Jakarta
Tanaman Hias Jadi Buruan Warga
Penjualan tanaman hias di Ragunan melonjak pada masa pandemi Covid-19.
OLEH MEILIZA LAVEDA
JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19 yang membuat aktivitas perdagangan mengalami kerugian, hal itu tidak berlaku bagi pedagang tanaman hias. Mereka justru meraup keuntungan dari peningkatan penjualan tanaman hias yang terletak di Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan.
Salah satu pedagang, Said menyampaikan, semenjak Lebaran terjadi peningkatan penjualan tanaman hias 50-75 persen. Omzet yang didapatkan toko Eksaluvez Nursery Kavling 16 milik Said yang tadinya Rp 3 juta-Rp 5 juta per bulan, kini menjadi Rp 15 juta-Rp 25 juta.
Menurut Said, hal itu dipicu masyarakat mulai jenuh beraktivitas di rumah saja. Akhirnya mereka pergi keluar untuk mencari tanaman hias agar bisa dirawat di rumah. "Beda banget pas bulan awal Covid-19 muncul, itu sepi banget,” kata Said saat ditemui di lokasi, Jumat (10/7). Sentra tanaman hias yang berlokasi di lahan milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI ini terdiri 42 pedagang dengan biaya sewa Rp 750 ribu per bulan.
Jenis tanaman yang dijual bervariasi. Ada wijaya kusuma, sambaing dara, bromelia, kadaka Holland, hingga kaktus koboi. Dia mengaku, sengaja menjual spesialisasi tanaman yang lebih terfokus pada keluarga kaktus. Kaktus jenis micky mouse, kata dia, menjadi buruan pembeli. Kisaran harga yang ditawarkan pun beragam, mulai Rp 10 ribu-Rp 1 juta per tanaman.
Pelanggan yang datang mayoritas konsumen rumahan. Dari hasil perbincangan dengan pembeli, kata dia, biasanya mereka baru mulai mencoba memelihara tanaman hias. Selain itu, ada pula yang memang sudah menjadi kolektor sejak lama.
Konsumen yang datang beragam. Ada yang dari kantor, tapi kebanyakan rumahan. Ada yang kolektor, kalau ke sini biasanya suka kalap, bisa belanja sampai jutaan.
SAID, pedagang tanaman hias
Peningkatan penjualan tanaman hias juga terjadi lewat penjualan daring. Menurut Said, pemesanan secara daring bisa melalui Facebook atau Tokopedia.
Petugas Toko Santi Orchid Kavling VI, Sutarjo menuturkan, sebenarnya peningkatan penjualan tanaman hias mulai dirasakan sejak pertengahan bulan Ramadhan. Dia merasa senang lantaran omzet dua bulan ke belakang, bisa menutup pemasukan yang sepi pada Februari hingga April lalu.
Menurut Sutarjo, salah satu penyebab kenaikan penjualan tanaman hias, lebih karena masyarakat sudah terlalu lama berdiam di rumah. Karena masyarakat mulai membatasi diri keluar rumah, akhirnya mereka ingin memelihara tanaman untuk menghabiskan waktu secara produktif.
Stok kosong
Tanaman jenis aglaonema menjadi incaran banyak pembeli, akhir-akhir ini. Selain itu, tanaman jenis anthurium menjadi idola baru. Saking banyak peminatnya, Sutarjo menambahkan, hingga sekarang stok untuk kedua tanaman tersebut kosong. “Yang lagi banyak diincar tuh aglaonema sama anthurium. Kita penjual sampai kehabisan stok,” ujar Sutarjo.
Pembeli yang datang tidak hanya untuk koleksi tanaman di rumah, melainkan juga digunakan untuk persediaan tanaman di kantor. Hal itu karen beberapa kantor sudah mulai buka kembali, sehingga perlu penataan lebih rapi. Menurut Sutarjo, kadang orang dari perkantoran sekali beli bisa membawa 30 pot. "Kisaran harga yang dijual mulai Rp 40 ribu hingga Rp 5 juta. Tergantung dari jenis tanaman. Spesies anggrek grammatophyllum bisa dijual hingga Rp 5 juta karena berasal dari Papua," katanya.
Salah satu pembeli, Rifki mengatakan, sedang mencari kaktus dan aglaonema super white. Sebagai pengantin baru, ia sudah merencanakan sejak lama untuk membeli tanaman hias yang nantinya ditempatkan di sudut rumah yang masih kosong. “Kita kan baru menikah ya, lagi menata rumah buat diisi di beberapa spot. Tapi memang kita berdua memang suka tanaman,” kata Rifki didampingi sang istri.
Kaktus menjadi pilihan yang tepat bagi Rifki dan pasangannya. Keduanya memang membutuhkan tanaman tinggi, tetapi tidak terlalu lebar sebagai hiasan di rumahnya. Selain itu, Rifki juga memilih tanaman yang sesuai dengan isi dompetnya. “Ada range harga juga kok. Kita enggak ambil mahal. Karena kaktus kan masih terjangkau. Pokoknya per tanaman yang kita beli di bawah Rp 100 ribu,” ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.