Nasional
Waspada Lonjakan di Asia Tenggara
Epidemiolog mengingatkan alarm bahaya penyebaran Covid-19 di Asia Tenggara.
JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan adanya kenaikan kasus Covid-19 secara global dalam kurun waktu 25 April hingga 2 Mei 2021. Kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami lonjakan kasus baru tertinggi hingga 19 persen.
“Dari laporan mingguan WHO jumlah kasus global dalam dua pekan melebihi kasus selama enam bulan pertama pandemi. Jumlah yang sangat tinggi, dengan lebih dari 5,7 juta kasus per pekan,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat keterangan pers di Jakarta, Sabtu (8/5).
Pada Ahad (9/5), Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan, penambahan kasus positif Covid-19 pada Ahad (9/5) yang sebesar 3.922 orang. Penurunan angka kasus harian disbandingkan beberapa hari sebelumnya ini karena menurunnya jumlah spesimen dan orang yang diperiksa. Positivity rate Covid-19 pada Ahad (9/5) tercatat 12,97 persen atau hampir sama dengan beberapa hari terakhir.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, kasus Covid-19 di beberapa negara tetangga di Asia Tenggara tercatat lebih parah dibandingkan Indonesia. “Beberapa tempat seperti Filipina harus lockdown, berarti lebih parah dari Indonesia,” kata Menhub Budi ketika meninjau Terminal Pulo Gebang, di Jakarta Timur.
Dia menyebut, selain India yang terjadi kenaikan kasus secara eksponensial, saat ini virus korona kembali merebak di Filipina, Malaysia, Singapura dan beberapa negara lainnya. Untuk itu, dia mengajak masyarakat menerapkan protokol kesehatan untuk melindungi dari paparan Covid-19.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengingatkan alarm bahaya penyebaran Covid-19 di Asia Tenggara. Ia mewanti-wanti penyebaran Covid-19 dari India bisa menyasar negara tetangganya hingga ke Indonesia.
Menurut Dicky, tren global Covid-19 semakin mengkhawatirkan di mana kasus terkonfirmasi di angka 157 juta. Bahkan angka kematian akibat penyakit yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina, itu sudah mencapai 3,2 juta secara global.
Dicky mengatakan, Amerika Serikat dan India masih mendominasi kasus terkonfirmasi dan kematian terbanyak Covid-19 di dunia. Namun, ia meminta Indonesia mewaspadai sebaran Covid-19 dari negara tetangga. “Kondisi ini bagaimana kita lihat sebaran Covid-19 mulai serius ke Asia Tenggara, yang mana Indonesia ada di situ,” ujar Dicky.
Ia mengingatkan status India yang menjadi episenter penularan Covid-19 di Asia. Alhasil, negara-negara di sekitarnya berpotensi ikut mengalami lonjakan kasus serupa.
Dia khawatir Indonesia bakal mengalami nasib lonjakan Covid-19 seperti India. Oleh karena itu, ia mendesak pemerintah menjalankan langkah pencegahan dan penanganan semaksimal mungkin.
“Sekarang mulai Nepal, Bangladesh, bahkan di Asia Tenggara seperti Kamboja, Thailand juga meningkat. Ini alarm bahwa situasi bisa berpotensi semakin buruk di ASEAN, termasuk Indonesia,” ujar Dicky.
Dia menambahkan, lonjakan Covid-19 yang terjadi di India berpeluang besar turut dialami Indonesia. Hal ini didasari sejumlah faktor yang mencuat selama beberapa pekan terakhir di Tanah Air.
“Karena beberapa kondisi yang dimiliki Indonesia seperti kasus Covid-19 yang mayoritas tidak terdeteksi berarti banyak terjadi di bawah permukaan atau silent outbreak. Ini tidak akan lama. Ada titik jenuh buat potensi ledakan seperti di India,” kata Dicky.
Dicky mengimbau masyarakat agar tak menurunkan kewaspadaan usai memperoleh vaksin. Ia khawatir mereka yang telah divaksin malah kembali beraktivitas dan berperilaku seperti saat sebelum adanya Covid-19.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.