IMAN SUGEMA | Daan Yahya | Republika

Analisis

Perang Masih Lama

Kita sebagai negara yang tidak terlibat langsung sangat memiliki kepentingan agar perang segera bisa diakhiri.

Oleh IMAN SUGEMA

OLEH IMAN SUGEMA

Ada beberapa alasan yang cukup meyakinkan bahwa perang antara Ukraina dan Rusia masih akan berlangsung cukup lama. Awalnya, banyak ahli militer dan politik yang memperkirakan bahwa Ukraina akan mudah untuk disapu bersih oleh Rusia dalam hitungan beberapa minggu. Tetapi prakiraan itu sekarang buyar.

Ternyata Ukraina tidak mudah menyerah kalah sehingga Rusia kini fokus pada penaklukan wilayah timur dan selatan Ukraina. Walaupun demikian, kita tidak begitu yakin bahwa perang di timur dan selatan akan segera usai.

Kita sebagai negara yang tidak terlibat langsung dalam konflik dua negara tersebut sangat memiliki kepentingan agar perang segera bisa diakhiri. Semakin lama perang berlangsung semakin besar dampak negatifnya pada perekonomian global dan terutama bagi Indonesia.

Harga minyak bumi dan gas alam memiliki pengaruh yang merembet ke mana-mana. Karena tidak ada satu bisnis pun yang tidak menggunakan energi, maka setiap unit bisnis akan menghadapi kenaikan ongkos produksi. Kalau ongkos naik, maka inflasi global akan terkerek naik dan akhirnya suku bunga juga akan ikut naik.

 
Kita sebagai negara yang tidak terlibat langsung dalam konflik dua negara tersebut sangat memiliki kepentingan agar perang segera bisa diakhiri. 
 
 

Persoalan menjadi bertambah rumit kalau suku bunga sudah ikut-ikutan naik akibat meningkatnya ekpektasi inflasi. Bukan hanya dunia usaha yang kelimpungan, tapi mungkin beberapa negara akan menghadapi krisis fiskal alias gagal bayar utang.

Harap diingat bahwa selama dua tahun terakhir ini hampir semua negara secara jor-joran menerbitkan surat utang untuk menyelamatkan perekonomian selama masa pandemi Covid-19. Membengkaknya utang negara di seantero dunia tentunya dengan asumsi bahwa ekonomi akan bangkit pasca Covid-19. Mungkin kita akan menyaksikan bangkrutnya beberapa negara yang sudah memiliki beban bunga dan pokok yang terlalu besar. Akhirnya, negara kita pun akan kena imbas.

Karena itu setiap negara dan pelaku bisnis harus bersiap-siap bahwa kebangkitan ekonomi mungkin tidak akan berlangsung semudah perkiraan awal. Awalnya kita tidak pernah memperhitungkan akan terjadinya perang Ukraina-Rusia.

Awalnya juga kita menganggap bahwa perang akan berlangsung singkat. Awalnya juga kita tidak pernah berhitung bahwa beberapa negara akan menghadapi krisis utang. 

Sehubungan dengan itu, saya sebagai ekonom ingin meyakinkan pembaca, terutama yang juga merupakan pelaku bisnis bahwa perang tampaknya masih akan berlangsung lama dan mungkin akan menciptakan beberapa komplikasi terhadap perekonomian global.

 
Awalnya juga kita menganggap bahwa perang akan berlangsung singkat. Awalnya juga kita tidak pernah berhitung bahwa beberapa negara akan menghadapi krisis utang. 
 
 

Berikut adalah alasan mengapa perang masih akan terus berlangsung cukup lama. Pertama, dalam sejarah penaklukan modern belum ada cerita sukses yang hanya berlangsung dalam hitungan minggu atau bulan.

Pengalaman perang di Vietnam, Afghanistan, Irak ataupun Suriah menunjukkan bahwa penaklukan sebuah negara berdaulat bukanlah hal mudah. Mungkin Rusia dalam beberapa bulan ke depan akan berhasil menduduki wilayah selatan dan timur Ukraina secara militer. Tetapi setelah itu perang masih akan berlangsung terus entah sampai kapan ujungnya.

Kedua, tadinya banyak pihak berpendapat bahwa berbagai sanksi ekonomi akan membuat Rusia segera kehabisan amunisi perang. Sanksi ekonomi di bidang migas justru akan memperkuat penerimaan Rusia dari migas dan semakin banyak uang yang bisa diguyurkan untuk membiayai perang.

Berkurangnya pasokan migas dari Rusia akan diterjemahkan dalam bentuk kenaikan harga tidak proporsional karena permintaan energi bersifat tidak elastis. Dalam bahasa sederhana, tambahan penerimaan dari kenaikan harga akan melebihi penurunan pasokan.

Negara-negara produsen migas juga enggan untuk meningkatkan produksi migas karena penurunan pasokan global justru menciptakan windfall profit buat mereka. Untuk apa menaikkan produksi kalau keuntungan yang lebih besar bisa mereka nikmati selama terdapat kekurangan pasokan global.

 
Berkurangnya pasokan migas dari Rusia akan diterjemahkan dalam bentuk kenaikan harga tidak proporsional karena permintaan energi bersifat tidak elastis.
 
 

Dari sisi ini sangatlah jelas bahwa negara-negara importir migas yang akan menderita kerugian, tak terkecuali Indonesia. Negara eksportir migas justru lebih menginginkan akan situasi seperti sekarang ini bertahan lama.

Dari sisi minyak nabati sebenarnya Indonesia dan Malaysia banyak diuntungkan karena pasokan minyak nabati dari Ukraina merosot tajam. Kita tinggal memikirkan bagaimana cara memaksimalkan manfaat dari kenaikan harga CPO di pasar internasional dan menyeimbangkannya dengan pemenuhan aspirasi konsumen dalam negeri.

Ketiga, baik NATO maupun Rusia memiliki kepentingan agar Ukraina tetap menjadi wilayah konflik secara berkesinambungan. Bukankah konflik Rusia-Ukraina sudah berlangsung sejak 2008?

Dari sisi Rusia, sangatlah jelas bahwa pengaruh NATO ke Ukraina merupakan ancaman terhadap keselamatan rakyat Rusia. Dari sisi NATO juga berkembang keyakinan kalau saja Rusia berhasil menaklukkan Ukraina secara mudah maka bukan tidak mungkin negara-negara eks pakta Warsawa akan juga ditaklukkan di kemudian hari. Minimal secara politik.

Nah karena itu menjadi tidak mengherankan bila beberapa negara NATO secara jor-joran menyediakan bantuan militer terhadap Ukraina. Seolah-olah, Ukraina adalah batu sandungan bagi integritas NATO walaupun bukan anggota NATO. Memang bukan anggota NATO, tetapi kerja sama militer Ukraina dengan beberapa negara Barat sudah berlangsung sejak 2014. Ukraina secara de jure bukan anggota NATO, tapi de facto sebenarnya ya.

Hanya satu pilihan buat NATO sekarang ini, yaitu tetap memelihara konflik agar Ukraina tidak pernah bisa ditaklukkan dengan mudah. Sekali lagi, sekarang seluruh dunia harus realistis bahwa perang mungkin tidak akan segera berakhir. Kalaupun ada gencatan senjata, konflik kedua negara masih akan berlangsung cukup lama.

Tentu hidup sebagai warga Ukraina akan semakin menderita. Menjadi kepentingan seluruh dunia untuk bisa membantu agar konflik ini segera diakhiri secara permanen melalui diplomasi. Semoga bisa. 

Simon Wibowo yang Berislam di Usia Muda

Simon Wibowo mulai ingin menjadi Muslim saat masih duduk di bangku SMA.

SELENGKAPNYA

Tabrani, Komunitas Cina, dan Menteri Tahu-Tempe

Tabrani yang dari Madura dianggap lebih layak menjadi menteri karena ia telah banyak berbuat untuk warga Cina peranakan.

SELENGKAPNYA

Jangan Lupa Bahagia

Kebahagiaan sesungguhnya datang dari kemampuan memaknai hidup dan nilai-nilai yang dijunjung.

SELENGKAPNYA