Ekonomi
Pelaku Usaha Makin Terdigitalisasi
Di Indonesia saat ini terdapat 21 juta konsumen digital baru.
JAKARTA -- Penggunaan platform digital telah mendukung keberlangsungan bisnis pelaku usaha di Indonesia. Berdasarkan laporan SEA e-Conomy yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain and Company, sebagian besar pedagang di Indonesia sangat bergantung pada platform digital selama masa pandemi Covid-19.
"Sebanyak 28 persen pedagang di Indonesia mengatakan mereka tidak akan bertahan tanpa berjualan di platform digital," kata Associate Partner di Bain and Company, Willy Chang, Rabu (17/11).
Menurut laporan tersebut, para pedagang bahkan rata-rata menggunakan dua jenis platform untuk mendongkrak profitabilitas. Tidak hanya penggunaan platform digital untuk berjualan, para pedagang juga menggunakan layanan keuangan digital untuk mendukung transaksi mereka.
Sebanyak 98 persen penjual kini telah menerima pembayaran secara digital. Selain itu, 59 persen penjual juga sudah menggunakan solusi pinjaman digital. Penjual juga menggunakan solusi digital untuk berinteraksi dengan pelanggannya dengan 69 persen penjual berencana meningkatkan penggunaan solusi digital marketing dalam lima tahun ke depan.
Tren penggunaan platform digital di kalangan para penjual ini terjadi seiring dengan perubahan gaya hidup konsumen. Di Indonesia, saat ini terdapat 21 juta konsumen digital baru selama pandemi 2020 dan paruh pertama 2021.
"Penambahan konsumen digital baru sejak awal pandemi juga mendorong pertumbuhan yang lebih besar di sektor e-commerce," kata Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf.
Sebanyak 72 persen dari konsumen baru ini berasal dari area non-metropolitan. Hal itu secara positif menunjukkan peningkatan penetrasi digital di pasar Indonesia. Para konsumen digital baru ini diprediksi tetap loyal. Sebanyak 96 persen konsumen saat ini telah menggunakan layanan digital dan 99 persen konsumen berencana akan terus menggunakan layanan digital.
Secara keseluruhan, berdasarkan laporan SEA e-Conomy 2021, semua sektor internet kembali menguat dengan pertumbuhan tahun ke tahun (yoy) mencapai angka dua digit. Gross merchandise value (GMV) Indonesia pada 2021 diperkirakan akan mencapai nilai total 70 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.001 triliun dengan pertumbuhan sebesar 49 persen (yoy).
Peningkatan yang tajam itu didukung oleh pertumbuhan niaga daring sebesar 52 persen. Pada 2025, ekonomi di internet secara keseluruhan diperkirakan akan mencapai nilai sebesar 146 miliar dolar AS dengan pertumbuhan compound annual growth rate (CAGR) sebesar 20 persen.
Indonesia juga merupakan salah satu pasar layanan keuangan digital yang paling dinamis karena kerangka peraturannya yang lebih terbuka dibandingkan dengan pasar lain di wilayah Asia Tenggara. Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan yang cepat di platform teknologi finansial (tekfin) dan digital.
Pasar tradisional digital
Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan upaya digitalisasi untuk pasar tradisional agar dapat tetap beroperasi secara normal selama masa pandemi Covid-19. Upaya digitalisasi itu menargetkan hingga 2.000 pasar dengan menyasar 1 juta pedagang hingga akhir 2022. Digitalisasi yang dimaksud yakni peralihan operasional usaha secara keseluruhan dari sistem konvensional ke digital.
"Cakupan digitalisasi pasar rakyat terdiri atas aspek e-commerce, e-monitoring, aplikasi PeduliLindungi, e-complain, digital marketing, e-retribusi, dan e-registrasi," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan.
Oke menjelaskan, digitalisasi yang menyentuh pasar tradisional sebagai upaya menjaga pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi dengan memberikan perhatian lebih kepada pasar dan pedagangnya. Dengan begitu, para pedagang pasar tradisional dapat terus beroperasi secara normal dengan menggerakkan sektor perdagangan melalui digitalisasi pasar tradisional.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.