Internasional
AS Khawatir Wabah Covid-19 tak Terkendali
Kasus Covid-19 melonjak di beberapa negara besar secara bersamaan.
HOUSTON --Meningkatnya jumlah kasus virus korona di Selatan dan Barat Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran wabah virus korona sudah tidak terkendali. Sejumlah pihak menduga penyebaran sulit ditahan karena banyak warga AS yang menolak memakai masker dan jaga jarak satu sama lain.
Kenaikan jumlah kasus di negara bagian-negara bagian yang melonggarkan peraturan pembatasan sosial lebih cepat dari yang seharusnya mengkonfirmasi prediksi sebelumnya. Kasus infeksi di Florida sudah di atas 100 ribu, jumlah pasien yang harus dirawat di rumah sakit di Houston dan Georgia meningkat drastis dan 1 dari 5 orang yang di tes di Arizona terbukti telah terinfeksi.
Selama akhir pekan virus tampaknya menyebar di semua tempat. Beberapa staf kampanye yang membantu acara kampanye Presiden Donald Trump di Tulsa, Oklahoma dinyatakan positif. Begitu pula dengan 23 pemain futbol Clemson University.
Sebanyak 30 orang anggota tim futbol Louisiana State University melakukan isolasi mandiri. Setelah terinfeksi atau melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi. Sebuah pabrik pengolahan daging juga diduga menjadi pusat wabah yang baru.
"Ini bola salju, kami pasti akan melihat banyak orang meninggal karena lonjakan ini," kata CEO dan presiden Houston Methodist Hospital, Dr Marc Boom, Selasa (23/6).
Ia mencatat jumlah penerimaan pasien Covid-19 naik tiga kali lipat sejak Hari Pahlawan. Hingga sebanyak lebih dari 1.400 pasien di seluruh delapan sistem rumah sakit di wilayah metropolitan Houston.
Ia memperingatkan rumah sakit-rumah sakit itu dapat mencapai batasnya dalam tiga pekan. Dr. Boom meminta masyarakat menggunakan masker dan mematuhi peraturan pembatasan sosial.
"Memang mungkin untuk membuka diri dengan langkah yang bijaksana dan hidup berdampingan dengan virus, tapi jutaan dan jutaan orang harus melakukan hal yang benar," katanya.
Texas seperti negara bagian Arizona, Alabama, Florida dan South Carolina, menolak memberlakukan kewajiban penggunaan masker. Mereka menyerahkan keputusan itu pada pemerintah daerah.
Berdasarkan data yang dihimpun Johns Hopkins University jumlah kasus harian di AS baru-baru ini naik dari 21 ribu kasus per hari menjadi 26 kasus per hari. AS juga menyumbang 120 ribu kasus kematian terkait virus korona di seluruh dunia.
Di Negara Bagian Orlando, Amerika Serikat (AS) sekitar 152 kasus infeksi virus korona berasal dari sebuah bar dekat University of Central Florida. Terjadi kenaikan jumlah kasus infeksi setelah banyak negara bagian di AS melonggarkan peraturan pembatasan sosial untuk mendongkrak perekonomian yang jatuh karena pandemi.
"Banyak penularan terjadi di sana, orang sangat berdekatan, orang-orang tidak memakai masker, minum, berteriak, berdansa, berkeringat, berciuman dan berpelukan, semua hal terjadi di bar, dan semua hal itu tidak baik bagi Covid-19," kata pejabat kesehatan kota wisata itu Dr. Raul Pino, Selasa (23/60.
Walaupun Dr Pino sudah meminta pejabat kesehatan kembali meminta masyarakat memakai masker dan menjaga jaga. Tapi tidak ada tanda-tanda Gubernur Florida Ron DeSantis akan menutup kembali negara bagian yang diisolasi selama tiga bulan.
Jumlah pasien yang masuk rumah sakit karena Covid-19 di Georgia juga bertambah 1.000 orang. Menghilangkan progres di bulan sebelumnya. Georgia mengalami kenaikan jumlah kasus tertinggi sejak negara bagian itu melonggarkan pembatasan sosial dua bulan yang lalu.
Gubernur Brian Kemp mewajibkan semua pelayan restoran, tukang potong rambut dan pekerja yang tatap muka dengan konsumen untuk memakai masker. Tapi ia menyerahkan keputusan mewajibkan konsumen memakai masker atau tidak pada tempat usaha atau toko masing-masing.
Namun karena jumlah kasus infeksi meningkat Gubernur Louisiana John Bel Edwards memperpanjang pembatasan bagi tempat usaha,mengikuti langkah yang dilakukan Utah dan Oregon pekan lalu. Sejauh ini Louisiana mencatat lebih dari 3.000 kasus kematian terkait virus korona.
"Banyak orang di luar sana mengatakan mereka sudah selesai dengan virus, ya virus belum selesai dengan kami," kata Edwards. Sejumlah negara yang sempat melonggarkan karantina nasional mereka juga mengalami kenaikan kasus infeksi. Brazil, India dan Pakistan mengalami peningkatan jumlah kasus infeksi secara signifikan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, kasus virus korona melonjak di beberapa negara besar secara bersamaan. Selain itu, tingkat peningkatan yang mengkhawatirkan telah terjadi di Amerika Latin, terutama Brasil.
"Tentu saja jumlahnya meningkat karena epidemi berkembang di sejumlah negara pada saat yang sama dan di seluruh dunia," ujar Kepala Kedaruratan WHO, Mike Ryan.
Pada Senin lalu, jumlah kasus infeksi virus korona secara global melampaui 9 juta. Sejumlah negara yang terkena dampak parah seperti Cina, Korea Selatan, dan Amerika Serikat melaporkan kasus baru bahkan mulai menghadapi gelombang kedua. Ryan mengatakan, peningkatan kasus kemungkinan disebabkan oleh uji virus korona yang ditingkatkan di sejumlah negara.
"Beberapa peningkatan itu mungkin disebabkan oleh peningkatan pengujian, dan tentu saja negara-negara seperti India menguji lebih banyak. Tetapi kami tidak percaya bahwa ini adalah fenomena pengujian," ujar Ryan.
Ryan mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 terjadi di Chile, Argentina, Kolombia, Panama, Bolivia, Guatemala, dan Brasil. Sementara, Amerika Serikat mencatat rekor 54.000 kasus dalam 24 jam. Menurut Ryan, lonjakan kasus di Brasil kemungkinan terjadi akibat perubahan dalam sistem pelaporan.
“Masih ada tes yang relatif rendah per populasi, dan tingkat kepositifan untuk pengujian secara keseluruhan masih cukup tinggi. Dari perspektif itu, kita akan mengatakan bahwa tren ini tidak mencerminkan pengujian menyeluruh, tetapi mungkin kurang memperkirakan jumlah kasus yang sebenarnya," kata Ryan.
Ryan mengatakan, ada peningkatan besar dalam beberapa kasus di sejumlah negara bagian Amerika Serikat. Menurut Ryan, virus korona tidak hanya menyebabkan kematian bagi penduduk dengan usia rentan yakni manula. Dalam beberapa laporan, virus tersebut juga telah menyerang penduduk usia muda yang lebih banyak bergerak bebas ketika kebijakan lockdown dilonggarkan. "Yang jelas, kenaikan itu tidak sepenuhnya dijelaskan hanya dengan peningkatan pengujian," ujar Ryan.
WHO khawatir dengan Jerman yang memiliki tingkat reproduksi virus mencapai 2,88 pada Ahad lalu. Jumlah tersebut berada di atas tingkat maksimum satu transmisi per orang. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kurangnya kepemimpinan global dan persatuan dalam memerangi virus merupakan ancaman yang lebih besar daripada pandemi itu sendiri. Selain itu, politisasi telah membuat pandemi semakin buruk.
Tak Tunda Pemilu
Sementara, Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan, Singapura tidak akan menunda jadwal pemilihan umum nasional meski pandemi virus korona belum berakhir. Dia menambahkan, proses pemungutan suara yang dijadwalkan pada 30 Juni akan berlangsung dengan aman dan tetap mengedepankan protokol pencegahan virus korona atau Covid-19.
"Saya telah memutuskan untuk tetap mengadakan pemilihan umum," ujar Lee dalam pidatonya.
Lee memastikan bahwa pemilihan umum dapat dilaksanakan dengan aman dan partai-partai dapat berkampanye secara efektif. Namun kampanye para partai di tengah pandemi virus korona akan berbeda dengan kampanye sebelum pandemi berlangsung. "Kami masih berada dalam situasi Covid-19, sehingga kampanye pemilihan umum tidak akan sama," ujar Lee.
Sebelumnya, pemilihan umum Singapura akan digelar pada April 2021 karena pandemi virus korona. Namun ada spekulasi bahwa Lee akan memajukan jadwal pemilihan umum nasional.
Singapura telah menjadi salah satu negara di Asia yang terkena dampak pandemi virus korona cukup parah. Jumlah kasus infeksi virus korona di negara tersebut melonjak ketika ditemukan klaster penularan baru dari asrama pekerja migran. Lee mengatakan, situasi Singapura kini telah stabil dan pemerintahannya membutuhkan mandat baru.
Partai Aksi Rakyat yang merupakan partai Lee telah memenangkan pemilihan umum sejak kemerdekaan Singapura pada 1965. Jumlah suara partai tersebut tidak pernah turun di bawah 60 persen.
Pekan lalu, Singapura telah mencabut sebagian besar pembatasan sosial. Warga Singapura dibolehkan keluar rumah untuk bersosialisasim berbelanja, dan makan di restoran setelah menjalani karantina nasional selama dua bulan. Singapura memberlakukan lockdown atau penguncian yang cukup ketat setelah terjadi lonjakan kasus dari klaster asrama pekerja migran.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.