Internasional
Rusia: Serangan Kiev Kian Gencar
Kapal berpandu rudal milik Rusia, Moskva, dilaporkan tenggelam, Kamis (14/4).
MOSKOW – Rusia mengancam akan mengintensifkan serangan ke ibu kota Ukraina, Kiev. Hal itu sebagai respons atas sejumlah serangan yang dilakukan kelompok nasionalis Ukraina ke tanah Rusia.
“Jumlah dan skala serangan rudal terhadap sasaran di Kiev akan meningkat sebagai tanggapan atas setiap serangan teroris atau sabotase yang dilakukan oleh rezim nasionalis Kiev di wilayah Rusia,” kata Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia, Jumat (15/4).
Mereka pun mengungkapkan, pasukan Rusia telah menyerang sebuah pabrik militer di luar Kiev pada Kamis (14/4) malam. Serangan dilakukan dengan menggunakan rudal jarak jauh berbasis laut Kalibr.
“Sebagai akibat dari serangan di pabrik pembuat mesin Zhulyansky 'Vizar', bengkel untuk produksi serta perbaikan sistem rudal antipesawat jarak jauh dan menengah, serta rudal antikapal, dihancurkan,” kata Kemenhan Rusia.
Kemenhan Rusia menyebut, sistem rudal S-400 berhasil menembak jatuh sebuah helikopter Mi-8 milik Ukraina. Helikopter itu sebelumnya melakukan serangan terhadap warga sipil di wilayah Klimovo, Bryansk, yang tak jauh dari perbatasan Rusia-Ukraina. Setidaknya delapan warga terluka akibat serangan helikopter tersebut.
Ukraina telah membantah helikopternya melakukan serangan ke sebuah Klimovo, Bryansk. Kiev justru menuding Moskow membuat insiden tersebut untuk membangkitkan histeria anti-Ukraina di Rusia.
Pada Kamis, Ukraina mengeklaim telah menyerang kapal berpandu rudal Moskva milik Rusia. Kapal itu kemudian tenggelam saat ditarik menuju pelabuhan oleh Rusia. Rusia hanya mengonfirmasi bahwa ada kebakaran di kapal itu, tapi tak menyebutkan soal serangan dari Ukraina.
Saat ini Ukraina mendapat bantuan persenjataan dari sejumlah negara Barat. Sedangkan, beberapa negara lain termasuk Austria memilih memberikan bantuan pelindung diri kepada Ukraina.
Jerman hemat energi
Perang Rusia dan Ukraina mengancam kelangsungan pasokan energi Eropa dan sejumlah negara lain. Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan, negaranya harus mulai menghemat energi untuk lebih independen dari bahan bakar fosil Rusia.
Perekonomian terkuat Eropa itu sedang mencari cara untuk memotong impor gas dan minyak dari Moskow sebagai respons atas perang di Ukraina.
Dengan semakin banyaknya warga sipil yang tewas dalam invasi Rusia ke Ukraina, tekanan pada Jerman memutus impor gas dan minyak Rusia juga semakin besar. Para kritikus mengatakan, Rusia menggunakan pendapatan dari dua komoditas itu mendanai perangnya di Ukraina.
"Setiap kilometer yang tidak dijalankan berkontribusi mempermudah keluar dari pasokan energi Rusia, kami juga melindungi iklim," kata Habeck dalam wawancaranya dengan Funke Media Group, Kamis (14/4).
Habeck mengatakan, mengurangi konsumsi energi 10 per orang memungkinkan untuk dilakukan. Ia menambahkan, perusahaan juga dapat berkontribusi dengan menawarkan kerja jarak jauh dari rumah bila memungkinkan.
Sedangkan, Pemerintah Belanda akan meminta perusahaan-perusahaan energi di negaranya untuk tidak membeli gas Rusia menggunakan rubel. Ia menekankan, hal tersebut melanggar sanksi yang sudah diterapkan Uni Eropa.
“Apa yang berubah adalah bahwa Komisi (Eropa) kemarin menyimpulkan bahwa membayar dalam rubel akan melanggar sanksi, dan begitu pula pembangunan dengan Gazprombank,” kata seorang juru bicara Kementerian Urusan Ekonomi Belanda, Kamis (14/4).
Pada Maret lalu, Moskow telah mengusulkan agar pembeli gas Rusia membuka rekening di Gazprombank. Pembayaran menggunakan euro atau dolar akan dikonversi ke rubel.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Lepas Subuh, Israel Kembali Serang Al-Aqsa
Sedikitnya 90 warga Palestina luka-luka akibat serangan militer Israel ke Masjid al-Aqsa.
SELENGKAPNYATol Japek Krusial Hadapi Puncak Arus Mudik Lebaran
Tol Japek dan penyeberangan Merak-Bakauheni diprediksi padat signifikan saat puncak arus mudik.
SELENGKAPNYAKasus Jiwasraya, Dua Korporasi Divonis Bayar Uang Pengganti
Hakim juga memutuskan pidana tambahan berupa pencabutan hak Maybank dalam menjalankan kewajiban investasi sepanjang lima bulan sekaligus pencabutan izin produk Reksadana MDES.
SELENGKAPNYA