Nasional
Kiai Diminta Berperan Edukasi Bahaya Covid-19
Kasus positif Covid-19 di kalangan santri bertambah.
JAKARTA — Ulama dan kiai pondok pesantren diminta ikut mengedukasi bahaya Covid-19 di masyarakat. Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menuturkan, suara ulama atau kiai lebih didengarkan masyarakat di Indonesia. Ia meminta kiai, khususnya di Madura, ikut memberikan pemahaman pentingnya disiplin protokol kesehatan dan bahaya Covid-19.
"Kalau dokter itu saya bawa, bahwa Covid begitu, mereka sering ndak percaya. Kalau kiai (yang bilang) hati-hati penyakit, orang Madura itu takutnya sama kiai," tutur Mahfud saat Kampanye Protokol Kesehatan dan Sarasehan Ulama serta Tokoh Masyarakat di Ponpes Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur, Ahad (4/10).
Mahfud yang juga pernah menjadi santri di salah satu pondok pesantren di Madura mengaku paham betul peran kiai di kalangan masyarakat Madura. Dia menjelaskan, peran penting kiai dibutuhkan tidak hanya di pondok, tetapi juga di kalangan masyarakat dalam membangun kesadaran agar tetap mematuhi anjuran pemerintah dalam menekan penyebaran Covid-19.
"Sebab, dengan ketokohan, teladan, serta ilmu yang dimiliki, santri dan masyarakat Madura pada umumnya tunduk dan patuh pada kiai,” ujar Mahfud.
Mahfud berharap ponpes yang didirikan KH Moh Syarqawi pada 1887 itu dapat menjadi contoh dan garda terdepan dalam menekan angka penyebaran Covid-19 di Pulau Madura. Ponpes Annuqayah saat ini memiliki 6.000 santri di dalamnya. Berdasarkan data dari Gugus Tugas Covid-19 di Jawa Timur, Kabupaten Sumenep, saat ini masih berstatus merah karena protokol kesehatan belum sepenuhnya dijalankan dengan baik.
Itulah alasan Mahfud datang khusus ke pondok untuk menyambangi kiai dan para santri. Dalam kesempatan itu pula Mahfud menyampaikan, 17 persen rakyat Indonesia tidak percaya dengan adanya Covid-19. Mereka yang tidak percaya itu menganggap Covid-19 tidak ada dan hanya isu politik atau isu yang digunakan beberapa pihak untuk menjual obat.
Tidak hanya mengunjungi Pesantren Annuqayah, Mahfud juga melawat ke Pondok Pesantren al-Amien, Prenduan, Sumenep.
Klaster santri
Kasus positif Covid-19 di kalangan santri terus bertambah. Selain terjadi di Provinsi Jawa Barat, temuan kasus positif yang melanda pondok pesantren juga terjadi di Jawa Tengah. Di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sebanyak 26 santri di pesantren di wilayah Kecamatan Majenang terkonfirmasi positif Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dr Pramesti Griana Dewi menyebutkan, temuan 26 santri positif berasal dari seorang santri yang mengalami demam, batuk, dan kehilangan indra penciuman. ''Pada santri bersangkutan kemudian dilakukan swab, dan hasilnya ternyata positif,'' katanya, Sabtu (4/10).
Dari data tersebut, pihak Dinas Kesehatan kemudian melakukan tracing dengan menelusuri siapa saja yang kontak erat dengan pasien. Hasilnya, dilakukan tes swab massal di pesantren tersebut. Hasil pemeriksaan PCR terhadap para santri tersebut, diterima Gugus Tugas Covid 19 Kabupaten Cilacap pada Sabtu (3/10). Hasilnya, sebanyak 26 orang santri terkonfirmasi positif Covid-19.
"Dari jumlah itu, sebanyak sembilan orang sudah dirujuk ke ruang isolasi di RSUD Majenang dan 17 lainnya masih diobservasi karena sejauh ini masih menunjukkan gejala ringan atau tidak menunjukkan gejala," ujarnya.
Mereka yang memiliki gejala ringan diisolasi di tempat khusus. Lebih dari itu, seluruh aktivitas di pesantren tersebut sementara dinonaktifkan dan dilakukan penyemprotan desinfektan.
Sebelumnya, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Ponpes Husnul Khotimah Kabupaten Kuningan juga bertambah, Jumat (2/10). Proses pemulangan santri ke daerah masing-masing mulai dilakukan. "Hari ini kasus positif di Ponpes Husnul bertambah 62 orang,'' ujar Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Kuningan, Indra Bayu, Jumat (2/10).
Indra mengatakan, sebanyak 62 kasus baru itu diketahui dari hasil swab yang dimulai sejak 29 September 2020. Hingga kini, pemeriksaan swab masih berlangsung dan belum seluruh hasilnya keluar.
Indra mengaku, untuk 62 kasus baru itu belum diketahui apakah berasal dari santri atau guru dan pegawai ponpes. Dia baru menerima jumlah akumulatifnya saja.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.