Belajar membaca Alquran | Dok Republika/Rusdy Nurdiansyah

Khazanah

Agar Kita Meresapi Makna Alquran

Tadabur Alquran adalah kunci untuk memahami kandungan Alquran secara komprehensif.

Allah SWT berfirman, “Ini adalah sebuah kitab (Alquran) yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka menadaburi (memperhatikan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS Shad [38]: 29). 

Dalam tafsirnya tentang ayat ini,  Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di menjelaskan, pada Alquran terdapat kebaikan dan ilmu yang sangat banyak. Di dalamnya terdapat petunjuk dari kesesatan, obat dari penyakit, cahaya untuk menerangi kegelapan, setiap hukum yang diperlukan manusia.

Alquran juga memuat dalil tegas tentang segala yang diinginkan, sehingga menjadikannya semulia-mulia kitab yang diturunkan Allah. Selanjutnya, beliau menjelaskan, hikmah diturunkannya Alquran ini agar manusia menadaburi ayat-ayatnya, menggali ilmunya, dan merenungkan rahasia dan hikmahnya.

Hanya dengan menadaburi ayat-ayatnya, merenungkan maknanya, serta memikirkannya, seseorang akan mendapatkan berkah dan kebaikan yang ada dalam Alquran. Kita harus menyadari, Alquran itu  kitab penuh berkah dan mengandung mutiara yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.

Secara bahasa, tadabur berarti melihat dan memperhatikan kesudahan segala urusan dan bagaimana akhirnya. Al-Alusi dalam tafsirnya Ruh al-Ma’ani menjelaskan, pada dasarnya tadabur berarti memikirkan secara mendalam kesudahan sesuatu urusan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.

Ibnu al-Qayyim juga menjelaskan, yang dimaksud dengan menadaburi suatu perkataan adalah melihat dan memperhatikan perkataan itu dari awal dan akhir perkataan kemudian mengulang-ulangi hal itu.

Adapun yang dimaksud dengan tadabur Alquran adalah menggunakan ketajaman mata hati lewat proses perenungan mendalam secara berulang-ulang agar dapat menangkap pesan-pesan Alquran yang terdalam dan mencapai tujuan maknanya yang terjauh.

 
Jika engkau ingin mengambil manfaat dari Alquran maka pusatkanlah hatimu ketika membaca dan mendengarkannya, fokuskanlah pendengaranmu dan hadirlah seperti seseorang yang sedang diajak bicara oleh Allah SWT.
IBNU QAYYIM AL-JAUZI dalam kitab al-Fawaid
 

Tadabur Alquran haruslah mengandung tujuan untuk mengambil manfaat dan mengikuti apa yang terkandung dalam Alquran. Karena, tujuan membaca dan menadaburi ayat-ayat Alquran itu adalah untuk mengamalkan dan berpegang pada isi kandungannya. Syekh Abdurrahman Habannakah menegaskan, tujuan tadabur bukanlah sekadar kemewahan ilmu atau bangga dengan pencapaian pengetahuan, melainkan untuk mengingatkan dan mendapat pelajaran serta beramal sesuai dengan ilmu yang didapat.

Sementara itu, Syekh Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Amal mengatakan, jika kita mengerti maknanya, sebaiknya bacalah Alquran dengan tadabur dan tafakur. Apabila menemui ayat-ayat rahmat dan janji-janji, hendaknya kita berdoa untuk mengharap rahmat-Nya.

Kemudian, jika menjumpai ayat-ayat azab dan ancaman Allah SWT, hendaknya kita meminta perlindungan kepadanya karena tidak ada yang bisa dimintai perlindungan selain Allah. Apabila kita menemui ayat tentang kesucian Allah maka ucapkanlah subhanallah. 

"Apabila kita tidak menangis ketika membaca Alquran, hendaknya kita berusaha menangis," katanya.

Mengapa begitu? Sebab, menurut dia, puncak kelezatan orang yang sedang bercinta adalah mengadukan rasa cintanya dengan deraian air mata. 

Ia juga menyarankan, jika tidak ada maksud untuk menghafal Alquran, hanya untuk membaca, jangan membacanya terlalu cepat. Syekh mengingatkan, hendaknya letakkanlah Alquran di bangku, bantal, atau di tempat yang tinggi. Kemudian, saat membacanya, janganlah berbicara dengan siapa pun. Apabila ada keperluan berbicara saat sedang membaca Alquran maka hendaklah menutupnya terlebih dahulu. 

"Selesai berbicara, kita mengawali lagi dengan membaca taawuz," katanya.

Syekh Maulana mengatakan, para ulama telah menulis ada enam adab lahiriah dan enam adab batiniah dalam membaca Alquran. Adapun adab-adab lahiriah itu, pertama membaca dengan penuh rasa hormat, memiliki wudhu, dan duduk menghadap kiblat.

Kedua, tidak membacanya terlalu cepat, tetapi membacanya dengan tajwid dan tartil. Ketiga, berusaha menangis atau pura-pura menangis. Keempat, memenuhi hak ayat-ayat azab dan rahmat. 

Kelima, jika dikhawatirkan akan menimbulkan riya atau mengganggu orang lain, sebaiknya membaca dengan suara lirih dan jika tidak sebaiknya membaca dengan suara keras.

Keenam, bacalah dengan suara dan lagu yang bagus. “Sebab, banyak hadis yang menerangkan agar kita membaca Alquran dengan suara dan lagu yang bagus,’’ kata Syekh Maulana. 

photo
Santri kalong mengikuti Program Satu Desa Satu Hafidz (Sadesha) di Masjid DKM Baiturrahim, Desa Rajadatu, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (24/6/2020). Pemprov Jawa Barat terus berupaya mencapai terwujudnya satu hafiz dari total 5.312 desa yang ada, dengan target di Jabar memiliki minimal satu penghafal Alquran pada 2023 - (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Lantas, apa saja adab batiniah dalam membaca Alquran? Pertama, lanjut Syekh Maulana, agungkan Alquran di dalam hati sebagai kalam yang tertinggi. Kedua, hadirkan dalam hati keagungan Allah SWT dan kebesarannya karena Alquran adalah kalam-Nya. 

Ketiga, bersihkan hati dari rasa waswas dan ragu. Keempat, bacalah Alquran dengan merenungkan makna setiap ayat dengan penuh kenikmatan. 

"Baginda Rasulullah SAW pernah berdiri sepanjang malam sambil berulang-ulang membaca ayat 118 surah al-Maidah yang artinya, "Jika Engkau mengazab mereka, mereka itu adalah hamba-Mu dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau Mahaperkasa dan Mahabijaksana."

Begitu pula Said bin Zubair RA yang pada suatu malam membaca satu ayat dari surah Yasin tepatnya ayat 59 dan mengulang-ulangnya hingga tiba waktu Subuh. Surah itu artinya, ‘’Dan dikatakan kepada orang-orang kafir, berpisahlah kamu dari orang-orang mukmin hari ini, wahai orang-orang yang berbuat jahat."

Adapun adab yang kelima, usahakan hati kita mengikuti ayat-ayat yang kita baca. Misalnya, bila membaca ayat-ayat rahmat, hendaknya hati kita merasa gembira dan senang. “Sebaliknya, ketika kita membaca ayat-ayat azab, hati kita hendaknya merasa takut,’’ kata Syekh Maulana dalam kitabnya.

Keenam, telinga benar-benar ditawajuhkan seolah-olah Allah SWT sendiri sedang berfirman kepada kita dan kita sedang mendengarkannya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat