Hikmah
Zalim
Kita mengutuk kezaliman dalam hal apa pun yang dilakukan siapa pun.
Oleh ABDUL MUID BADRUN
OLEH ABDUL MUID BADRUN
Islam adalah agama yang penuh keadilan dan jauh dari kezaliman. Islam juga agama rahmatan lil ‘alamin. Agama yang memerintahkan umatnya untuk berbuat adil kepada siapa saja dan melarang berbuat zalim.
Inilah indahnya berislam dalam konteks kekinian. Secara bahasa, zalim atau azh zhulmu artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Secara istilah, zalim artinya melakukan sesuatu yang keluar dari koridor kebenaran, baik karena kurang maupun melebihi batas.
Dari pengertian di atas, jelas perbuatan zalim (dalam bentuk apa pun) sangat ditentang dan dilarang dalam agama. Namun, mengapa masih saja ada orang dengan sengaja berbuat zalim?
Ini yang mesti kita ingatkan agar ia tidak makin tenggelam dalam kubangan dosa dan laknat-Nya. Selain itu juga agar kezaliman yang ia lakukan tidak makin memperparah keadaan.
Allah Ta’ala pun mengancam dalam firman-Nya (di beberapa ayat) dengan tegas yang artinya:
“Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.” (QS Hud: 18); “Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS Hud: 102); “Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS Ghafir:18).
Ayat-ayat peringatan keras Allah di atas jelas membuktikan betapa berbuat dan bertindak zalim sangat dilarang dan harus dijauhi. Baik menjauhi pelakunya maupun institusi di mana kezaliman itu dilakukan. Karena, jika tidak, kita pun akan ikut-ikutan berbuat zalim.
Seperti adagium yang menyatakan: “Perbuatan hina jika dilakukan terus-menerus tanpa ada koreksi akan menjadi kebiasaan baru. Kebiasaan baru inilah yang bisa memunculkan “kebenaran kamoflatif” yang tanpa disadari itu merusak tatanan dan fondasi sosial bermasyarakat”.
Rasul pun dalam salah satu hadisnya menjelaskan betapa perbuatan zalim itu sangat merugikan. Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bertanya: “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” Para sahabat pun menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda.”
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, diambillah dosa-dosa orang yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim).
Dari sinilah, kita mengutuk kezaliman dalam hal apa pun yang dilakukan siapa pun. Baik kezaliman dalam keluarga, kezaliman dalam pekerjaan, kezaliman dalam pertemanan, dan kezaliman dalam ekonomi, sosial, dan politik.
Wallahu a’lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.