Kabar Utama
Simulasi Vaksinasi Covid-19 Digencarkan
Vaksinasi Covid-19 direncanakan terlaksana pada akhir 2020 atau awal tahun depan.
JAKARTA – Pemerintah menyatakan akan menggencarkan simulasi vaksinasi Covid-19. Langkah tersebut guna memantapkan kesiapan jika vaksinasi sudah dapat dilakukan pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Pada Rabu (18/11), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau simulasi vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat. Jokowi langsung meninjau proses simulasi vaksinasi di tenda antrean yang telah dihadiri sejumlah warga.
Para warga tersebut sedang menunggu giliran pemeriksaan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Setelah itu, Jokowi memasuki puskesmas untuk melihat langsung simulasi tindakan vaksinasi Covid-19 bagi warga yang telah melalui proses pemeriksaan dan verifikasi data.
Simulasi tersebut dihadiri oleh puluhan warga dengan berbagai profesi. Puskesmas Tanah Sareal diketahui memiliki capaian imunisasi rutin di atas 90 persen dan telah meraih akreditasi sebagai puskesmas paripurna.
“Kalau melihat tadi di lapangan dan melihat simulasi tadi, kita memperkirakan kita akan memulai vaksinasi itu di akhir tahun atau di awal tahun. Akhir tahun 2020 atau di awal tahun 2021,” ujar Jokowi, kemarin.
Ia berharap vaksin Covid-19 dapat tiba di Indonesia pada akhir November atau Desember, baik dalam bentuk vaksin jadi maupun bahan baku yang akan diolah oleh BUMN PT Biofarma. Jokowi mengatakan, vaksin yang tiba di Indonesia masih harus melalui berbagai tahapan sebelum bisa digunakan dalam vaksinasi. Di antaranya, vaksin harus mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang membutuhkan waktu sekitar tiga pekan.
Pemerintah juga masih harus mempersiapkan distribusi vaksin ke seluruh daerah di Tanah Air. Di antara persiapan itu adalah dengan menyiapkan distribusi melalui cold chain yang memiliki kedinginan dengan derajat tertentu. “Inilah yang terus kita siapkan agar nanti daerah-daerah juga segera mendapatkan vaksin dan vaksinnya juga tidak rusak,” kata dia.
Presiden juga menyatakan siap menjadi pihak yang pertama divaksinasi. "Kalau ada yang bertanya, Presiden nanti di depan atau di belakang? Kalau oleh tim diminta saya yang paling depan, ya, saya siap," ujar dia.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengeklaim Indonesia adalah negara pertama di dunia yang melakukan simulasi vaksinasi Covid-19. "Anda bisa lihat itu teman dari WHO (Badan Kesehatan Dunia—Red) juga datang karena menganggap kita ini pertama melakukan simulasi vaksinasi," kata Terawan seusai mendampingi Presiden Jokowi.
Menurut dia, pemerintah memperbanyak simulasi dan sosialisasi agar masyarakat tergerak untuk ikut vaksinasi Covid-19 kelak. “Sehingga kalau vaksin itu sudah ada, ya, kita tinggal melaksanakan. Supaya tidak kagok, tidak gagap," kata Terawan.
Mengenai jenis atau merek vaksin yang akan dipesan, Terawan mengatakan, pemerintah akan berkonsultasi dengan WHO untuk memutuskan vaksin dari farmasi mana yang paling memungkinkan untuk dibeli. Yang terpenting, ujarnya, produk vaksin tersebut masuk dalam daftar rekomendasi WHO dan mendapatkan izin dari BPOM.
"Ya, (jadwalnya) on schedule. Bapak Presiden selalu on schedule. Kita upayakan, kita akan lakukan apa yang Bapak Presiden sudah katakan," kata Terawan.
Indonesia sejauh ini melakukan kerja sama dengan sejumlah perusahaan negara lain dalam pengembangan vaksin. Satu yang paling utama adalah pengembangan vaksin dengan perusahaan Cina, Sinovac, yang telah memasuki observasi uji klinis tahap III dan melibatkan sekitar 1.600 relawan. Di Indonesia, uji klinis diklaim tak menimbulkan efek samping yang membahayakan.
Dalam studi terbaru yang terbit di jurnal The Lancet Infectious Diseases, vaksin yang dinamai Coronavac itu diklaim aman. Vaksin itu juga disebut bisa memicu respons antibodi pada sukarelawan sehat berusia 18 hingga 59 tahun.
Menurut temuan uji klinis acak, kandidat vaksin tersebut bisa memicu respons antibodi dalam 28 hari setelah imunisasi pertama dengan memberi dua dosis dengan selang waktu 14 hari.
Para peneliti, termasuk dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Jiangsu, Cina, juga telah menemukan dosis optimal untuk menghasilkan respons antibodi tertinggi. Hal itu dicapai dengan memperhitungkan efek samping dan kapasitas produksi.
“Penemuan kami menunjukkan bahwa Coronavac mampu memicu respons antibodi yang cepat dalam empat pekan setelah imunisasi dengan memberikan dua dosis vaksin pada interval 14 hari,” kata Fengcai Zhu, penulis utama studi tersebut dari Pusat Provinsi Jiangsu, dilansir Reuters, kemarin.
Lobi vaksin AS
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, sebagai utusan khusus Presiden Joko Widodo bersama Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, Muhammad Lutfi, diterima oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump di White House, Washington DC. Kerja sama vaksin Covid-19 menjadi salah satu pembicaraan dalam pertemuan itu.
Luhut dalam pertemuan tersebut membahas soal kerja sama antara Indonesia dan Amerika. Ia menyatakan terima kasih dan penghargaan dari Presiden Joko Widodo atas dukungan Presiden Donald Trump terhadap kerja sama RI dan Amerika Serikat selama ini.
Selain itu, Luhut mengatakan dirinya berbincang dengan Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence. "Pence menawarkan kerja sama produksi vaksin bersama antara perusahaan Amerika Serikat dan Indonesia," ujar Luhut, Rabu (18/11).
Sejauh ini, ada dua kandidat vaksin yang dikembangkan perusahaan AS yang digadang-gadang manjur menangkal Covid-19. Salah satunya, Moderna Inc, yang pada Senin (16/11) mengeklaim vaksin eksperimental yang dikembangkannya 94,5 persen efektif untuk mencegah Covid-19. Klaim itu berdasarkan data sementara dari uji coba tahap akhir.
Moderna menjadi perusahaan pembuat obat kedua asal Amerika Serikat yang melaporkan hasil uji coba vaksin yang jauh melebihi harapan. Sebelumnya, Pfizer yang bekerja sama dengan perusahaan Jerman, BioNTech, juga mengumumkan efektivitas 90 persen uji coba vaksin mereka.
Bersama dengan vaksin Pfizer Inc, yang juga lebih dari 90 persen efektif, dan menunggu lebih banyak data keamanan dan tinjauan peraturan, Amerika Serikat dapat memiliki dua vaksin yang disahkan untuk penggunaan darurat pada Desember dengan sebanyak 60 juta dosis vaksin tersedia tahun ini.
Dua vaksin itu dikembangkan dengan metode baru pemanfaatan messenger RNA (mRNA). Metode itu mendorong sel-sel imun dalam tubuh manusia mengadang virus dari luar. Selama ini, vaksinasi dilakukan dengan menyuntikkan dosis tertentu dari virus yang hendak dihalau ke dalam tubuh manusia untuk membangun kekebalan.
Lebih manjur
Sementara itu, vaksin Merah Putih yang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman diharapkan bakal lebih efisien dari kandidat vaksin yang dikembangkan di luar negeri. Hal ini karena saat disuntikkan, produksinya menggunakan protein rekombinan.
"Mudah-mudahan protein rekombinan yang lebih sulit dibuat, bisa lebih efisien daripada vaksin (yang dikembangkan dengan basis lain) yang harus diberikan beberapa kali. Kami berharap vaksin Merah Putih dapat digunakan dengan baik di Indonesia," kata Deputi Fundamental Research Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Herawati Sudoyo-Supolo, dalam konferensi virtual, Rabu (18/11).
Kendati demikian, ia menegaskan, sebenarnya vaksin Covid-19 tidak memiliki batas-batas negara dan bisa digunakan oleh negara mana pun. Hingga saat ini, ia menyebutkan, dua vaksin yang bisa digunakan dalam waktu dekat, yaitu Sinovac dengan menggunakan basis inactivated virus, kemudian vaksin Pfizer/BioNTech yang menggunakan RNA dan diklaim efektivitasnya 97 persen.
Di kesempatan yang sama, Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ali Ghufron Mukti menambahkan, vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh anak bangsa nantinya diutamakan beredar di Tanah Air. "Meskipun tadi sudah disampaikan namanya ilmu pengetahuan, teknologi tidak mengenal batas-batas negara, tetapi kami ingin Indonesia mandiri," ujarnya.
Ghufron menegaskan ini juga terkait persoalan isu kedaulatan, kemampuan sebuah negara dalam mengembangkan teknologi, ilmu pengetahuan, serta inovasi. Artinya, dia melanjutkan, Indonesia tidak hanya sebatas sebagai pedagang yang membeli barang kemudian kembali dijual, tetapi negara ini juga harus mampu melakukan terobosan inovasi yang memiliki nilai tambah, termasuk vaksin.
Apalagi, dia melanjutkan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penghasil vaksin Indonesia, yaitu Bio Farma bisa mengekspor produknya kepada 140 negara. "Di antara negara anggota OKI, Indonesia jadi standar dan rujukan vaksin sehingga kita mampu," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.