JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membentuk Satuan Tugas Percepatan Penurunan Stunting (Satgas Stunting) di tingkat pusat hingga kabupaten/kota. Pada Kamis (21/4) ratusan Satgas Stunting di 33 Provinsi serta 500 Kabupaten/Kota menjalani orientasi Satgas Stunting secara daring.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr Hasto Wardoyo berpesan peran Satgas Stunting sangat penting untuk percepatan eliminasi stunting atau gagal tumbuh. Satgas dimintanya terus belajar tentang apa dan bahaya stunting.

"Ingat bahwa belajar dimulai dari membaca, maka di agama Islam selalu ada iqra. Kemudian setelah itu memiliki kompetensi. Sebagai satgas stunting ditanya sama kader di desa, harus paham," ujar Hasto.

Satgas Stunting di Kabupaten/Kota lanjut Hasto, merupakan tangan kanan dari para Bupati dan Wali Kota. Sehingga, harus menjadi pelayan yang baik untuk masyarakat.

Hasto pun memaparkan lima pilar yang menjadi patokan percepatan penanganan stunting dari pemerintah pusat hingga daerah untuk mencapai penurunan stunting 14 persen pada tahun 2024. Pertama, peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan di K/L, pemerintah daerah (pemda) provinsi, pemda kabupaten/kota dan pemerintah desa.

Kedua, peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat. Ketiga, peningkatan konvergensi dan intervensi spesifik dan intervensi spesifik dan intervensi sensitif di K/L, pemda provinsi, pemda kabupaten/kota dan pemerintah desa.

Keempat, peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Kelima, penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset dan inovasi.

Selain itu, Hasto juga berencana akan mengumumkan kabupaten/kota yang tidak dapat mengatasi permasalahan stunting. Cara ini ia lakukan agar para Bupati/Wali Kota dapat serius menghadapi masalah stunting sebelum akan maju dalam kontestasi politik di 2024. "Bupati/Wali Kota yang tidak bisa mengatasi stunting, agar mereka malu nanti sebelum tahun 2024 akan saya umumkan," ujarnya.

Sejumlah siswa TK dan PAUD memakan olahan ikan pada acara gerakan cinta rupiah dan makan ikan massal di Gedung Kesenian, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (24/3/2022). Gerakan cinta rupiah dan makan ikan massal yang diikuti 200 peserta itu bertujuan untuk mencegah stunting dan mengajak anak mencintai rupiah sejak dini. - (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/)

SHARE    

Deputi Bidang Advokasi, Pergerakan, Informasi BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso mengatakan, stunting merupakan masalah serius. Sekitar 2-3 persen pendapatan domestik bruto atau PDB hilang per tahun akibat stunting. Dengan jumlah PDB Indonesia tahun 2020 sekitar Rp 15 ribu triliun maka potensi kerugian akibat stunting akan mencapai Rp 450 triliun.

"Sehingga, untuk mencegah stunting harus dilakukan sejak dini. Yakni sebelum terjadinya kehamilan pada para calon pengantin dan pada ibu hamil," kata Teguh.

BKKBN juga fokus mengampanyekan 'Empat Terlalu' (4T) dalam pencegahan stunting. Empat isu yang dianggap menjadi penyebab tingginya angka stunting, yaitu usia ibu yang terlalu muda dan terlalu tua, jarak persalinan yang terlalu sering, serta jumlah persalinan yang terlalu banyak.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat