Nasional
Vaksinasi Dimulai Awal November
Bio Farma memastikan harga vaksin tak lebih dari Rp 200 ribu.
JAKARTA -- Pemerintah merencanakan pemberian vaksin Covid-19 kepada masyarakat akan dimulai pada awal November 2020. Sejumlah daerah yang kini masih berada di zona merah atau risiko penularan Covid-19 tinggi dipertimbangkan untuk mendapat prioritas pemberian vaksin.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil) mengatakan, Kota Depok menjadi salah satu daerah yang akan menerima vaksin di tahap awal ini. Angka penularan yang relatif tinggi menjadi pertimbangan untuk daerah ini mendapat prioritas. Terlebih, pada Desember mendatang, Depok melangsungkan pilkada.
“Rencananya vaksin Covid-19 akan diterima warga Kota Depok pada awal November 2020 mendatang. Saya telah mengusulkan kepada pemerintah pusat memproritaskan Kota Depok di Jabar yang menerima vaksin Covid-19 tahap pertama,” kata Emil di Depok, Selasa (13/10).
Menurut Kang Emil, vaksin Covid-19 akan datang dua tahap. Tahap pertama dibeli langsung pemerintah pusat dan akan diterima pada awal November 2020. Kemudian vaksin Covid-19 tahap kedua yang diproduksi di dalam negeri (Bio Farma) dan akan diterima pada Januari 2021.
Bogor, Depok, dan Bekasi (Bodebek) diketahui menyumbang kasus harian di Jabar paling banyak. Sebanyak 75 persen kasus positif Covid-19 di Jabar berasal dari lima kabupaten/kota penyangga Ibu Kota tersebut. Namun, dia menyebut, tidak bisa memberikan 100 persen vaksin Covid-19 ke Kota Depok.
Selain Depok, Kota Bogor juga menjadi perhatian karena tingginya kasus harian. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyatakan, segera menyusun rencana vaksinasi tersebut. “Kota Bogor menyiapkan Puskesmas Tanah Sareal untuk pelaksanaan pemberian vaksin. Hari ini kita akan matangkan,” kata Bima.
Penyusunan rencana tersebut termasuk siapa saja yang akan diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin pertama kali. Bima Arya memaparkan, sejumlah 20 persen dari warga Kota Bogor divaksin terlebih dahulu, terutama tenaga kesehatan dan pelayanan publik.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penghasil vaksin Bio Farma memastikan harga vaksin Sinovac tidak akan mencapai Rp 500 ribu. “Kisaran harganya Rp 200 ribu," kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir.
Pernyataan ini menanggapi pemberitaan yang menyebut Sinovac sudah menandatangani kontrak pengadaan vaksin dengan Brasil yang akan menjualnya dengan harga 1,96 dolar AS per dosis.
Brasil merupakan salah satu negara yang juga akan membeli vaksin Covid-19 dari Sinovac. Mengenai harga vaksin di Brasil yang keluar di media massa beberapa hari terakhir, yakni 1,96 dolar AS per dosis, Honesti mengaku kabar ini sudah dibantah oleh pihak Sinovac melalui surat resmi yang dikirimkan ke Bio Farma.
Ia mengutip pernyataan dari Sinovac bahwa informasi dalam pemberitaan tentang kontrak pembelian 46 juta dosis dengan nilai kontrak 90 juta dolar AS dengan Pemerintah Brasil tidak tepat. Pun halnya mengenai harga 1,96 dolar AS per dosis juga tidak benar. “Sebab biaya pengiriman setiap dosisnya pun sekitar 2 dolar AS,” ujar dia.
Hentikan uji klinis
Terpisah, perusahaan farmasi Johnson & Johnson (J&J) menyatakan telah menghentikan sementara uji klinis calon vaksin Covid-19. Ini dilakukan setelah partisipan yang mengikuti uji klinis dari vaksin buatannya mengidap penyakit tertentu. Penyakit tersebut sedang ditinjau dan dievaluasi oleh dewan pengawas keamanan dan data independen serta dokter dari kalangan perusahaan.
J&J menyebutkan, hal seperti itu merupakan hal biasa dalam uji klinis berskala besar, yang bisa melibatkan puluhan ribu partisipan. Langkah J&J mengikuti jejak AstraZeneca --yang pada September menghentikan uji klinis tahap akhir vaksin Covid-19 eksperimental buatannya-- yang dikembangkan bersama Universitas Oxford karena adanya penyakit tertentu yang diderita partisipan riset di Inggris.
Sementara uji klinis di Inggris, Brasil, Afrika Selatan, dan India dilanjutkan, uji klinis di AS masih menunggu ulasan regulator.
Profesor penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine, Dr William Schaffner, melalui surat daring menyebut bahwa semua orang waspada atas apa yang terjadi dengan AstraZeneca. “Itu bisa saja kejadian buruk yang serius. Jika penyakit itu seperti kanker prostat, diabetes tak terkontrol, atau serangan jantung, mereka tidak akan menghentikannya untuk alasan tersebut. Ini kemungkinan peristiwa neurologis,” ujar dia.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Bandung, Jawa Barat, mengungkapkan, pelaksanaan uji klinis vaksin Covid-19 terhadap relawan yang sudah berlangsung sejak Agustus hingga Oktober berjalan aman. Penyuntikan vaksin diperkirakan selesai dilaksanakan hingga Desember 2020.
“Selama ini yang saya ikuti, ya memang alhamdulillah subjek itu dalam proses V0-V3 kemarin itu rata-rata berjalan semua baik. Hanya pas di tengah-tengah, misalnya, dia ada hipertensi. Nah, dia itu dikeluarkan, tidak diikutkan. Hanya yang gitu aja,” kata Kepala Dinkes Kota Bandung Rita Verita.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.