Kabar Utama
Waspadai Inflasi
BI dinilai tidak perlu terburu-buru menaikkan suku bunga.
JAKARTA -- Pemerintah dan otoritas moneter diharapkan dapat menekan laju inflasi. Kenaikan harga barang dan jasa dikhawatirkan menghambat laju pemulihan ekonomi nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (9/5) mengumumkan, ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 tumbuh 5,01 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (yoy). Sedangkan tingkat inflasi per April tercatat sebesar 0,95 persen terhadap Maret (mtm) yang merupakan angka tertinggi sejak Januari 2019. Jika dihitung secara tahunan, maka inflasi mancapai 3,47 persen.
Wakil Ketua Umum III Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Maritim Investasi dan Luar Negeri Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, laju inflasi menimbulkan kekhawatiran bagi dunia usaha. "Kami harap dalam jangka pendek bisa terjadi stabilisasi nilai tukar dan inflasi dengan bantuan intervensi kebijakan-kebijakan makro dari pemerintah," kata Shinta kepada Republika, Selasa (10/5).
Shinta mengatakan, inflasi akan berdampak negatif terhadap peningkatan beban biaya usaha dan berpengaruh pada kinerja dalam jangka pendek. Apalagi, momentum high consumption and high income seperti Ramadhan dan Lebaran sudah lewat.
Oleh karena itu, kata dia, kemungkinan besar tingkat konsumsi dalam jangka pendek akan terkontraksi jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya di periode Mei hingga akhir kuartal III 2022.
"Ini tentu akan menganggu proses pemulihan usaha dan ekonomi nasional. Khususnya karena beban terbesar akan diterima oleh UMKM yang selama pandemi ini sangat sulit dan lambat menciptakan pemulihan kinerja," tuturnya.
Kadin khawatir bila kondisi itu berlanjut, Indonesia bisa mengalami stagnansi pertumbuhan ekonomi. Hal itu karena daya beli masyarakat dan pelaku usaha sektor riil-nya tidak kuat menanggung peningkatan beban-beban yang disebabkan inflasi. "Semoga dalam waktu dekat bisa dikendalikan agar lebih landai inflasinya dan pelemahan nilai tukarnya."
Shinta menambahkan, selain inflasi dan pelemahan nilai tukar, beban pelaku usaha dan masyarakat juga berpotensi bertambah dengan adanya kemungkinan kenaikan suku bunga, pengurangan stimulus ekonomi, hingga kenaikan tarif pajak. "Ini semua secara agregat tidak kondusif terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi," kata Shinta.
Terkait potensi kenaikan suku bunga, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto berharap suku bunga BI 7DRR dapat dipertahankan tetap rendah. Menurut dia, hal ini penting untuk melanjutkan pemulihan pertumbuhan ekonomi.
Jongkie mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022 yang berada di kisaran 5 persen menjadi indikator naik-turunnya penjualan otomotif. "Jika ini dapat dipertahankan terus, maka penjualan otomotif bisa terus baik. Apalagi akan ada model-model baru, ada pameran-pameran otomotif, juga suku bunga dipertahankan tetap rendah," katanya.
Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan, tingkat inflasi yang terus meningkat memang perlu diwaspadai. Kendati demikian, BI dinilai tidak perlu langsung meresponsnya dengan menaikkan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR).
BI dalam 14 bulan terakhir telah menahan suku bunga di level 3,5 persen sebagai upaya membantu pemulihan ekonomi Tanah Air. Namun, seiring membaiknya perekonomian, inflasi yang mulai melonjak, dan kenaikan suku bunga bank sentral AS the Federal Reserve (the Fed), BI disebut memiliki kemungkinan untuk menaikkan suku bunga.
Menurut David, tingkat inflasi dalam satu atau dua bulan ke depan bisa melampaui sasaran target empat persen. "Namun tidak berarti (kenaikan suku bunga) harus terburu-buru, mungkin bisa dipertimbangkan di semester II 2022," katanya kepada Republika, Selasa (10/5).
Menurut David, tingkat inflasi akan terus meningkat seiring dengan banyaknya potensi inflasi dalam beberapa waktu ke depan. Salah satu potensi itu adalah kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) akibat kenaikan harga dari produsen yang akan mulai tertransmisi ke harga jual atau ke tingkat konsumen.
Sebelum Ramadhan, produsen sejumlah sektor usaha masih belum mentransmisikan kenaikan harga produksi pada konsumen. Hal ini terlihat dari Producer Price Index (PPI) dan Wholesale Price Index (WPI) yang sudah tinggi. Hal tersebut akan menekan IHK yang sudah mencapai 3,47 persen (yoy) pada April 2022 dan mendorong inflasi lebih lanjut.
Inflasi yang meningkat juga dipengaruhi momen Ramadhan dan Idul Fitri dan ditambah dengan inflasi dari harga yang diatur pemerintah. "Potensi inflasi juga tetap dari barang-barang yang diatur pemerintah karena beban fiskal sudah tinggi, terutama dari energi," katanya.
Ia mengatakan, kenaikan IHK juga dapat menular pada inflasi inti yang menjadi titik kunci pertimbangan BI untuk menaikkan suku bunga cuan. Oleh karena itu, David menilai, BI perlu mempersiapkan kebijakan yang berfungsi sebagai jangkar agar inflasi tidak bergerak liar dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Salah satunya dengan menjaga aset investasi Indonesia agar tetap menarik.
Menurut dia, hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar investasi portofolio tetap atraktif. Sebab, capital outflow dari obligasi terus meningkat sejak tahun lalu yang sekitar Rp 70 triliun. Aliran modal keluar juga terjadi di pasar saham dalam beberapa hari terakhir.
Bank Indonesia dalam siaran pers pada Senin (9/5) malam menyampaikan, inflasi inti April 2022 mencapai 2,60 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tsebesar 2,37 persen (yoy).
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menilai, inflasi inti tersebut tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang meningkat, didukung stabilitas nilai tukar yang terjaga, an konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.
"Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran 2-4 persen pada 2022," katanya.
Kenaikan IHK April 2022 dipengaruhi peningkatan inflasi di semua kelompok, yaitu volatile foods, administered prices, dan inti. Berdasarkan komoditasnya, inflasi inti April 2022 utamanya disumbang komoditas kue kering berminyak dan mobil seiring dengan peningkatan harga minyak goreng dan peningkatan mobilitas masyarakat.
Suku Bunga Diprediksi Naik
Kalangan ekonom memprediksi Bank Indonesia (BI) bakal menaikkan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI 7DRR). Suku bunga bakal dinaikkan karena mempertimbangkan inflasi yang mulai meningkat hingga kenaikan suku bunga di negara maju.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan BI mempertimbangkan normalisasi suku bunga kebijakan untuk menjangkar inflasi. "Hal ini dengan menaikkan suku bunga BI 7DRR sebesar 50-75 bps pada semester II tahun ini," katanya, kemarin.
Meskipun BI melakukan normalisasi kebijakan moneternya, Josua menyebut langkah ini tetap dapat menjangkar ekspektasi inflasi pelaku ekonomi, sehingga akan tetap mendukung momentum pemulihan ekonomi Indonesia pada 2022. Berdasarkan pernyataan BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) beberapa bulan terakhir, BI akan menormalisasi kebijakan moneter, terutama suku bunga BI 7DRR apabila inflasi sisi permintaan menunjukkan peningkatan yang signifikan.
BI diketahui sudah memulai kebijakan normalisasi likuiditas dengan menaikkan giro wajib minimum (GWM) pada Maret 2022, yang akan berlanjut pada Juni dan September mendatang. Josua mengatakan, realisasi inflasi April 2022 yang tercatat 3,47 persen (yoy), didorong peningkatan inflasi sisi produksi atau supply side inflation. Selain itu, disebabkan kenaikan harga BBM Pertamax, kenaikan harga sebagian besar harga komoditas pangan jelang Idul Fitri, dan kenaikan tarif transportasi udara.
"Oleh sebab itu, BI akan melakukan assessment lebih mendalam terkait perkembangan inflasi sisi permintaan, mengingat suku bunga kebijakan moneter ditujukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi," katanya.
Ia berharap, pemerintah dan BI terus memperkuat koordinasi, terutama terkait dengan rencana pemerintah untuk melakukan penyesuaian terhadap harga BBM Pertalite, LPG 3 kg, dan tarif listrik. "Karena ini juga memiliki second round effect pada inflasi sisi permintaan," katanya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, memprediksi, Bank Indonesia menaikkan suku bunga sebesar 50 sampai 75 basis poin. Rentang potensi kenaikan itu telah mencermati dampak terhadap pemulihan sektor riil. "Di sisi lain, APBN sebagai bantalan harus bisa menstabilkan harga energi dan pangan melalui berbagai intervensi," kata Bhima.
Terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia, Bhima menyebut angka pertumbuhan sebesar 5,01 persen pada kuartal I 2022 karena mobilitas masyarakat dilonggarkan. Indonesia juga diuntungkan dengan kenaikan harga komoditas baik perkebunan dan pertambangan, hingga akhirnya mampu mendorong kinerja. "Ini karena windfall saja, bukan transformasi struktural," ucapnya.
Bhima menyebut, hal yang perlu diantisipasi adalah meningkatnya inflasi harga, baik produsen maupun konsumen pada semester II 2022. Daya beli yang sedang pulih bisa terganggu oleh inflasi berlebihan. "Lockdown di Cina serta konflik di Ukraina juga berdampak luas terhadap rantai pasok dan kinerja ekspor," kata dia.
Risiko lain yang juga harus dicermati adalah potensi kenaikan tingkat suku bunga. Ia mengatakan, hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja berbagai lapangan usaha, termasuk sektor properti. "Jika KPR lebih mahal, kelas menengah mungkin menunda membeli hunian. Tantangan akan jauh lebih kompleks pada kuartal berikutnya," ucapnya.
Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), Paulus Totok Lusida menyatakan, peningkatan inflasi pada April belum terlalu berpengaruh terhadap sektor properti. Namun, ia mengungkapkan, harga beberapa bahan bangunan memang mulai naik.
"Memang material juga naik beberapa, seperti semen dan besi. Bahan bangunan naik baru sebagian," ujarnya kepada Republika, Selasa (10/5).
Jika kenaikan inflasi berkelanjutan, menurut dia, akan dapat memengaruhi industri properti. Meski begitu, Totok menyebut sektor properti tetap optimistis menuju pemulihan ekonomi di tengah perang Rusia dengan Ukraina. "Kemarin, perbaikan pemulihan ekonomi, kita enggak perhitungkan perang Rusia Ukraina. (Kondisi) itu pengaruhi transportasi barang, pengaruhnya cukup besar," tutur Totok.
Oleh karena itu, ia berharap, perang antara Ukraina dan Rusia bisa segera berakhir. "Yang pasti, secara pasar kita masih optimistis," katanya.
Totok menuturkan, industri properti bakal bertahan untuk tidak menaikkan harga sampai September agar masyarakat bisa membeli properti. Namun, khusus rumah sederhana harganya akan dinaikkan sebesar 7 persen.
"Kementerian PUPR sudah sosialisasi, tinggal persetujuan Departemen Keuangan. Perkiraan saya naik pada Juni, karena sudah dua tahun tidak naik," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
IHSG Anjlok Akibat Sentimen The Fed
Derasnya dana asing yang keluar menyebabkan IHSG melorot ke zona merah sejak pembukaan perdagangan.
SELENGKAPNYAASDP: Arus Balik Bakauheni-Merak Berjalan Lancar
ASDP memastikan layanan arus balik di lintas Bakauheni-Merak berjalan lancar.
SELENGKAPNYA