Kabar Utama
IMF: Dampak Perang Rusia-Ukraina Sangat Serius
Hingga saat ini, perundingan Rusia dan Ukraina belum membuahkan hasil kesepakatan.
JAKARTA -- Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan negara-negara untuk mewaspadai dampak perang Rusia dan Ukraina terhadap perekonomian. Dampak terhadap ekonomi global, ungkap IMF, akan semakin parah jika eskalasi konflik Rusia dan Ukraina terus meningkat.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Gergieva mengatakan, dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat perang Rusia-Ukraina saat ini sudah sangat serius. Harga energi dan komoditas, termasuk gandum dan biji-bijian telah melonjak. "Ini menambah tekanan inflasi sebagai dampak dari terganggunya rantai pasok," kata Kristalina dalam pernyataan resmi IMF pada Sabtu (5/3).
Ia mengatakan, guncangan harga akan terasa di seluruh dunia. Dampaknya bakal dirasakan betul oleh rumah tangga miskin yang sebagian besar penghasilannya hanya untuk belanja makanan dan bahan bakar.
"Jika konflik meningkat, kerusakan ekonomi akan lebih dahsyat. Sanksi terhadap Rusia juga akan berdampak besar pada ekonomi global dan pasar keuangan, dengan limpahan yang signifikan ke negara lain," katanya.
In addition to the tragic human toll, the economic costs of the war in #Ukraine are already severe. IMF staff briefed the Board yesterday on their initial assessment. Our teams are working hard to deliver urgent support to & other impacted countries. https://t.co/XrivqFGUez — Kristalina Georgieva (@KGeorgieva) March 5, 2022
Oleh karena itu, IMF meminta otoritas moneter di setiap negara terus memantau kenaikan harga-harga di level internasional terhadap inflasi domestik. Hal ini penting dilakukan untuk menentukan respons yang tepat.
"Dibutuhkan kebijakan fiskal untuk mendukung rumah tangga yang paling rentan guna membantu mengimbangi kenaikan biaya hidup. Krisis ini akan mempersulit pemulihan ekonomi dunia dari dampak pandemi Covid-19," katanya.
Negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi ekonomi berlapis terhadap Rusia. Salah satu yang cukup memukul adalah dikeluarkannya Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication atau SWIFT. SWIFT merupakan jaringan keamanan tinggi yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia
SWIFT memungkinkan bank untuk memindahkan uang dengan cepat dan aman, mendukung triliunan dolar dalam arus perdagangan serta investasi. Dikeluarkannya Rusia dari SWIFT dianggap sebagai hukuman ekonomi terberat. Karena dengan sanksi itu, Rusia menjadi lebih terisolasi secara ekonomi dibandingkan sebelumnya.
Menurut IMF, serangan Rusia menyebabkan lebih dari satu juta warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga. IMF mengungkapkan, pihaknya bakal membahas proposal Ukraina tentang permintaan dana darurat 1,4 miliar dolar AS ke dewan. Permintaan itu diharapkan dapat disetujui awal pekan depan.
Harga komoditas energi, seperti minyak mentah terus meningkat akibat perang Rusia-Ukraina. Minyak mentah berjangka jenis brent untuk pengiriman Mei 2022 melambung 7,65 dolar AS atau 6,9 persen menjadi 118,11 dolar AS per barel pada perdagangan akhir pekan lalu.
Adapun minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April 2022 naik 8,01 dolar AS atau 7,4 persen menjadi 115,68 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka telah melonjak lebih dari 20 persen sejak Amerika Serikat dan sekutunya menjatuhkan sanksi kepada Rusia menyusul invasi ke Ukraina.
Pengamat ekonomi Universitas Jember Adhitya Wardhono mengatakan, perang Rusia-Ukraina akan merugikan perekonomian global dan mengganggu proses pemulihan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. "Pertumbuhan ekonomi global akan melandai apabila upaya damai kedua negara tidak segera terjadi," katanya, akhir pekan lalu.
Menurutnya, dampak konflik Rusia ke Ukraina dan sanksi Uni Eropa ke Rusia dapat terjadi melalui beberapa transmisi. Di antaranya lonjakan harga komoditas, lonjakan harga energi, dan supply chain shock. Kombinasi dari ketiga hal itu akan berdampak bagi perekonomian global, termasuk Indonesia yang saat ini masih mengalami dampak pandemi Covid-19.
Sektor perdagangan internasional akan mengalami koreksi meski nilai dagang Indonesia dan Rusia sebenarnya di posisi positif pada awal 2022. Adhitya mengatakan, yang perlu diperhatikan dari konflik Rusia dan Ukraina itu adalah kemungkinan inflasi global. Sebab, salah satu dampak tercepat dari adanya konflik adalah terhambatnya rantai pasok global.
"Dengan begitu pertumbuhan ekonomi global akan terkontraksi nyata. Selebihnya akan mengakibatkan melandainya konsumsi dan investasi global yang disebabkan terganggunya arus barang dan jasa internasional. Selanjutnya sektor ekspor impor mengalami performasi yang menurun," katanya.
Ia menjelaskan, hubungan Rusia dengan Indonesia bersifat nostalgic, sehingga dampak langsung adanya invasi Rusia ke Ukraina lebih ke arah sektor perdagangan.
Perundingan
Hingga saat ini, perundingan Rusia dan Ukraina belum membuahkan hasil. Putaran kedua perundingan berakhir tanpa kesepakatan gencatan senjata dan perang terus berkobar. Perundingan dikabarkan akan dilanjutkan pada Senin (7/3).
Juru runding Ukraina, David Arakhamia, pada Sabtu (5/3) mengatakan, Rusia dan Ukraina akan melanjutkan perundingan untuk mengakhiri perang. Namun, ia tak menjelaskan lebih lanjut. "Pembicaraan putaran ketiga akan berlangsung pada Senin," tulis Arakhamia, yang juga ketua faksi parlemen dari partai Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Hal serupa disampaikan pihak Rusia yang menyatakan, pembicaraan kedua negara akan kembali dilakukan pada Senin ini.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah meminta anggota parlemen Amerika Serikat untuk mengirimkan lebih banyak pesawat tempur dan memotong impor minyak Rusia. Permintaan disampaikan Ukraina untuk bertahan dari gempuran invasi Rusia.
Zelenskiy menggelar sambungan video dengan anggota parlemen AS. Dalam percakapan tertutup itu, Zelenskiy mengatakan, mungkin ini terakhir kalinya mereka melihat ia hidup. Ia masih berada di Ibu Kota Kiev, tapi rombongan pasukan Rusia bergerak masuk dari arah utara.
Dengan mengenakan kaus tentara warna hijau yang kini menjadi ciri khasnya, Zelenskiy mengatakan, Ukraina harus mengamankan udaranya. Selama beberapa hari terakhir Zelenskiy meminta NATO memberlakukan zona larangan terbang di atas Ukraina. Tetapi permintaan itu ditolak karena dikhawatirkan dapat memprovokasi Rusia sehingga perang meluas.
Percakapan Zelenskiy dengan sekitar 300 anggota Kongres dan staf mereka itu dilakukan selama satu jam. Sementara pasukan Rusia terus menggempur kota-kota Ukraina dan total pengungsi Ukraina mencapai 1,4 juta orang. "Presiden Zelenskiy mengajukan permintaan dengan putus asa," kata Ketua Senat Partai Demokrat Chuck Schumer, Sabtu (5/3).
Ia mengatakan, Zelenskiy ingin AS memfasilitasi pengiriman pesawat dari sekutu-sekutu di Eropa Timur. "Saya akan melakukan semua yang saya bisa untuk membantu pemerintah memfasilitasi pengiriman," kata Schumer.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada akhir pekan lalu bereaksi keras atas sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat terhadap Rusia. “Sanksi yang dikenakan ini mirip dengan deklarasi perang, tapi syukurlah tidak sampai ke sana,” kata Putin.
PBB: Lebih dari 350 Warga Sipil Tewas
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mencatat, lebih dari 350 warga sipil di Ukraina meninggal dunia dan 707 lainnya mengalami luka sejak pasukan Rusia melancarkan serangan pada 24 Februari. Menurut OHCHR, angka tersebut bisa saja lebih besar.
Sebagian besar korban sipil tewas akibat penggunaan senjata peledak, termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem peluncur roket serta serangan udara. Akibatnya, area terdampak pun meluas.
"OHCHR meyakini bahwa jumlah (korban) yang sesungguhnya jauh lebih tinggi, terutama di wilayah kekuasaan pemerintah," demikian disampaikan OHCHR, Sabtu (5/3).
Jumlah korban bisa lebih banyak karena dalam beberapa hari terakhir perolehan informasi dari sejumlah titik perang tertunda. Selain itu, masih ada banyak laporan yang masih menunggu konfirmasi.
OHCHR menyebutkan dugaan soal ratusan korban jiwa berjatuhan di Volnovakha belum dikonfirmasi. Di kota itu, jalur evakuasi yang aman sedang diupayakan untuk bisa melewati pengepungan pasukan Rusia.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk serangan yang menargetkan fasilitas medis di Ukraina. WHO menekankan, penargetan atau penyerangan fasilitas medis dalam pertempuran merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, WHO telah mengonfirmasi beberapa serangan terhadap perawatan kesehatan di Ukraina, yang menyebabkan banyak kematian dan cedera.
"Laporan tambahan sedang diselidiki. Serangan terhadap fasilitas atau pekerja kesehatan melanggar netralitas medis dan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional,” kata Tedros, lewat akun Twitter pribadinya, Ahad (6/3).
Di akhir cuitan singkatnya, Ghebreyesus menambahkan tagar #NotATarget. Cuitan Ghebreyesus merespons unggahan dari akun Twitter resmi WHO. “Hingga hari ini, WHO telah menerbitkan enam laporan terverifikasi tentang serangan terhadap perawatan kesehatan di Ukraina. Lebih banyak laporan sedang diverifikasi,” tulis WHO.
WHO mengutuk keras serangan yang menyebabkan enam orang tewas dan 11 lainnya luka-luka tersebut. “Fasilitas kesehatan, staf, dan pasien #NotATarget,” tulis WHO. Baik WHO maupun Ghebreyesus tak secara terbuka menulis Rusia sebagai pelaku penyerangan.
Rusia mulai melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari. Rusia telah mengumumkan, hampir 500 tentaranya tewas dan sekitar 1.600 lainnya terluka selama operasi penyerangan dilakukan. Angka itu berbeda dengan yang dicatat militer Ukraina. Kiev mengeklaim, pasukan mereka telah membunuh lebih dari 11 ribu tentara Rusia.
Kendati demikian, hingga kini Ukraina belum secara resmi merilis data tentang berapa banyak prajuritnya yang tewas saat melawan pasukan Rusia. Serangan yang telah berlangsung selama hampir dua pekan, mendorong sekitar 1,5 juta warga Ukraina mengungsi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut, pasukan Rusia sedang bersiap menyerang Odessa, sebuah kota pelabuhan bersejarah di pantai Laut Hitam. Menurut dia, agresi Rusia ke wilayah itu bakal menjadi kejahatan militer. “Ini akan menjadi kejahatan militer. Ini akan menjadi kejahatan sejarah,” kata Zelenskyy dalam sebuah pernyataan pada Ahad (6/3).
Sejak melancarkan serangan pada 24 Februari lalu, pasukan Rusia terus merangsek ke wilayah-wilayah Ukraina. Pasukan Rusia berhasil menguasai kota Kherson dan mengepung pelabuhan Mariupol. Namun, sebagian besar wilayah Odessa masih berada di bawah kendali pasukan Ukraina.
Kepala staf umum angkatan bersenjata Ukraina pada Ahad (6/3) mengeklaim, lebih dari 11 ribu tentara Rusia telah tewas sejak melancarkan serangan pada 24 Februari. Sehari sebelumnya, yakni pada Sabtu (5/3), Kiev menyebut korban di pihak Rusia melampaui 10 ribu orang.
Menurut laporan media Ukraina, Kharkiv, kota terbesar kedua di negara tersebut, masih menjadi salah satu medan pertempuran.
Seorang warga Kiev, Yulia Yanchar berharap, ia dan keluarganya dapat kembali pulang ke rumah baru mereka yang terpaksa mereka tinggalkan karena perang. Desa tempatnya tinggal terletak di sebelah utara Kiev.
"Kami menyewa flat selama 10 tahun demi membangun rumah kami. Kami dapat pindah dan kami sangat senang dengan setiap foto yang kami pasang di dinding. Kini kami harus meninggalkan semuanya dan pergi karena bom dapat jatuh di sana, karena tank-tank melalui jalanan kami," kata Yanchar yang bekerja sebagai direktur humas yayasan amal, Sabtu (5/3).
Yanchar mengatakan, beberapa hari yang lalu invasi Rusia ke Ukraina terus merangsek maju. Sebuah rudal meledak di atas desa yang terletak di dekat Sungai Dnieper dan pecahannya menghantam sebuah rumah yang cukup jauh dari lokasi ledakan. "Itu membuat semua orang takut," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Marquez dkk Bakal Berparade di Jakarta
Keberhasilan menggelar MotoGP 2022 akan menarik banyak investor berinvestasi di Indonesia.
SELENGKAPNYASaudi Longgarkan Protokol Kesehatan
Pelonggaran dilakukan seiring mulai melandainya penyebaran Covid-19.
SELENGKAPNYAAntara Invasi Irak ke Kuwait dan Rusia ke Ukrania
Dengan invasi Rusia ke Ukrania, ingatan banyak orang kembali ke peristiwa global bernama Perang Dingin.
SELENGKAPNYA