Kabar Utama
Ritel Mulai Naikkan Harga Minyak Goreng Kemasan
Konsumen dilematis dengan kebijakan terbaru minyak goreng.
JAKARTA -- Toko ritel modern di sejumlah daerah mulai menjual minyak goreng (migor) kemasan sesuai harga pasar setelah adanya kebijakan baru pemerintah. Stok migor pun tampak mulai tersedia, tapi harganya terpantau naik hampir dua kali lipat menjadi di kisaran Rp 23 ribu per liter.
Pemerintah pada Selasa (15/3) memutuskan hanya akan mengatur harga minyak goreng curah sebesar Rp 14 ribu per liter dengan dibantu subsidi dari pemerintah. Sedangkan minyak goreng kemasan sederhana dan premium dapat disesuaikan oleh produsen maupun distributor dengan harga keekonomian.
Salah satu toko ritel modern yang mulai melakukan penyesuaian harga migor adalah Yogya Department Store. Berdasarkan pantauan Republika di Yogya Department Store, di Kota Tasikmalaya, Rabu (16/3), harga migor kemasan mencapai Rp 23.900 per liter atau Rp 47.800 per kemasan dua liter.
Harga itu melonjak tajam dibandingkan ketika pemerintah masih menerapkan HET migor kemasan sebesar Rp 14 ribu per liter. Warga Tasikmalaya, Joya (30 tahun), yang sedang berbelanja di department store tersebut mengaku kaget ketika mengetahui harga terbaru migor kemasan.
"Saya sudah baca berita soal pemerintah yang tak lagi menetapkan HET migor kemasan. Kaget sih harganya jauh naiknya," kata Joya saat berbincang dengan Republika, kemarin.
Di etalase tempat minyak goreng ditaruh, tak banyak konsumen yang berkumpul seperti sebelumnya saat harga masih Rp 14 ribu per liter. Konsumen lebih dulu memperhatikan harga terbaru, alih-alih langsung memasukkan kemasan minyak goreng ke dalam keranjangnya.
Salah seorang konsumen lainnya, Nurlina (36), mengaku baru tahu harga minyak goreng disesuaikan dengan harga pasar. Namun, baginya, kenaikan harga tak menjadi masalah besar.
Perempuan yang sedang berbelanja bersama suaminya itu menilai, lebih baik harga minyak goreng sedikit lebih mahal, daripada murah tapi jarang tersedia. Menurut dia, semahal apapun harga minyak goreng, masyarakat pasti akan membelinya. Sebab, barang itu merupakan kebutuhan primer rumah tangga.
"Kalau saya sih nggak masalah, daripada murah tapi harus antre panjang untuk membelinya," kata dia.
Di pasar modern itu, tak terlihat ada antrean panjang di depan kasir. Pemandangan itu berbeda dengan kondisi sebelumya, di mana banyak masyarakat datang ke pasar modern hanya untuk membeli satu kemasan minyak goreng.
View this post on Instagram
Di Kota Tangerang Selatan, migor kemasan di sejumlah toko ritel dipatok dengan harga Rp 47.300 per dua liter. Warga mengeluhkan kenaikan harga, tapi juga merasa dilema mengingat kondisi kelangkaan migor. "Normal per hari ini Rp 47.300 untuk kemasan dua liter," ujar salah satu pegawai toko ritel di Kota Tangsel, Budi saat ditemui Rabu (16/3).
Warga Tangsel, Eni (48 tahun), menilai harga migor saat ini mencekik masyarakat. Apalagi, saat ini banyak bahan pokok yang harganya juga mengalami kenaikan. "Berat lah pasti dengan harga segitu. Tapi bingung juga kalau langka terus selama ada subsidi," kata Eni.
Hal senada dirasakan Devi (25). Dia bimbang dengan kondisi ketersediaan dan harga migor kemasan saat ini. "Maunya harga murah, tapi ada (stoknya)," kata dia.
View this post on Instagram
Di Bandung, Jawa Barat, harga migor kemasan premium di sejumlah ritel terpantau tersedia dengan harga sekitar Rp 50 ribu per dua liter. Pantauan di lapangan, harga migor kemasan berbagai merek di Griya Yogya yang berlokasi di Jalan Sunda, dijual seharga Rp 47.900 per dua liter.
Salah seorang konsumen, Eti mengaku selama dua bulan terakhir sempat kesulitan mendapatkan minyak goreng. Terlebih harga saat itu di ritel murah, yaitu Rp 28 ribu per dua liter "Nyari susah kemarin hanya dikasih dua liter Rp 28 ribu, sekarang sampai Rp 47.900 per dua liter, mahal banget naik sampai setengahnya," ujarnya saat tengah berbelanja, Rabu (16/3).
Di Surabaya, Jawa Timur, stok migor di sejumlah minimarket masih sulit ditemukan. Pantauan Republika di salah satu minimarket di Jalan Ketintang Baru Selatan, Gayungan, Surabaya, s tok minyak goreng sudah beberapa hari kosong. Petugas di minimarket tersebut pun tidak bisa memastikan kapan minyak goreng akan tersedia kembali.
Sekretaris Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Agus Suyatno mengatakan, kebijakan terbaru migor menjadi "pil pahit" bagi konsumen. Sebab, pemerintah belum berhasil melaksanakan kebijakan minyak goreng yang terjangkau dari segi pasokan maupun harga.
Kendati demikian, ia menyebut kebijakan ini menjadi jalan tengah atas kelangkaan minyak goreng. Meski migor kemasan tak lagi diatur dengan HET, tegas dia, harga jual harus adil dan tetap terjangkau. “Kenaikan harga jangan ‘gila-gilaan’. Harga keekenomian tetap harus adil bagi konsumen dan pelaku usaha, termasuk pedagang pasar tradisional," kata Agus kepada Republika, kemarin.
Agus mengatakan, harga migor sebelumnya memang sudah menyesuaikan HET, namun sulit diperoleh. Situasi itu tak berbeda seperti sebelumnya di mana pasokan banyak, namun harga sangat tinggi. "Jadi untuk di tataran konsumen, ada tiga hal yang saling terkait, akses, harga, dan kualitas," katanya.
Tutup celah spekulan
Kebijakan terbaru pemerintah terkait minyak goreng (migor) disebut dapat menutup celah spekulan sehingga pasokan akan kembali normal. Kendati demikian, harga minyak goreng kemasan bakal melambung seiring dilepasnya harga ke mekanisme pasar.
Pemerintah pada Selasa (15/3) memutuskan hanya akan mengatur harga minyak goreng curah sebesar Rp 14 ribu per liter dengan dibantu subsidi dari pemerintah. Sedangkan minyak goreng kemasan sederhana dan premium disesuaikan dengan harga keekonomian.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga mengatakan, mekanisme harga minyak goreng yang sesuai dengan situasi pasar terkini, tidak memberikan ruang bagi oknum yang tiba-tiba menjadi pedagang minyak goreng.
"Oleh karena itu, minyak goreng kemasan premium dan sederhana akan membanjiri pasar karena itu sudah dilepas sesuai mekanisme pasar," kata Sahat kepada Republika, Rabu (16/3).
Menurut Sahat, kebijakan melepas migor kemasan ke mekanisme pasar dan menyubsidi minyak curah sudah tepat. Ia menyebut, pangsa pasar minyak goreng bukan didominasi oleh jenis kemasan, melainkan curah.
Pangsa pasar migor kemasan, menurut dia, hanya sekitar 35 persen dari rata-rata kebutuhan bulanan sekitar 330 ribu ton per bulan. Adapun minyak curah memiliki pangsa hingga 65 persen.
Ia menjelaskan, dengan harga CPO KBPN Dumai saat ini Rp 15.864 per kg, harga minyak goreng kemasan sederhana di level konsumen bisa mencapai Rp 23 ribu per liter. “Untuk kemasan premium, perhitungan kami sebesar Rp 24.800 per liter jika dengan patokan harga CPO saat ini," kata Sahat.
Terkait minyak goreng curah, Sahat menilai, harga yang ditetapkan sebesar Rp 14 ribu per liter masih jauh lebih rendah dari harga keekonomian, meskipun lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 11.500 per liter.
Berdasarkan data GIMNI, harga wajar migor curah saat ini sekitar Rp 21 ribu per liter. “Bedanya harga ini bisa sampai Rp 7.500 per liter antara HET Rp 14 ribu per liter dan real price (harga keekonomian) sekarang Rp 21.340 per liter," ujar dia.
Karena itu, menurut Sahat, diperlukan mekanisme pemberian subsidi yang tepat sasaran serta pengawasan yang ketat. Isu strategis yang menjadi pembahasan antara pemerintah dan produsen minyak goreng, yakni pada mekanisme administrasi untuk mengeklaim subsidi tersebut.
Saat ini, GIMNI sedang melakukan pendataan produsen minyak goreng curah di Indonesia untuk didaftarkan kepada Kementerian Perindustrian. Itu demi mencegah adanya oknum produsen minyak goreng yang secara mendadak mengeklaim pencairan subsidi dari pemerintah.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengatakan, salah satu penyebab kelangkaan migor kemasan karena ada aksi borong untuk mengambil keuntungan dari migor yang dijual di retail modern.
“Kalau kemarin, ada selisih harga dari pasar modern dengan pasar tradisional dan itu tidak bisa dikontrol. (Selisih) Itu yang menyebabkan stok di pasar modern selalu diburu. (Ada beberapa oknum yang beli (di pasar modern), lalu masuk ke pasar tradisional," kata Arief, kemarin.
Menurut Arief, kebijakan terbaru pemerintah dapat menyeimbangkan stok minyak goreng di pasar modern dan tradisional. Arief menambahkan, harga migor kemasan di negara tetangga, seperti Malaysia, saat ini mencapai Rp 22 ribu per liter.
Tunggu pasokan
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mendesak agar pasokan migor kembali tersedia secara cukup di pasar. Pasalnya, tren permintaan mulai mengalami kenaikan dua pekan sebelum masuknya bulan Ramadhan.
Ketua Umum Ikappi, Abdullah Mansuri berharap, pasokan migor bisa sesegera mungkin tersebar luas dan tidak sulit didapatkan dengan adanya kebijakan terbaru. “Yang penting ada dulu barangnya walau harga agak tinggi, tapi tetap diminati. Kita harapkan pasokan tersedia secepat mungkin, sehingga tidak ada panic buying," kata Mansuri, Rabu (16/3).
Mansuri menyebut, permintaan migor sudah mengalami kenaikan, tetapi masih di bawah lima persen. Ia belum dapat memastikan penyebab kenaikan permintaan, tetapi bisa jadi akibat adanya isu beberapa komoditas pangan lain, yang juga mengalami kenaikan harga.
“Jadi, kami mendorong agar pasokan minyak goreng segera disebarkan dan didistribusikan ke pasar-pasar tradisional secepat mungkin.”
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Usulan Biaya Haji Direvisi Jadi Rp 42 Juta
Kemenag optimistis Indonesia akan memberangkatkan jamaah haji 2022.
SELENGKAPNYAJokowi: Mandalika Jadi Jenama Baru Indonesia
Para pembalap menyatakan kekaguman dengan sambutan warga Jakarta.
SELENGKAPNYALogo Halal Baru
Yang terpenting tetaplah sistem jaminan halalnya, bukan semata-mata logonya.
SELENGKAPNYA