Khazanah
Seratus Satu Ribu Besek Bambu untuk Daging Kurban
Upaya meminimalisasi plastik dilakukan sejumlah lembaga filantropi dan masjid menyambut kurban.
Upaya untuk meminimalisasi penggunaan plastik dilakukan oleh sejumlah lembaga filantropi dan masjid dalam menyambut Hari Raya Idul Qurban. Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bazis DKI Jakarta, KH Ahmad Luthfi Fathullah, mengatakan, pihaknya berupaya meminimalisasi penggunaan plastik dengan menyerahkan 101 ribu besek.
"Kami menyerahkan bantuan 101 ribu besek, bongsang, sebagai pengganti plastik," kata dia kepada Republika belum lama ini.
Bantuan diserahkan ke 10 kecamatan di Jakarta Timur. Setiap kecamatan akan mendapatkan 10 ribu besek yang disebar di setiap kelurahan. Menurut dia, upaya meminimalisasi penggunaan plastik itu juga sebagai upaya mengimplementasikan kampanye Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menjaga lingkungan.
"Jadi, nanti para pekurban atau yang diberikan kurbannya bisa ambil kurbannya pakai besek atau bongsang," kata dia.
Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokariyan, Ustaz Jazir ASP, menyatakan, penggunaan besek masih dilakukan masjid yang dikelolanya. Hal itu sebagaimana yang dilakukan pada tahun lalu dengan memberdayakan pengrajin binaan masjid.
"Kami sudah pesan lama dari pengrajin binaan kami. Jadi, tidak ada kendala pemesanan atau seperti apa di masa pandemi Covid-19 ini," kata Ustaz Jazir.
Meski demikian, pihaknya mengakui masih menggunakan plastik ramah lingkungan yang dipastikan sesuai dengan kriteria alias tidak abal-abal. Yang terpenting, dia menggarisbawahi, pelaksanaan pembagian kurban di Masjid Jogokariyan akan memperhatikan aspek kesehatan dan kelestarian lingkungan.
para pekurban atau yang diberikan kurbannya bisa ambil kurbannya pakai besek atau bongsangKH AHMAD LUTFHI FATHULLAH, Ketua Baznas Bazis DKI Jakarta
Anggota Komite Pemantau Plastik Ramah Lingkungan, Adrie Charviandi, menilai penggunaan besek bambu, keranjang, atau daun pisang sebagai bungkus paket daging kurban sangatlah tepat. Pasalnya, masyarakat sudah mulai terbiasa dibudayakan tidak menggunakan plastik dalam keseharian konsumsi.
"Saya rasa penggunaan besek untuk kurban sudah sangat tepat. Ini harus digalakkan," kata Adrie, kemarin.
Di samping penggunaan besek bambu atau keranjang yang terbuat dari bahan alam, penggunaan plastik ramah lingkungan juga banyak diupayakan sejumlah masjid. Namun demikian, Adrie menilai penggunaan plastik ramah lingkungan perlu dikaji ulang apabila suatu wilayah belum memahami lebih jauh kriteria plastik ramah lingkungan yang dimaksud.
Menurut dia, tak sedikit pengedaran plastik dengan embel-embel ramah lingkungan beredar di masyarakat yang sejatinya tidak ramah lingkungan sama sekali. "Jadi, ada plastik yang katanya ramah lingkungan, tahu-tahunya setelah dicek kriterianya tidak sesuai," ungkap dia.
Di sisi lain, penggunaan plastik ramah lingkungan juga memiliki risiko yang lebih besar daripada besek atau keranjang alam yang memiliki nol risiko. Jika diakumulasikan, menurut dia, dengan rasio 2-5 tahun plastik ramah lingkungan diprediksi dapat terurai akan sama saja menghasilkan beban apabila terdapat pergelaran akbar seperti pembagian daging kurban setiap tahunnya.
"Kalau 2-5 tahun bisa terurai, untuk satu kali kurban saja misalnya itu bisa habis 100 pieces dikalikan berapa ratus daerah, dikali berapa ratus masjid dalam satu hari, jumlahnya bisa besar. Artinya, beban lingkungannya ya bisa berat-berat juga," kata dia.
Untuk itu, dia mendesak pemerintah segera menggalakkan sosialisasi besek kurban agar masyarakat dapat makin terbiasa dan tidak bergantung pada plastik. Menurut dia, demi menyadarkan kesadaran masyarakat, sosialisasi yang kuat dan dukungan serius dari pemerintah diperlukan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.