan tumpukan buku.
Gempa Maut
Belum lama berjuang merintis PAUD, Allah yang Mahakuasa menguji komitmen dakwah Tias dan Arif dengan bencana alam. Pada 29 Juli 2018, Provinsi Nusa Tenggara Barat diguncang gempa hebat berbobot 7,00 Skala Richter (SR). Bahkan, isu sempat menyebar luas bahwa gempa ini akan disusul dengan tsunami yang pernah memorak-porandakan Aceh pada 2004. Meski akhirnya tak ada tsunami, masyarakat ketika itu dilanda kecemasan yang luar biasa.
Banyak dari mereka yang lebih memilih tinggal di tenda darurat daripada rumah permanen. Listrik mati. Pasokan barang terhambat akibat akses antardaerah yang terputus.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa menghancurkan 71.962 rumah, 671 fasilitas pendidikan, 52 fasilitas kesehatan, 128 fasilitas ibadah dan infrastruktur. Gempa tadi merenggut nyawa 460 orang, 7.733 orang mengalami luka-luka, dan 417.529 warga terpaksa mengungsi. Kabupaten Lombok Utara termasuk daerah yang paling terdampak bencana alam ini, karena berdekatan dengan pusat gempa.
Ketika itu kegiatan belajar dan mengajar PAUD Muslim Madani berhenti total. Pekarangan rumah yang menjadi tempat belajar berubah menjadi tenda tempat Tias, Arif, dan keluarga mereka mengungsi.
Gempa susulan terus berdatangan, bahkan hingga ratusan kali dalam sehari. Jeritan warga dan tangisan anak-anak yang takut menghadapi gempa terdengar seiring bumi berguncang. Banyak orang meneteskan air mata mencari anggota keluarga yang hilang ditelan bumi.
"Kami sungguh sedih mengenang masa itu. Sungguh kami berharap kepada Allah agar tidak ada gempa lagi,” kata Tias.
Dalam situasi mencekam itu, keteguhan pasangan ini sungguh luar biasa. Mereka tidak mengungsi ke daerah lain. Tias dan Arif, bersama anak-anak mereka yang masih balita, tetap berada di Lombok Utara. Tak peduli seberapa hebat bumi bergoyang, mereka tetap bersama bermunajat dan berkhidmah dalam suka dan duka.
Beberapa bulan setelah gempa, warga mulai kembali beraktivitas. PAUD Muslim Madani pun berupaya untuk aktif lagi, meski tak mudah. Sebabnya, 20 murid mengundurkan diri. Dari 56, hanya 36 anak yang tetap belajar dan bermain di PAUD tersebut.
Pada tahun berikutnya, jumlah siswa semakin bertambah. Sekolah ini pun semakin besar. Tak hanya PAUD, kini sudah ada sekolah dasar (SD) dan program menghafal Alquran atau markas tahfidz untuk anak dan balita (Mataba).
Sekolah Muslim Madani kini sudah memiliki ruang kelas khusus dan panggung untuk aktivitas belajar. Dukungan masyarakat pun terus berdatangan menguatkan semangat Tias dan Arif menyemai benih takwa di Lombok Utara. Mereka menjadi orang besar, seperti yang dipesankan Pak Zar.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
MUI: Keabsahan Hewan Kurban Terpapar PMK Perlu Didalami
Di 14 kabupaten/kota di Jawa Timur, ditemukan 6.433 sapi yang terkonfirmasi terinfeksi PMK.
SELENGKAPNYAHasil Konbes Dorong NU Miliki Tata Kelola Modern
Konbes NU 2022 berlangsung sejak Jumat hingga Ahad di Jakarta.
SELENGKAPNYAPetani Berharap Harga TBS Sawit Kembali Normal
Konsep cadangan minyak goreng nasional masih dimatangkan pemerintah.
SELENGKAPNYA