Nasional
Pembatasan Nataru Perlu Lebih Ketat
Masyarakat diminta tidak terlalu panik varian Omicron tapi tetap waspada.
JAKARTA – Beberapa negara melakukan pembatasan ekstra menyusul munculnya varian baru virus korona yang dinamai Omicron. Indonesia juga dinilai perlu memberi perhatian maksimal secara lebih ketat dengan melakukan pembatasan, khususnya pada momentum libur Natal dan tahun baru (Nataru).
Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Tri Yunus Miko Wahyono menilai, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 yang diterapkan saat Nataru kurang efektif untuk menekan kegiatan masyarakat. Seharusnya, pemerintah perlu menerapkan PPKM Darurat yang lebih ketat dalam mengendalikan mobilitas.
“Sebaiknya jika mau membatasi secara tegas pakailah PPKM Darurat. Belajar dari tahun lalu. Kalau PPKM Level 3 itu berdasarkan jumlah kasus dan ada peluang masyarakat masih bisa bepergian,” katanya saat dihubungi Republika, Ahad (28/11).
Pembatasan lebih ketat ini dinilai penting mengingat munculnya varian baru virus Omicron yang disebut lebih menular. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkan varian baru bersandi B.1.1.529 ini ke dalam variant of concern (VoC) pada Jumat (26/11). Beberapa varian yang telah dimasukkan dalam kategori VoC adalah varian Alpha, varian Beta, varian Gamma, dan varian Delta.
Menurut Yunis, PPKM dengan beberapa level akan membingungkan daerah di tataran implementasi. Karena itu, PPKM Darurat dengan pembatasan yang ketat akan lebih efektif di lapangan. Terlebih, adanya varian Omicron yang disebut lebih menular harus diantisipasi dengan langkah yang cepat juga untuk meminimalkan risiko.
“Kalau memang ingin membatasi, semua rata PPKM Darurat jelang Nataru. Biar semua di rumah saja,” kata dia.
Pemerintah telah memutuskan, seluruh daerah di Indonesia akan menerapkan PPKM Level 3 pada libur Nataru. Langkah ini diharapkan bisa menekan mobilitas masyarakat secara efektif untuk menghindari penularan Covid-19 yang lebih masif. Sebab, jika kembali terjadi lonjakan kasus Covid-19, upaya pemulihan di berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi akan semakin berat.
Juru Bicara Penanganan Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan menilai, yang paling penting adalah ketaatan masyarakat dalam disiplin menerapkan protokol kesehatan. Varian apa pun terkait korona, kata dia, bisa dicegah dengan menerapkan prokes yang ketat dan disiplin.
Erlina mengimbau masyarakat tidak perlu terlalu panik dengan adanya varian baru Omicron meski tetap harus waspada. Yang perlu diingat dan dijalani hanyalah disiplin menjalankan prokes. Dia juga mengingatkan masyarakat yang belum divaksinasi Covid-19 untuk segera vaksin. Apa pun vaksinnya, semua sama khasiatnya dan aman digunakan.
“Terus kita ngapain? Tidak usah panik. Apapun variannya, tidak ada artinya asalkan jangan masuk ke dalam tubuh kita. Apapun variannya, protokol kesehatannya sama aja. Jangan lupa pakai masker dan vaksinasi,” ujar Erlina.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penerapan PPKM Level 3 pada libur Nataru dilakukan juga untuk mencegah dan mengantisipasi peningkatan mobilitas masyarakat. Hingga saat ini, belum ada rencana untuk mengubah keputusan tersebut.
“Untuk PPKM Level 3 tentunya untuk mencegah dan mengantisipasi peningkatan mobilitas dan ancaman varian Delta serta turunannya,” kata Nadia.
Terkait ancaman varian Omicron, ia tetap mengimbau masyarakat agar selalu waspada. Karena, kata Nadia, potensi peningkatan kasus masih sangat mungkin terjadi. Penularan Covid-19 di Tanah Air juga masih terjadi meski kini menunjukkan tren penrunan dalam empat bulan terakhir.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.