Di antara para pengikut atau pengagum ajaran tarekat ini adalah Pangeran Diponegoro.
Nama tarekat ini diambil dari sosok Syekh Abdullah asy-Syattar (wafat 890 H).
Murid Hadratus Syekh Hasyim Asyari ini merupakan seorang mursyid di Surabaya.
Di Indonesia, tarekat ini lekat dengan antara lain tradisi debus.
Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syekh Ahmad al-Tijani pada paruh kedua abad ke-18 M.
Tarekat Tijaniyah ini telah tersebar di berbagai wilayah, seperti Afrika di Timur Tengah, Asia, dan Amerika
Mbah Son adalah salah satu dari para kiai yang dipatuhi Gus Dur.
Doa selalu menjadi senjata orang beriman, sebagaimana disabdakan Rasulullah
Syekh al-Harari, tokoh Tarekat al-Ahbasy ini menjadi rujukan aswaja dalam fikih maupun tasawuf.
Kiai Ibrohim juga dikenang sebagai penyebar Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
Kiai Idris yang pernah menuntut ilmu di Haramain ini memimpin tarekat Syadziliyah.
Dalam tiap ceramah, ulama Banten ini mengobarkan semangat rakyat untuk berjuang.