Tuntunan
Kasih Sayang kepada Binatang dalam Islam
Rasulullah SAW dikenal amat menyayangi binatang.
Monyet ekor panjang didapati disiksa oleh dua pengamen topeng monyet. Peristiwa yang sempat viral beberapa waktu lalu itu terjadi di Pulo Jahe, Jatinegara, Jakarta. Padahal, topeng monyet sudah dilarang pemerintah karena kerap terjadi penganiayaan terhadap binatang.
Kasus penganiayaan kepada binatang juga kerap terjadi kepada binatang peliharaan. Di Bali, empat pemuda memukuli anjing hingga mati pada Juni lalu. Padahal, anjing tersebut adalah peliharaan seseorang. Pemilik anjing itu kemudian melaporkan penganiayaan tersebut kepada polisi.
Penganiayaan terhadap binatang bertentangan dengan ajaran Islam. Rasulullah SAW dikenal amat menyayangi binatang. Para sahabat diajak untuk menyayangi binatang karena bisa mendatangkan pahala. "Setiap air yang diberikan kepada hewan hidup (untuk minumnya) mendatangkan pahala." (HR Bukhari dan Muslim).
Berbuat baik kepada anjing --yang daging dan air liurnya diharamkan-- bahkan mendatangkan ampunan. Rasulullah SAW pernah berkisah mengenai seekor anjing yang mengelilingi sumur dan hampir mati kehausan. Seorang pelacur dari bani Israel melihatnya. Dia melepaskan sepatunya dan mengisinya dengan air. Dia memberikannya kepada anjing tersebut. Allah mengampuni dosa-dosa wanita itu karena tindakan baiknya. (HR Bukhari dan Muslim).
Berbuat baik kepada anjing--yang daging dan air liurnya diharamkan -- bahkan mendatangkan ampunan.
Jika kita diperintahkan berbuat baik kepada binatang yang bisa mendatangkan pahala dan ampunan, perlakuan buruk kepada hewan akan mendatangkan sebaliknya. Perbuatan itu dilarang dan mendatangkan dosa.
Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan, suatu ketika dirinya dan para sahabat yang lain menemani Rasulullah SAW melakukan perjalanan. Mereka melihat burung seperti burung pipit yang membawa dua anaknya. Burung itu terbang hampir jatuh dengan sepasang sayapnya yang hampir menyentuh tanah.
Nabi SAW bertanya, "Siapa yang memisahkan anak burung ini dari induknya? Kembalikanlah dia kepada induknya."
Rasulullah juga sempat melihat rumah semut yang telah dibakar. Nabi SAW bertanya, "Siapa yang membakar rumah semut ini?"
Abddullan bin Mas'ud menjawab, "Kami, wahai Rasulullah."
Rasulullah pun bersabda, "Sungguh tidak ada seorang pun yang berhak mengazab (makhluk lain) dengan api kecuali tuhan Zat yang memiliki api." (HR Abu Dawud).
Dalam hadis sahih lainnya diceritakan seorang wanita dimasukkan ke dalam neraka karena kucing yang diikatnya. Ia tidak memberinya minuman dan makanan, tidak melepaskan dan membiarkannya mencari serangga tanah (mencari makanannya sendiri) hingga mati.
Kepada binatang yang hendak disembelih sebagai kurban, kita pun diperintahkan untuk berbuat baik. Rasulullah memerintahkan untuk menajamkan alat penyembelihan dan tidak mengasah pisau di depan hewan kurban. Tidak hanya itu, Rasulullah secara eksplisit menyuruh kita agar hewan kurban yang akan disembelih merasa nyaman. "...Berikanlah rasa nyaman pada hewan sembelihan itu." (HR Muslim).
Para sahabat yang menimba ilmu kasih sayang langsung dari Rasulullah mendapatkan warisan ini. Dikisahkan, satu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab tengah duduk di samping unta yang sakit. Ia duduk sambil menangis lantas berkata, "Demi Allah, aku tidak mengerti apa yang tengah terjadi padamu. Aku sungguh takut; kelak Allah akan menanyaiku tentangmu dan meminta pertanggungjawabanku pada Hari Kiamat."
Imam Bukhari melakukan rihlat li thalab al hadits, perjalanan dengan misi utama mencari hadis-hadis yang tersebar di daerah-daerah yang jauh. Ia menempuh jarak ratusan kilometer untuk mengambil riwayat hadis tertentu dari seorang perawi.
Setibanya di lokasi, ia mendapati perawi yang ia tuju itu sedang beranjak memberi makan kudanya di sebuah ember. Padahal, Imam Bukhari melihat secara kasat mata ember tersebut kosong, tak ada makanan sama sekali. Tampaknya, perawi yang bersangkutan bermaksud mempermainkan dan menipu kudanya.
Mengetahui itu, Imam Bukhari lantas membatalkan niat mengambil riwayat dari perawi tersebut. Perlakuannya terhadap kuda itu menunjukkan sikap tak jujur. Bukhari pun beranggapan, bila pada binatang saja ia berbohong, tak menutup kemungkinan berbuat hal yang sama kala meriwayatkan hadis. Wallahu a'lam.
"Rasulullah pun bersabda, Sungguh tidak ada seorang pun yang berhak mengazab (makhluk lain) dengan api, kecuali tuhan Zat yang memiliki api. (HR Abu Dawud)."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.