Inovasi
Berkontribusi Namun tak Diakui
Ada begitu banyak perempuan yang telah berkontribusi dalam berbagai penemuan penting dalam sejarah.
Di dunia teknologi, nama-nama seperti Alan Turing, Nikola Tesla, atau Alexander Graham Bell, telah banyak menghiasi cerita sejarah berbagai inovasi terpenting di dunia. Cerita tentang mereka pun tetap abadi, meski telah hadir berbagai teknologi baru di masa kini.
Namun, sejatinya dalam berbagai penemuan besar di dunia sains, teknologi, teknisi, dan matematika (STEM), banyak pula perempuan yang juga ikut berkontribusi. Hanya saja, cerita tentang mereka, tak sepopuler para kolega mereka lainnya.
Dari penemuan serta karbon kevlar hingga cetak biru program komputer perdana, para perintis wanita juga ikut berada di balik beberapa penemuan sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM) terbesar.
Dilansir dari We Are Tech Woman, pekan lalu, ada banyak nama para perempuan yang selama ini ikut menuangkan pikirannya dalam berbagai perkembangan teknologi yang saat ini kita nikmati. Beberapa di antaranya:
- Hedy Lamarr
Lamarr lahir dengan nama Hedwig Eva Maria Kiesler. Ia adalah seorang aktris, produser film, penemu, sekaligus matematikawan kelahiran Austria.
Salah satu filmnya yang terkenal adalah Samson and Delilah dan White Cargo. Dikutip dari Womanhistory.org, Pada 1940, Lamarr bertemu dengan salah satu penemu AS George Antheil dalam sebuah pesta. Antheil pun mengenang Hedy saat itu, sebagai salah satu yang terlihat tidak nyaman, karena menghasilkan banyak uang di industri film Hollywood namun di tengah kecamuk perang.
"Setelah menikah, dia memiliki pengetahuan tentang amunisi dan berbagai persenjataan yang terbukti bermanfaat. Maka, kami pun mulai mengotak-atik ide untuk mengembangkan sistem komunikasi baru," ujar Antheil.
Sistem baru ini, dapat digunakan untuk tujuan memandu torpedo ke target mereka dalam perang. Cara kerjanya, adalah dengan melibatkan penggunaan "lompatan frekuensi" di antara gelombang radio, dengan pemancar dan penerima melompat ke frekuensi baru secara bersamaan.
Konsep lompatan frekuensi ini, seiring berjalannya waktu, menjadi dasar pemikiran dari berbagai teknologi digital yang kita kenal sekarang. Di antaranya, Bluetooth, GPS, dan Wi-Fi.
Menerapkan konsep tersebut, dapat mencegah intersepsi gelombang radio, sehingga memungkinkan torpedo untuk menemukan target yang dituju. Setelah penciptaannya, Lamarr dan Antheil mencari paten dan dukungan militer untuk penemuan tersebut.
Meski akhirnya paten diberikan dengan nomor 2.292.387 pada Agustus 1942, Angkatan Laut AS ternyata memutuskan untuk tidak menerapkan sistem tersebut. Hingga akhirnya paten Lamarr pun kadaluarsa sebelum ia dapat menikmati keuntungan material dari inovasi yang ia kembangkan. Nama Lamarr pun lebih dikenal sebagai seorang artis film ketimbang inovator.
2. Rosalind Franklin
Selama ini, buku-buku sejarah kerap memberikan penghargaan kepada Francis Crick dan James Watson untuk menemukan bentuk dan wujud DNA. Namun, tanpa Rosalind Franklin, mereka tidak akan memiliki semua bagian yang dibutuhkan untuk menyelesaikan teka-teki itu.
Franklin adalah yang pertama kali menangkap gambar sinar-X dari DNA, kemudian membuktikan kepercayaan ilmiah yang telah lama dipegang bahwa DNA, kemungkinan terdiri dari dua rantai melingkar yang berlawanan atau yang kini dikenal sebagai heliks ganda. Hasil tangkapan tersebut, kini terkenal dengan sebutan ‘Foto Nomor 51’.
Foto tersebut kemudian juga menjelaskan perihal struktur asam nukleat deoksiribosa. Temuan ini diterbitkan di majalah Nature pada 1953.
Dikutip dari Yourgenome.org, Rosalind juga mempelajari virus tumbuhan bersama Aaron Klug. Namun, pada 1956, Rosalind didiagnosis menderita kanker ovarium. Dia berjuang melawan penyakit itu selama 18 bulan sambil terus bekerja di labnya. Sayangnya, dia kalah dalam pertempuran melawan kanker pada April 1958, di usianya yang baru 37 tahun.
Pada 1962, James Watson, Francis Crick dan Maurice Wilkins dianugerahi Hadiah Nobel di bidang Kedokteran untuk atas penelitian DNA yang mereka lakukan. Sebuah penghargaan yang seharusnya juga dibagi bersama Rosalind, namun sayangnya penghargaan tersebut tidak dapat diberikan secara anumerta.
Dalam memoarnya yang berjudul The Double Helix, Dr Watson menggambarkan Rosy, panggilannya untuk Rosalind sebagai seorang ilmuwan yang tidak menekankan kualitas femininnya. "Rosy bukanlah perempuan yang gemar berdandan, ia sangat menginginkan para perempuan dapat mengejar karier yang profesional bagi para perempuan cerdas di mana pun," ungkap Watson.
Pada 1982, Klug juga mendapat Hadiah Nobel yang mana sebagian penelitiannya juga didasarkan pada pekerjaannya bersama Rosalind. Tepatnya, ketika mereka bersama menyelidiki struktur virus tumbuhan dan hewan.
Rosy sangat menginginkan para perempuan dapat mengejar karier yang profesional.
JAMES WATSON, Berkisah tentang koleganya, Rosalind Franklin
3. Virginia Apgar
Virginia Apgar adalah ilmuwan sekaligus dokter yang mengkhususkan diri dalam anestesi. Dr Apgar adalah pemimpin di bidang anestesiologi, di era di mana profesi sebagai spesialis medis profesional bagi seorang perempuan terbilang masih langka.
Pada 1938, ia menjadi direktur Divisi baru Anestesiologi di Rumah Sakit Presbyterian, yang sekarang dikenal sebagai New York-Presbyterian/Columbia University Irving Medical Center.
Di sana, ia mendirikan program pendidikan anestesiologi dan mengkoordinasikan layanan dan penelitian anestesiologi. Pada 1949, Apgar, yang saat itu menjadi guru terkenal, menjadi wanita pertama yang diangkat sebagai profesor penuh di Columbia University College of Physicians and Surgeons.
Selama waktu ini, ia mempelajari efek anestesi pada wanita dan bayi selama proses persalinan dan melahirkan. Pengalaman ini juga yang kemudian membawanya untuk mengembangkan Skor Apgar pada 1952.
Skor Apgar hingga saat ini, masih digunakan sampai sekarang di seluruh dunia. Tes ini mengukur warna kulit bayi baru lahir, denyut nadi, refleks, tonus otot, dan pernapasan segera setelah lahir, untuk menunjukkan bayi mana yang mungkin mendapat manfaat dari perhatian medis lebih lanjut.
Skor Apgar juga telah berperan dalam menurunkan angka kematian bayi dan juga membantu menginspirasi perkembangan neonatologi, sub spesialis pediatrik yang berfokus pada perawatan medis bayi baru lahir.
Sedikit berbeda dari para penemu perempuan lainnya, Apgar dikenal luas akan kontribusi yang ia berikan di dunia medis. Ia dikenal dengan tekadnya untuk selalu memberikan bantuan pada orang yang mengalami gangguan pernapasan. "Tidak seorang pun, yang akan berhenti bernapas selama ada saya" katanya, dikutip dari Newsweek.
Tekad ini juga yang membuat ia dikenal selalu membawa peralatan resusitasi bersamanya. Hal ini membuatnya telah menyelamatkan lebih kurang 16 nyawa yang ia temui dan membutuhkan bantuan pernapasan.
Apgar juga dikenal sebagai perempuan yang vokal terhadap adanya ketidaksetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan. Apgar selalu menegaskan, bahwa menjadi wanita tidak memiliki pengaruh langsung terhadap segala pencapaian kariernya. "Semua perempuan bisa menjadi apapun, sejak ia dilahirkan," Apgar meyakini.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Bank Syariah Mampu Topang Pemulihan Ekonomi
Bank syariah secara keseluruhan tumbuh dengan baik meski dengan dukungan berbagai kebijakan.
SELENGKAPNYAUmmu Saad, Tonggak Hukum Waris dalam Islam
Kematian ayahnya menjadi sebab turunnya hukum waris.
SELENGKAPNYAMalam Spesial Manchester City di Etihad
Manchester City vs Real Madrid akan menyajikan duel berkelas dengan statistik nyaris berimbang.
SELENGKAPNYA