Ekonomi
Bulog Siapkan Pengadaan Kedelai
Petani kedelai masih membutuhkan jaminan pasar dan stabilitas harga.
JAKARTA -- Perum Bulog akan segera melakukan proses lelang untuk pengadaan kedelai bersubsidi dari pemerintah. Lelang tersebut dilakukan tidak hanya untuk kedelai impor, tapi juga kedelai lokal.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaluddin Iqbal mengatakan, inti dari program tersebut adalah untuk meringankan beban para perajin tahu dan tempe di tengah kenaikan harga kedelai.
"Lelang segera kita lakukan. Harapannya nanti harga yang kita terima adalah harga wajar sesuai pasar. Tentu nanti akan ada persaingan (harga) antarpeserta lelang," kata Awaluddin kepada Republika, Ahad (27/3).
Awaluddin menekankan, prinsip lelang untuk pengadaan kedelai bersubsidi tidak terpaku pada produk lokal ataupun impor, tapi sesuai kebutuhan. Awaludin mencontohkan, untuk kebutuhan produksi tahu, penggunaan kedelai lokal dinilai lebih baik.
"Prinsipnya, stok kedelai yang sudah ada di dalam negeri dan yang dikuasai oleh pelaku usaha, itu yang kita beli melalui lelang," katanya.
Total anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program ini mencapai Rp 955 miliar. Sumber anggaran berasal dari cadangan stabilisasi harga pangan (CSHP).
Total anggaran tersebut berdasarkan asumsi perhitungan 200 ribu ton kedelai setiap bulannya yang diberikan selama empat bulan. Jumlah itu dikali Rp 1.194 per kg. Dana sebesar Rp 1.000 per kg merupakan biaya penggantian selisih harga dan Rp 194 per kg menjadi margin fee untuk Bulog.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) Hidayatullah Suralaga mengatakan, asosiasi sudah mendapatkan informasi dari Bulog terkait persiapan lelang. Akindo akan menyampaikan informasi tersebut kepada para pelaku importir kedelai di Indonesia.
"Kalau importir tentu ingin harga pasar. Harga terbaru saya belum ikuti, tapi kalau harga terakhir per 23 Maret 2022 sekitar Rp 11.500 per kg hingga Rp 11.600 per kg di tingkat importir," kata dia.
Produsen tahu dan tempe berharap program subsidi kedelai dari pemerintah bisa menurunkan harga kedelai sehingga tak lebih dari Rp 10 ribu per kg. Akan tetapi, mengingat harga kedelai saat ini yang tinggi dan alokasi subsidi yang terbatas, Gakoptindo menilai subsidi dapat meringankan beban untuk sementara waktu.
Ketua Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, saat ini harga kedelai yang diterima produsen perajin sudah lebih dari Rp 12 ribu per kilogram (kg). Sementara itu, subsidi kedelai yang ditetapkan pemerintah hanya sebesar Rp 1.000 per kg. "Apa pun itu, namanya juga bantuan kita alhamdulillah berterima kasih," kata Aip.
Harga kedelai lokal yang perlahan mengalami kenaikan membuat petani kembali melirik kedelai sebagai pilihan usaha. Dengan tingkat harga saat ini, petani mulai menikmati keuntungan dari usaha tani. Meski demikian, petani masih membutuhkan jaminan pasar.
Salah satu petani kedelai sekaligus Kepala Desa Cibulan, Kecamatan Cidahu, Kuningan, Jawa Barat, Iwan mengatakan, saat ini harga kedelai di tingkat petani sudah di kisaran Rp 9 ribu per kg hingga Rp 10 ribu per kg.
Harga sekarang petani sudah untung. Dulu harga terlalu rendah.
Menurut dia, tingkat harga itu sudah jauh lebih tinggi dibandingkan pertama kali ia mulai membudidayakan kedelai pada 2018. Saat itu, harga masih sekitar Rp 5.500 per kg hingga Rp 6 ribu per kg. "Harga sekarang petani sudah untung. Dulu harga terlalu rendah," kata Iwan.
Kendati demikian, Iwan mengakui, produktivitas kedelai di tempatnya masih rendah, yakni sekitar 1,2 ton per hektare (ha). Rendahnya produktivitas itu salah satunya karena penanaman kedelai menggunakan lahan bekas galian pasir yang tidak produktif selama 20 tahun.
Ia pun berharap agar Bulog dapat menyerap kedelai lokal. Dengan kebijakan subsidi kedelai, menurut dia, petani akan mendapatkan kepastian penyerapan hasil panen.
"Sangat bagus kalau Bulog mau menyerap karena ada jaminan pasar apalagi kalau dibeli dengan harga Rp 9 ribu-Rp 10 ribu per kg," katanya.
Pasokan bawang putih
Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) memperkirakan, ketersediaan stok bawang putih impor mulai menipis. Berdasarkan pemantauan Pusbarindo, sejak awal tahun hingga pertengahan Maret 2022, belum terdapat pasokan bawang putih baru yang masuk ke Tanah Air.
Ketua Harian Pusbarindo Valentino mengatakan, sisa stok bawang putih impor akhir 2021 sekitar 150 ribu ton dan menjadi stok awal 2022. Sementara itu, kebutuhan Januari-Maret 2022 diperkirakan mencapai 125 ribu ton dengan asumsi konsumsi per bulan berkisar 41 ribu hingga 42 ribu ton.
"Jadi, kemungkinan sisa stok tinggal 30 ribu ton sekarang ini. Mulai ada kenaikan harga, tapi memang belum signifikan," kata Valentino. Baca Selengkapnya';
BSI Perkuat Penetrasi ke Pasar Global
Kantor perwakilan BSI Dubai ini menandai kehadiran bank pertama Indonesia di kawasan Timur Tengah.
SELENGKAPNYAITDC: Dampak MotoGP Hingga ke Pulau Bali
ITDC tidak berpuas diri dan akan meneruskan gairah positif pariwisata Lombok.
SELENGKAPNYAJalur Mudik Disediakan Posko Vaksinasi
Diprediksi kurang lebih 56 juta orang akan mudik pada Lebaran tahun ini.
SELENGKAPNYA