Tajuk
Sudah Saatnyakah Melepas Masker?
Apa yang membuat angka kasus turun cepat? Banyak hal. Menjaga prokes salah satu yang utama.
Masih perlukah kita menggunakan masker tempo-tempo ini? Pertanyaan ini layak kita ajukan melihat situasi pagebluk Covid-19 terkini. Di lingkungan sekitar kita, aktivitas sosial dan ekonomi makin menggeliat.
Semua terasa bergegas-gegas. Seakan normal, hanya tinggal sehelai masker yang menutupi mulut dan hidung kita sehari-hari di luar ruang. Masker ini seolah menjadi simbol terakhir dari dua tahun berjibaku. Benarkah kita sudah mengalahkan penyakit Covid-19 itu?
Dua pertanyaan ini jawabannya tentu berbeda. Benarkah kita sudah mengalahkan Covid-19? Tentu belum! Di belahan Indonesia memang tren kasusnya makin menurun. Namun, di luar negeri, misal di Cina, Hong Kong, Korea, mendapati situasi yang 180 derajat berbeda. Negara-negara ini dengan konstan mendapati lonjakan kasus harian.
Varian delta dan omikron masih bergentayangan di sana. Padahal, ketiga negara itu tidak kurang cekatan dan sigap menangani pandemi. Penanganan mulai dari upaya testing dan tracing yang amat masif. Kemudian sarana perawatan dan obat-obatan serta terapi yang menyeluruh.
Cina adalah contoh yang lain dari yang lain. Dalam dua pekan terakhir, kita melihat bagaimana masifnya pemerintahan Komunis itu melakukan karantina kota per kota. Atau bagian dari kota-kota besar. Dengan sumber daya tenaga kesehatan yang amat besar, Cina dengan mudah melakukan lockdown sebuah kota selama berpekan-pekan, hanya untuk menghentikan penyebaran kasus yang awalnya hanya belasan orang atau malah di bawah 10 orang.
Varian delta dan omikron masih bergentayangan di sana. Padahal, ketiga negara itu tidak kurang cekatan dan sigap menangani pandemi.
Soal disiplin dan kepatuhan warga ketiga negara pun bisa dijadikan contoh. Disiplin dalam hal mengenakan masker ataupun mengikut tes dan mau dilacak. Warga sudah mengerti dan paham, mereka wajib melakukan hal itu, berkontribusi agar pandemi Covid-19 lekas berlalu.
Terhadap pertanyaan, apakah kita sudah bisa menanggalkan masker, kemarin Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sudah menegaskannya: Belum! Menkes memberi peringatan, jangan lengah dan jangan lalai dalam Ramadhan serta mudik ini. Kita mengapresiasi Menkes Budi, yang terus-menerus menyosialisasikan masih pentingnya menjaga protokol kesehatan: "Memakai Masker, Menjaga Jarak, dan Mencuci Tangan".
Meskipun kita tahu tren kasus harian Covid-19 di Indonesia makin menurun. Pekan kemarin mungkin adalah pekan dengan kasus harian terendah selama varian omikron bergentayangan. Kasus harian beberapa kali di bawah 1.000 kasus per hari. Kemarin bahkan sempat di bawah 700 kasus per hari. Mungkinkah kita menembus kasus harian di bawah 500 kasus per hari? Rasanya amat mungkin dalam waktu dekat.
Apa yang membuat angka kasus turun cepat? Banyak hal. Menjaga prokes tentu salah satu yang utama. Kemudian vaksinasi tahap satu dan dua, kemudian disusul booster. Kemudian juga menurut survei serologi terkini, Kemenkes yang menyatakan antibodi masyarakat di Indonesia sudah cukup baik menangkal Covid-19.
Apa yang membuat angka kasus turun cepat? Banyak hal. Menjaga prokes tentu salah satu yang utama.
Tentu vaksinasi bukan tanpa persoalan. Masih banyak kota yang cakupan vaksinasinya tidak memuaskan. Vaksinasi tahap satu ataupun dua, atau bahkan vaksinasi lansia yang jauh dari target pusat. Belum kemudian cakupan vaksinasi booster. Karena itu, strategi pemerintah memadukan booster sebagai syarat mudik, kita akui tokcer. Membuat lokasi vaksinasi booster di berbagai kota, ataupun terminal dan stasiun kini penuh oleh warga yang ingin disuntik.
Dengan tren kasus harian dan cakupan vaksinasi serta booster saat ini, bisalah Indonesia mulai menanggalkan masker. Kita tahu sebagian warga di lingkungan kita sudah melakukan itu. Amerika dan Eropa sudah terlebih dulu melonggarkan aturan masker ini. Ini karena mereka cukup percaya diri dengan vaksinasi di negara masing-masing, ataupun perkembangan varian terkini yang lebih lemah dari delta.
Ada tiga varian dari omikron yang tengah diwaspadai, yakni XD, XE, dan XF. Namun, hasil riset tiga varian ini belum menunjukkan seganas delta. Kemenkes pada pekan lalu mengeklaim, belum menemukan varian omikron tersebut dari sampel yang ada.
Kita berandai-andai, tanpa ada varian baru yang masuk, maka lonjakan kasus Covid-19 pascamudik dan Lebaran tahun ini relatif terkendali. Bisa saja, salah satunya dengan tetap menggunakan masker itu tadi. Masker adalah seminim-minimnya pertahanan kita terhadap Covid-19 yang belum ada obatnya ini.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Covid-19 Diprediksi Landai Pasca-Lebaran
Hasil serosurvei menunjukkan hampir 100 persen masyarakat Indonesia memiliki antibodi Covid-19.
SELENGKAPNYAIndonesia Cetak Suprlus Dagang Terbesar
Kenaikan harga komoditas melanjutkan tren surplus neraca perdagangan Indonesia.
SELENGKAPNYA