Hikmah
Alquran dan Ketenangan Jiwa
Agar jiwa tenang, perbanyak mengingat Allah, termasuk membaca Alquran.
Oleh NAJMUDIN ANSORULLAH
OLEH NAJMUDIN ANSORULLAH
Saat ini, banyak manusia terjangkit penyakit kelabilan jiwa yang cukup memprihatinkan. Penyebab utamanya sebagaimana disebut dalam surah Thaha (20) ayat 124 adalah jauhnya mayoritas manusia dari petunjuk Ilahi.
Agar jiwa tenang, agama Islam menganjurkan (QS ar-Ra’du [13]: 28) agar seseorang lebih sering mengingat Allah (dzikrullah). Termasuk perbuatan dzikrullah adalah membaca Alquran. Orang yang membacanya akan dianugerahi ketenangan jiwa, serta lebih taat kepada Allah SWT. Bahkan, orang yang belajar dan mengajarkan Alquran termasuk ke dalam orang pilihan yang terbaik kualitas Islamnya.
Dalam kehidupan seorang Muslim, membaca Alquran sangatlah penting. Dengan membaca Alquran, jiwa dan akal menjadi “sehat”, tubuh (jasad) manusia menjadi lebih “hidup”.
Hal ini membuktikan bahwa manusia sangat membutuhkan Alquran sebagai pegangan hidup. Ruhani yang sehat dan kuat akan melebihi kekuatan jasmani yang sehat dan kekar. Jika kedua unsur tersebut sehat, maka sempurnalah manusia dalam hidupnya.
Hati (al-qalb) dalam Alquran disebut sadr karena tempat terbitnya nurul Islam. Disebut pula fuad karena tempat terbitnya makrifat Allah. Serta dikenal pula sebagai lubb karena tempat terbitnya tauhid. Serta disebut pula syaghaf karena tempat kecintaan makhluk terhadap sesamanya.
Beberapa ayat Alquran menjelaskan tentang ketenangan hati dan berzikir termasuk membacanya, seperti, QS al-Anfal [8]: 2 dan 10, QS an-Nahl [16]: 106, QS al-Maidah [5]: 113, QS Ali Imran [3]: 103, 126, dan QS al-Fath [48]: 18. Kemampuan al-qalb untuk berzikir berfungsi agar kita senantiasa mengingat kekuasaan Allah, sebagaimana disebutkan dalam QS ar-Ra’du [13]: 28, QS Qaf [50]: 37, QS az-Zumar [39]: 22 dan 23, dan QS al-Hadid [57]: 16.
Pada ayat-ayat tersebut terkandung makna bahwa ketenangan hati merupakan fondasi dalam pendidikan Islam. Tujuannya agar menjadikan umat Islam menjadi manusia unggulan.
Karena itu, Allah SWT mengajarkan umatnya untuk mempelajari Alquran dengan diawali kata iqra (baca) dalam surah al-'Alaq [96]: 1-5. Umat Islam senantiasa dianjurkan membaca Alquran secara kontinyu sebagaimana diperintahkan Allah SWT dalam QS Fathir [35]: 29-30, QS al-‘Ankabuut [29]: 45, QS al-Ahzab [33]: 34, dan QS al-A’laa [96]: 6.
Memperbanyak zikir dengan membaca Alquran, baik dilakukan dengan cara qiraat, tartil, tilawah, tadabur, maupun tafakur, mampu menimbulkan ketenangan hati. Fasilitas agung agar menghasilkan karya luhung telah disediakan Tuhan untuk manusia dengan mata (bashirah), pendengaran (sam’a), dan pemahaman (fuad) hatinya.
Dengan begitu, jelaslah Alquran bukan untuk koleksi atau sekadar hiasan di lemari, tapi untuk dibaca, dipelajari, dicermati, dipahami, dikaji, diteliti, dan diimani.
Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda, "Tiadalah berkumpul suatu kaum dalam baitullah (masjid) untuk membaca kitab Allah dan mempelajarinya, melainkan pasti turun pasti turun kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat, dikerumuni malaikat dan diingat Allah di depan makhluk yang sisi-Nya." (HR Muslim).
Di tengah kondisi dunia yang sedang tak menentu ini, membaca Alquran menawarkan kepada kita ketenangan jiwa.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.