Nasional
Kekebalan Akibat Tertular Covid-19 Lebih Berisiko
Efektivitas vaksin dalam mencegah keparahan gejala, perawatan di rumah sakit, dan kematian sudah banyak dipublikasikan.
JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, vaksin dan penularan memang dapat memunculkan respons kekebalan tubuh terhadap virus Covid-19. Namun, ia mengingatkan, kekebalan yang ditimbulkan dari penularan Covid-19 lebih berisiko dibandingkan vaksin Covid-19.
Wiku menjelaskan, orang yang tertular Covid-19 memiliki risiko gejala dan kematian. "Vaksin dapat memunculkan respons kekebalan ini tanpa harus menimbulkan sakit," ujar Wiku dikutip dari siaran Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (25/2).
Ia menambahkan, efektivitas vaksin dalam mencegah keparahan gejala, perawatan di rumah sakit, dan kematian sudah banyak dipublikasikan. Banyak ahli telah mempelajari lama perlindungan yang ditimbulkan oleh vaksin.
"Sementara, peran kekebalan yang ditimbulkan pascatertular masih belum banyak dipelajari dan dipublikasikan secara detail seberapa besar penurunan risiko terhadap keparahan gejala, perawatan rumah sakit, bahkan kematian. Pun dengan lama perlindungan yang terbentuk," ujar Wiku.
Sejauh ini, Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan terus berusaha untuk melakukan percepatan program vaksinasi Covid-19 nasional. Vaksinasi menjadi salah satu komponen penting dalam strategi penanganan pandemi untuk menekan angka risiko sakit yang parah hingga kematian akibat Covid-19.
Pada Selasa (22/2) jumlah kasus aktif Covid-19 adalah 549.431 orang dengan jumlah total pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit berjumlah 37.638 pasien, dimana terdapat 813 dengan kondisi berat dan 185 pasien dengan kondisi kritis.
Dari analisis jumlah pasien 17.871 yang di rawat di RS pada periode 21 Januari-22 Februari 2022 terdapat 2.489 pasien meninggal dunia. Sebagian besar dari pasien yang meninggal belum divaksinasi lengkap.
“Pasien yang meninggal ini terdiri dari berbagai kategori kelompok, baik itu kelompok pasien lansia dan non lansia, kelompok pasien komorbid dan non komorbid, serta kelompok pasien yang belum divaksinasi dan telah divaksinasi. Angka kematian terpantau meningkat pada kelompok lansia, komorbid, dan yang belum melengkapi vaksinasi,” ujar Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, Jumat (25/2).
Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, vaksinasi lengkap ditambah booster dapat memberikan perlindungan hingga 91 persen dari kematian, atau risiko terburuk lainnya akibat Covid-19. Risiko kematian bagi nonlansia tanpa komorbid yang telah mendapat booster adalah 0,49 persen. Sedangkan risiko kematian bagi lansia tanpa komorbid yang sudah mendapat booster yakni 7,5 persen.
Risiko kematian nonlansia tanpa komorbid yang telah vaksinasi lengkap dua dosis adalah 2,9 persen. Sedangkan risiko kematian lansia tanpa komorbid yang telah mendapat vaksin lengkap dosis yakni 22,8 persen. Jumlah kematian pada kelompok yang memiliki komorbid yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap sebanyak 739 kematian dibandingkan dengan yang telah mendapatkan booster hanya terdapat 20 kematian.
"Oleh sebab itu, pemerintah terus mempercepat laju vaksinasi bekerja sama dengan pemerintah daerah, serta instansi-instansi lain, seperti TNI dan Polri mengingat pentingnya vaksinasi ini,” ucap Nadia.
Nadia menyampaikan bahwa selama Februari ini, kecepatan suntikan harian berada pada kisaran 1-1,4 juta dosis per hari. Hingga Kamis (24/2) telah diberikan sebanyak 190.451.523 vaksin dosis 1, 143.032.523 vaksin dosis 2, serta 9.460.523 vaksin booster.
"Lebih dari 50 persen dari total populasi 270 juta penduduk indonesia telah menerima vaksinasi dosis lengkap. Melihat laju vaksinasi saat ini, pemerintah menargetkan akan memenuhi vaksinasi lengkap pada 70 persen populasi masyarakat Indonesia pada Juni 2022. Kita berharap vaksinasi bisa berkontribusi besar untuk mencegah pasien bergejala berat hingga berisiko kematian akibat infeksi Covid-19,” ungkap Nadia.
Meski telah mendapatkan vaksinasi lengkap atau telah menerima booster bukan berarti masyarakat bisa abai terhadap protokol kesehatan. Vaksinasi dan disiplin menjalankan protokol kesehatan harus dijalankan secara berbarengan.
"Karena dua hal ini merupakan kunci kita dapat memutus rantai penyebaran virus COVID-19 dan melindungi anggota keluarga, termasuk orang tua, dari risiko terburuk," tegas Nadia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Disiplin Prokes Kunci Kendalikan Omikron
Kepatuhan protokol kesehatan secara nasional berada di kisaran 90 persen.
SELENGKAPNYADaerah Antisipasi Kerumunan Saat Libur Panjang
Warga dari luar daerah atau wisatawan yang akan berkunjung harus memenuhi syarat perjalanan yang dibutuhkan.
SELENGKAPNYA