Geni
Gatotkaca, Modern dan Nyentrik
Kostum Gatotkaca di film ini diklaim sangat mengejutkan karena benar-benar berbeda dibandingkan Gatotkaca yang dikenal dulu.
Setelah menjalani syuting sejak dua tahun lalu, film Satria Dewa: Gatotkaca kini telah menetapkan jadwal tayang mulai 9 Juni 2022. Sinema garapan sutradara Hanung Bramantyo ini membidik anak muda agar tertarik kisah jagoan negeri sendiri.
Akankah Gatotkaca versi modern ini bisa canggih, namun tetap nyentrik? Mengangkat kisah pewayangan yang hidup 2.000 hingga 3.000 tahun lalu untuk diangkat menjadi film yang ditonton Gen Z era 2022 tidaklah mudah. Hanung harus mengambil risiko, menyesuaikan alur cerita dengan segala macam latarnya.
Hanung tidak sekadar memperkenalkan bahwa Indonesia punya pahlawan supernya sendiri, tapi juga ingin menyesuaikan superhero yang mungkin dianggap usang menjadi lebih modern.
Hanung tidak kesulitan saat mengarahkan film Gatotkaca. Sebab, dia adalah pencinta superhero lokal sejak kecil. "Masih banyak juga komunitas wayang yang masih sangat setia dengan pakem dan segala macam. Sekarang ini banyak sekali toko buku dan penerbit yang menerbitkan kembali kisah-kisah wayang,” ujar Hanung saat ditemui seusai perilisan trailer dan poster Satria Dewa: Gatotkaca di XXI Margo City, Jumat (13/5/).
Sebut saja Sujiwo Tejo yang sering menulis kisah wayang dengan versinya. Ada kisah Rama Sinta, Mahabarata, dan kisah lainnya yang ditulis ulang olehnya. Ada pula sastrawan Seno Gumira Ajidarma yang menulis kisah Mahabarata.
Selanjutnya, keputusan ada di tangan rumah produksi Satria Dewa Studio, apakah mau mengangkat kisah-kisah itu untuk diperkenalkan lagi atau memilih tidak melakukannya. Hanung sendiri merasa terkejut dengan orang-orang di dalam Satria Dewa Studio yang ternyata peduli dengan kisah budaya Indonesia.
"Mereka (produser) kan businessman murni, tapi ternyata punya concern yang besar terhadap budaya, terhadap wayang. Buat saya itu luar biasa, sampai mengeluarkan uang investasi yang cukup besar untuk film ini. Sampai saya heran,” kata Hanung.
Kostum Gatotkaca di film ini diklaim sangat mengejutkan karena benar-benar berbeda dibandingkan Gatotkaca yang dikenal dulu dengan kumisnya serta kotang Antakusuma-nya. Mengapa dulu Gatotkaca digambarkan berkumis?
Karena sekitar 1940-1950 kumis adalah simbol maskulinitas. Tetapi, saat ini sudah bertransformasi, makin klimis seorang lelaki maka makin gagah sehingga Gatotkaca versi modern tidak memiliki kumis.
Film ini akan menggunakan efek CGI. Tujuannya, agar film terasa lebih epik sehingga anak-anak Indonesia lebih bangga dengan superhero Tanah Air.
Film ini akan menggunakan efek CGI. Tujuannya, agar film terasa lebih epik sehingga anak-anak Indonesia lebih bangga dengan superhero Tanah Air.
Ada pesan moral yang bisa disampaikan lewat dunia wayang. Salah satunya, Gatotkaca yang biasanya dapat mengatasi berbagai permasalahan hidup dengan lebih bijak. Seperti sang otot kawat tulang besi, manusia terkuat yang ternyata punya kelemahan juga.
Pertarungan aktor kawakan Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman menjadi salah satu adegan yang paling dinanti. Mereka dipertemukan bukan untuk disatukan, melainkan untuk beradu kekuatan dalam sebuah adegan kelahi besar.
“Ini film pertama di mana mereka akan bertarung,” ujar VP Operations Satria Dewa Semesta, Mochtar Sarman.
Dengan efek CGI yang canggih seperti terlihat dalam trailer, film jagoan Indonesia ini akan dengan mudah diterima anak muda sekarang. Bahkan, mereka yang tidak terlalu memahami dunia wayang akan mengerti dengan jalan ceritanya.
Sudah saatnya Indonesia bangga dengan jagoan dalam negeri, apalagi dengan kisah di baliknya yang sangat unik dan tidak dimiliki negara lain. Canggih namun nyentrik mungkin menjadi dua penggambaran yang tepat untuk Satria Dewa: Gatotkaca ini. “Saya ingin anak-anak saya dan juga anak-anak Indonesia punya role model superhero sendiri," kata Hanung.
Dilihat dari trailernya yang berdurasi dua menit 20 detik, Satria Dewa: Gatotkaca yang diperankan Rizky Nazar bersama Agni (Yasmin Napper) dan Arjuna (Omar Daniel) melakukan adegan pertarungan. Bahkan, Rizky bergelayut pada atap rumah di mana sebagian adegan tersebut dilakukannya sendiri.
Rupanya, ketiga pemain muda itu sempat mengalami cedera hingga badan pegal. “Banyak sih (cedera), dari adegan gue dipentalin ke pohon, pas fight, adegan kejar-kejaran. Banyak,” kata Rizky.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Jalan Terjal Transformasi Energi Jerman
Ketergantungan pasokan gas dari Rusia menjadi kendala rencana transformasi produksi energi listrik di Jerman.
SELENGKAPNYAWajib Masker Dilonggarkan
Pelonggaran wajib masker menjadi bagian program transisi dari pandemi menuju endemi Covid-19.
SELENGKAPNYAThe Great Replacement Kaitkan Buffalo dan Christchurch
Pakar mengatakan semakin banyak anak muda kulit putih yang terinspirasi penembakan massal bermotif rasial.
SELENGKAPNYA