Kisah Mancanegara
Burqa Kembali Diberlakukan di Afghanistan
Dekrit ini tidak mendapat dukungan luas di antara kepemimpinan Taliban yang terbagi dua golongan.
OLEH RIZKY JARAMAYA
Taliban pada Sabtu (7/5) memerintahkan semua wanita di Afghanistan untuk mengenakan pakaian yang menutup kepala sampai ujung kaki atau burqa, jika keluar rumah. Penjabat Menteri Kebajikan Taliban, Khalid Hanafi, mengatakan, aturan penggunaan burqa bertujuan untuk memberikan rasa aman kepada wanita Afghanistan.
“Kami ingin saudara perempuan kami hidup dengan bermartabat dan aman,” kata Hanafi.
“Untuk semua wanita Afghanistan yang bermartabat, mengenakan hijab itu perlu dan hijab terbaik adalah chadori (burqa dari kepala sampai ujung kaki) yang merupakan bagian dari tradisi kami dan dihormati. Perempuan-perempuan muda atau yang belum terlalu tua harus menutup wajah, kecuali mata mereka," ujar seorang pejabat dari Kementerian Kebajikan di bawah kepemimpinan Taliban, Shir Mohammad. "
Tetapi dekrit ini tidak mendapat dukungan luas di antara kepemimpinan Taliban yang terbagi dua golongan, yaitu pragmatis dan garis keras. Keputusan itu dapat mengganggu upaya Taliban untuk mendapatkan pengakuan dari calon donor internasional, ketika Afghanistan terperosok dalam krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.
Kebijakan burqa adalah aturan lama yang pernah diberlakukan oleh Taliban ketika berkuasa di Afghanistan periode 1995-2001, sebelum invasi yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Invasi digelar karena Taliban melindungi Usamah bin Laden dan Alqaidah, yang dianggap bertanggung jawab atas serangan 11 September 2001 di AS.
Setelah 2001, tidak semua perempuan Afghanistan memakai burqa. Sebagian orang memilih memakai hijab biasa.
Taliban kembali berkuasa pada Agustus tahun lalu, bertepatan dengan kepergian pasukan asing pimpinan AS dari Afghanistan. Sejak mengambil alih kekuasaan, para pemimpin Taliban berselisih pendapat saat mereka berjuang untuk transisi dari perang ke pemerintahan. Mereka terbagi antara garis keras dan pragmatis.
Pada Ahad (8/5) di Ibu Kota, Kabul, banyak wanita di jalan mengenakan jilbab besar yang sama seperti sebelumnya. Mereka di Bandara Internasional Kabul tanpa pendamping kerabat laki-laki.
Sementara di Kota Kabul, masih terlihat wanita naik bus kecil sendirian tanpa pendamping. Sebelumnya Taliban menyerukan agar setiap wanita yang keluar rumah didampingi oleh kerabat laki-laki.
Dikritik
Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) sangat prihatin dengan aturan baru Taliban tersebut. "Keputusan ini bertentangan dengan banyak jaminan mengenai penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia semua warga Afghanistan, termasuk perempuan dan anak perempuan, yang telah diberikan kepada masyarakat internasional oleh perwakilan Taliban selama diskusi dan negosiasi selama dekade terakhir," ujar UNAMA.
Peneliti senior Afghanistan, Heather Barr dari Human Rights Watch mendesak masyarakat internasional untuk memberikan tekanan terkoordinasi pada Taliban. “(Ini) perlu tanggapan yang serius dan strategis terhadap meningkatnya serangan Taliban terhadap hak-hak perempuan,” ujarnya.
Sementara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengecam keputusan Taliban. Mereka mendesak Taliban membatalkan kebijakan itu.
"Kami sedang mendiskusikan ini dengan negara dan mitra lain. Legitimasi dan dukungan yang dicari Taliban dari komunitas internasional bergantung sepenuhnya pada perilaku mereka, khususnya kemampuan mereka untuk mendukung komitmen yang dinyatakan dengan tindakan,” kata Gedung Putih.
Pangea, lembaga swadaya masyarakat Italia yang aktif di Afghanistan, mengatakan, keputusan penggunaan burqa akan sangat sulit diterima. “Dalam 20 tahun terakhir, mereka telah memiliki kesadaran hak asasi manusia, dan dalam rentang beberapa bulan telah kehilangan itu. Sangat dramatis bagi mereka untuk (saat ini) memiliki kehidupan yang tidak ada sebelumnya," ujar juru bicara Pangea, Silvia Redigolo.
Sementara aktivis hak perempuan yang tinggal di Kabul, Mahbouba Seraj, mengatakan, "Mereka mencampuri kehidupan pribadi perempuan."
"Kini, kami menghadapi begitu banyak masalah, seperti serangan bunuh diri, kemiskinan, ada orang tewas setiap hari, anak-anak perempuan tidak bisa bersekolah, perempuan tidak boleh bekerja. Namun yang mereka pikirkan, bahas, dan berlakukan justru soal hijab," katanya menambahkan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Indonesia Setelah Oktober 2022
Enam besar ekonomi dunia akan didominasi oleh kekuatan Asia yaitu Cina, Jepang, India, Indonesia.
SELENGKAPNYAArus Balik Melandai
Masih ada sekitar 46 persen kendaraan yang belum kembali pada arus balik.
SELENGKAPNYAKemenkes Pantau Kasus Covid-19
Dampak mudik Lebaran terhadap kasus Covid-19 baru dapat dilihat dalam waktu sebulan.
SELENGKAPNYA