Konsultasi Syariah
Apakah Berkurban tidak Rasional?
Berlomba-lomba dalam ikhtiar agar bisa berkurban menjadi sebuah adab dan tuntunan
DIASUH OLEH USTAZ DR ONI SAHRONI; Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Assalamualaikum wr. wb.
Dalam berkurban banyak ketentuan yang unik dan sekilas tidak rasional karena hanya boleh dilakukan untuk hewan tertentu, waktu tertentu, dan hanya diberikan dalam bentuk daging kepada dhuafa. Sekilas, nilai sosialnya terbatas. Saya ingin mendapatkan penjelasan mengenai hal ini dan apa saja keutamaan berkurban? -- Fatimah-Depok
Waalaikumsalam wr. wb.
Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dijelaskan dalam poin-poin berikut. Pertama, sesungguhnya ciri utama berkurban adalah taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mereka yang berkurban itu berniat taqarrub.
Oleh karena itu, ketentuan terkait dengan hewan apa yang boleh dikurbankan, kapan, serta penerima kurban itu bersifat tauqifi atau mandatory dari Allah SWT sebagai salah satu bentuk ketundukan penuh yang berkurban pada syariat-Nya.
Hal itu sebagaimana pengertian kurban dalam fikih yang seluruhnya bermuara pada taqarrub. Sebagaimana firman Allah SWT, "Maka, dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah," (al-Kautsar: 2).
Dan, sebagaimana firman Allah SWT, "Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam," (al-An'am: 162). Menurut para ahli tafsir, an-nusuk dalam ayat tersebut itu bermakna taqarrub kepada Allah.
Kedua, berkurban (udhiyah dan al-hadyu) dilatarbelakangi sejarah panjang. Syekh Athiyah Saqr dalam Ahsan al-Kalam fi al-Fatawa wa al-Ahkam menyimpulkan dua kata kunci dari sejarah tersebut, yaitu (i) menghidupkan sunah Nabi Ibrahim. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran, "Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar," (as-Saffat: 107).
Kemudian, (ii) berbagi untuk para dhuafa pada hari id dengan memberikan daging kurban untuk mereka.
Ketiga, sesungguhnya berkurban itu memiliki keutamaan yang unik dan besar antara lain (a) amal ibadah pada waktu penyembelihan yang paling dicintai oleh Allah SWT. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Tidak ada pekerjaan anak cucu Adam pada hari raya yang lebih dicintai oleh Allah SWT, melainkan mengalirkan darah binatang kurban. Sesungguhnya binatang kurban itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya dan kuku-kukunya dan sesungguhnya darahnya yang terjatuh dari Allah di suatu tempat mulia sebelum jatuh ke bumi, maka ikhlaskan hati berkurban.” (HR Tirmidzi, Hakim, dan Ibnu Majah).
(b) Berlipat kebaikan di mana setiap bulu hewan kurban itu menjadi kebaikan bagi mereka yang berkurban dengan hewan tersebut. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW, dari Zaid bin Arqam, dia berkata, berkata para sahabat Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, hewan qurban apa ini?”
Beliau bersabda, “Ini adalah sunah bapak kalian, Ibrahim.” Mereka berkata, “Lalu, pada hewan tersebut, kami dapat apa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Pada setiap bulu ada satu kebaikan.” Mereka berkata, “Bagaimana dengan shuf (bulu domba)?” Beliau bersabda, “Pada setiap bulu shuf ada satu kebaikan.”
(c) Terdapat peringatan bagi mereka yang mampu, tapi tidak berkurban sebagaimana hadis Rasulullah SAW, "Barang siapa yang mempunyai keluasan rezeki dan tidak berkurban maka jangan pernah mendekati tempat shalat kami” (HR Ibnu Majah).
(d) Mensyukuri nikmat Allah, sebagaimana firman Allah SWT, "Unta-unta itu Kami jadikan untukmu sebagai bagian dari syiar agama Allah. Bagimu terdapat kebaikan padanya. Maka, sebutlah nama Allah ketika kamu akan menyembelihnya, sedangkan unta itu dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat).
Lalu, apabila telah rebah (mati), makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta-minta. Demikianlah Kami telah menundukkannya (unta-unta itu) untukmu agar kamu bersyukur" (al-Hajj: 36).
Dan, sebagaimana firman Allah SWT, "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin" (al-Hajj: 37).
Dengan penjelasan tersebut, berlomba-lomba dalam ikhtiar agar bisa berkurban menjadi sebuah adab dan tuntunan. Selain itu merupakan bukti komitmen dan dedikasi sosial, juga bukti ketundukan yang berkurban kepada Allah SWT.
Wallahu a'lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Layanan Terbaik untuk Jamaah Haji Tahun Ini
Pemerintah berharap semua pihak mendukung penyelenggaraan haji 2022 dengan maksimal.
SELENGKAPNYAMengingat Mati dengan Tradisi Ziarah Kubur
Rasulullah menganjurkan ziarah kubur agar mempersiapkan diri menghadapi mati.
SELENGKAPNYAPotret Zakat Sepanjang Ramadhan Tahun Ini
Sejumlah lembaga filantropi Islam menghimpun dana ziswaf yang meningkat hingga 40 persen.
SELENGKAPNYA