Wawasan
Indonesia Bisa Kehilangan Investasi Kesehatan Negara
Perlu upaya ekstra untuk memastikan dokter di Indonesia aman dari paparan Covid-19.
Seratus lebih dokter telah meninggal akibat terpapar Covid-19. Situasi ini dinilai tidak bisa dibiarkan berlarut. Perlu upaya ekstra untuk memastikan dokter di Tanah Air aman dari paparan virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, tersebut.
Berikut wawancara wartawan Republika, Rr Laeny Sulistyawati, dengan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Prof Ari Fahrial Syam.
Sedikitnya 117 dokter meninggal akibat Covid-19. Bagaimana FK UI melihatnya?
Ini angka yang tidak umum dibandingkan negara-negara lain, meski negara lain juga banyak dokter yang terinfeksi. Kita bisa lihat peningkatannya signifikan terjadi di bulan-bulan terakhir, khususnya September. Memang pengadaan alat pelindung diri (APD) sudah dilakukan, tetapi kami pernah melakukan riset mengenai ini.
Bagaimana hasil risetnya?
Magister Kedokteran Kerja FK UI mengadakan survei nasional pada 1.400 tenaga kesehatan (nakes) dan hasilnya ternyata mayoritas 80 persen nakes merasa kelelahan. Padahal, kondisi ini bisa menyebabkan daya tahan tubuh turun dan rentan tertular virus.
Oleh karena itu, harus dibuat sistem di mana mereka meninggal. Kalau berdasarkan evaluasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), 60 persen kematian terjadi pada dokter umum.
Jadi, kita bisa fokusnya ke hulu supaya tidak meningkat, termasuk menunda pemilihan kepala daerah (pilkada) karena itu sumber penularan.
Ada kemungkinan ini terjadi di tempat praktiknya atau di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau menerima pasien di gawat darurat, kemudian bisa jadi dokter ini merasa kelelahan. Bisa juga dokter ini memiliki penyakit penyerta (komorbid) atau faktor umur dan menjadi penyebab kematian.
Kemungkinan lainnya, dokter ini mengalami happy hypoxia atau terlambat datang kemudian membutuhkan alat (ventilator). Makanya kami tunggu mitigasi dari IDI mengenai penyebab pasti faktor-faktornya.
Apa yang akan terjadi jika upaya antisipasi perlindungan dokter ini tidak digarap serius?
Korban semakin banyak padahal kasus baru positif Covid-19 Indonesia terus naik. Jadi, kita bisa fokusnya ke hulu supaya tidak meningkat, termasuk menunda pemilihan kepala daerah (pilkada) karena itu sumber penularan.
Jika tidak dilakukan, Indonesia bisa kehilangan dokter yang merupakan investasi kesehatan negara. Karena untuk menjadi seorang dokter butuh belasan tahun, apalagi kalau sub spesialis. Ketika seorang dokter meninggal dunia berarti otomatis ada sekian nyawa yang tidak tertolong akibat dokter meninggal.
Apa saran Anda kepada pemerintah terkait banyaknya kematian dokter ini?
Yang terpenting, kasus ini harus ditekan di hulu atau bagaimana bisa membuat kasus ini landai. Karena meski tambah kamar ICU dan dokter, ternyata di persoalan di hulu tidak berusaha ditekan atau ditutup, ya jebol. Ini bisa membuat dokter kelelahan dan meninggal karena menangani banyak pasien.
Solusinya bagaimana menurut Anda?
Pembagian kerja yang proporsional, artinya memobilisasi tenaga dokter. Tujuannya, supaya dokter yang menangani pasien Covid-19 tidak setiap hari terpapar. Biasanya kan yang menangani pasien Covid-19 adalah dokter paru, penyakit dalam, hingga anestesi.
Nah, dokter-dokter lain juga bisa dilibatkan, misalnya, kedokteran olahraga supaya ikut membantu penanganan pasien Covid-19 sehingga mengurangi dampak. Selain itu, jam kerja dokter dibatasi, maksimal enam jam.
Selain itu, yang tidak kalah penting adalah pengadaan APD. Terakhir kalau bisa adanya pengadaan tes swab gratis untuk dokter sebagai upaya skrining. Sebab, biasanya hanya orang yang kontak dengan pasien Covid-19 yang diperiksa untuk contact tracing.
Dokter dengan usia di atas 60 tahun bisa mendapatkan privilege menjalani tes swab gratis. Selain itu, dokter yang aktif praktik menangani pasien Covid-19 dengan menunjukkan surat tanda registrasi (STR) juga bisa menjalani tes polymerase chain reaction (PCR) tanpa membayar.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.