Kabar Utama
Kiai NU: Vaksinasi Aman
MUI Jawa Timur menyatakan vaksin Astrazeneca halal dan suci.
SURABAYA -- Sebanyak 100 kiai dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur menjalani vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin Astrazeneca di kantor PWNU Jatim, Surabaya, Selasa (23/3). Vaksinasi dihadiri secara langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Beberapa kiai dan tokoh NU Jatim yang ikut menjalani vaksinasi adalah KH Muhammad Muslih (Lumajang), KH Jazuli Soleh Qosim (Sidoarjo), dan KH Ainul Mubarok (Pacet). Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KH Anwar Iskandar berharap penyuntikan vaksin Astrazeneca terhadap para kiai dan tokoh NU di Jatim dapat meyakinkan masyarakat yang masih memperdebatkan keamanan dan kehalalan vaksin tersebut.
"Perlu juga disampaikan bahwa vaksinasi ini aman, termasuk bagi para kiai sepuh yang ikut divaksin. Mereka ternyata sehat-sehat saja (setelah divaksin)," ujar Kiai Anwar, Selasa (23/3).
Menurut dia, tidak perlu ada kekhawatiran bagi siapa pun untuk menjalankan vaksinasi Covid-19, baik menggunakan vaksin Astrazeneca maupun vaksin Sinovac. Vaksinasi ini disebutnya sebagai bagian dari upaya untuk menjaga kesehatan dan keselamatan jiwa dari serangan virus korona.
"Menjaga keselamatan jiwa itu, menurut agama, adalah bagian pokok dari tujuan syariat itu diselenggarakan. Harapan kita setelah ini, mata rantai penyebaran Covid-19 bisa diputus sehingga Indonesia akan menuju normalisasi kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya," ungkapnya.
Ia mengatakan, keikutsertaan dalam program vaksinasi Covid-19 merupakan suatu kewajiban, khususnya bagi warga NU di Jatim. "Kami mengambil keputusan di Jawa Timur ini, bagi umat Islam, khususnya warga NU, melaksanakan dan mengikuti vaksinasi ini hukumnya wajib," kata dia.
Kiai Anwar mengingatkan, jumlah korban meninggal dunia akibat paparan Covid-19 di dunia telah mencapai lebih dari 2 juta orang. Bahkan, kata dia, jumlah itu lebih banyak daripada korban Perang Dunia, baik Perang Dunia I maupun II. Karena alasan itulah, PWNU Jatim mewajibkan umat Islam, terutama warga NU di Jatim, untuk mengikuti vaksinasi Covid-19.
Anwar melanjutkan, pihaknya juga telah membuat keputusan bahwa vaksin Astrazeneca yang disuntikkan dalam keadaan halal dan suci. Kepastian itu berdasarkan keputusan yang diambil lembaga yang berkompeten untuk melakukan pembahasan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat meninjau kegiatan vaksinasi di kantor PWNU Jatim mengatakan, seluruh dunia sudah menyampaikan bahwa vaksin Astrazeneca sangat bermanfaat untuk melindungi manusia. Bahkan, negara-negara Islam sudah menegaskan vaksin tersebut aman dan halal. Pemerintah, kata dia, juga perlu memastikan rakyatnya dapat terlindungi dengan semua vaksin yang ada.
"Apalagi, Astrazeneca ini target kita lebih dari 100 juta dosis kita peroleh. Mudah-mudahan dengan kiai dari NU berkenan divaksin, ini bisa membangkitkan semua masyarakat bahwa vaksin ini aman dan halal dipakai," kata Budi.
Budi dalam kesempatan tersebut juga bercerita mengenai alasan Indonesia tidak bisa memilih jenis vaksin Covid-19 yang didatangkan dari luar negeri untuk didistribusikan kepada masyarakat. Alasannya, kata dia, karena seluruh negara di dunia berebut mendapatkan vaksin Covid-19 yang produksinya masih terbatas. Kapasitas produksi vaksin diperkirakan baru mencapai 3 miliar hingga 4 miliar dosis per tahun.
Padahal, untuk menciptakan kekebalan komunal, vaksinasi harus dilakukan terhadap 70 persen dari sekitar 7,8 miliar penduduk bumi, atau sekitar 5,5 miliar manusia. Mengingat tiap orang membutuhkan dua dosis, maka jumlah vaksin yang perlu disiapkan untuk menciptakan kekebalan komunal setidaknya 11 miliar dosis.
"Alhamdulillah, Indonesia bisa dapat untuk vaksinasi 181,5 juta rakyat kita. Sekitar 360 juta lebih dosis. Sekarang kita sudah dapat. Dapatnya //enggak// bisa milih-milih karena itu rebutan seluruh dunia," kata Budi.
Budi mengungkapkan, Indonesia mendapatkan jatah empat jenis vaksin Covid-19, yakni vaksin Sinovac, Astrazeneca, Novavax, dan Pfizer. "Kita berharap ini langsung kita vaksinasikan dalam waktu 12 bulan ke 181,5 juta rakyat Indonesia," kata dia.
Wakil Menteri Agama (Wamenag) KH Zainut Tauhid Sa'adi mengimbau seluruh masyarakat Indonesia agar jangan ragu menggunakan vaksin Astrazeneca. Ia menyatakan, vaksin tersebut telah mendapatkan fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Kiai Zainut berharap masyarakat tidak berpolemik tentang perbedaan pendapat mengenai fatwa kehalalan vaksin Astrazeneca. Sebab, baik yang memfatwakan halal maupun yang tidak memfatwakan halal, mereka sama-sama menyimpulkan vaksin Astrazeneca boleh digunakan.
"Boleh digunakan karena ada unsur kedaruratan dan kebutuhan syar'i yang mendesak, yaitu mengatasi pandemi Covid-19 yang sudah banyak menelan korban jiwa manusia," ujar Wamenag.
Kiai Zainut menjelaskan, dalam ajaran agama, upaya menjaga keselamatan jiwa manusia harus diutamakan dan didahulukan. Ia juga mengatakan, vaksinasi penting untuk mencapai kekebalan kolektif sehingga dapat menekan laju penyebaran Covid-19 dan masyarakat selamat dari bahaya virus Covid-19.
Wamenag menyampaikan, pemerintah telah menargetkan kekebalan kelompok bisa tercapai pada Maret 2022. "Untuk hal tersebut, kami mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk ikut mendukung program pemerintah tersebut agar masyarakat terbebas dari virus korona," ujarnya.
MUI pada Jumat (19/3) memfatwakan vaksin Covid-19 Astrazeneca mengandung unsur haram karena produksinya memanfaatkan tripsin yang berasal dari babi. Namun, vaksin boleh digunakan pada masa pandemi Covid-19. Menurut Komisi Fatwa MUI, vaksin asal Inggris itu boleh digunakan dengan asas kedaruratan pandemi.
Di sisi lain, MUI Jawa Timur menyatakan vaksin Astrazeneca halal dan suci. Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur KH Makruf Khozin tidak memungkiri adanya perbedaan pendapat tersebut.
Ia menjelaskan, ada pihak yang langsung menyatakan vaksin Astrazeneca menggunakan benda yang diharamkan, dalam hal ini tripsin dari babi. Namun, ada juga pakar yang menyatakan vaksin hasil dari produksi tersebut tidak bersentuhan dengan benda najis atau haram. "Artinya tidak sampai bersentuhan, hanya untuk membiakkan atau menyuburkan saja," ujar Makruf.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat, Kiai Makruf mengatakan, vaksin Astrazeneca yang dihasilkan tersebut berstatus suci dan halal. Ia mencontohkan pembuatan cuka dari anggur, yaitu anggur yang difermentasi bisa berubah menjadi khamar dan berubah lagi menjadi cuka. Artinya, anggur yang mulanya suci, berubah menjadi najis, dan kemudian terjadi perubahan lagi menjadi suci.
Kiai Makruf menyebutkan, keputusan MUI pusat masih berpedoman bahwa selama masih bersentuhan dengan benda najis, barang yang dihasilkan tetap dikategorikan najis. Sementara itu, ada pandangan lain bahwa meskipun terjadi persentuhan dengan benda najis, statusnya dapat menjadi halal dan suci karena sudah beralih fungsi atau sudah berganti. "Namun, tetap sejalan dengan MUI pusat pada kesimpulan akhir, sama-sama boleh."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.