Kisah Dalam Negeri
Kebiasaan Baru Pesantren di Masa Pandemi
Pandemi membuat kebiasaan baru dan mengubah drastis gaya hidup di pesantren.
OLEH BOWO PRIBADI, FEBRIAN FACHRI
Tak seperti banyak pesantren lainnya, Pondok Pesantren (ponpes) Al-Mina di Dusun Ngawinan, Desa Jetis, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, tak memulangkan santri-santri mereka kala pandemi mendera. Aktivitas di pesantren hanya berhenti sepekan sebelum dan setelah Idul Fitri lalu.
Meski begitu, kehidupan di pondok tak bisa dikata normal seperti biasanya. Kepada Republika, salah seorang pengurus Ponpes Al-Mina, Nikma Lailatul Qodaryati (37 tahun) menuturkan, banyak hal yang mereka sesuaikan sebulan belakangan.
Kalau biasanya satu ruang kamar santri diisi hingga 15 orang santri, mulai pekan kedua bulan April, jumlah penghuni kamar santri sudah dikurangi. Otomatis physical distancing bisa diterapkan di kamar, dengan memisahkan (membuat jarak) kasur tempat tidur para santri.
Kemudian, lanjut Nikma, dalam hal kerja bakti membersihkan kamar yang sebelumnya dilakukan santri sepekan sekali. Namun, sejak pertengahan April kemarin, kerja bakti membersihkan kamar dilaksanakan setiap pagi hari oleh para santri.
Setiap pagi, ruangan kamar harus dalam keadaan kosong dan bersih, karena karpet dan kasurnya dijemur dan digulung terlebih dahulu sebelum digunakan untuk beristirahat para santri. Penyemprotan (disinfeksi) kamar santri juga rutin dilakukan tiap-tiap pagi.
Terkait keluar masuk lingkungan pondok, ada piket jaga di gerbang yang menyiapkan fasilitas cuci tangan, sabun antiseptik, serta hand sanitizer. Petugas piket juga dibekali dengan thermo gun untuk mendeteksi suhu tubuh siapa pun yang keluar masuk lingkungan pondok.
“Jadi, para santri yang ada di dalam lingkungan pondok juga terjaga dan terlindungi, demikian yang dari luar juga sudah kita pastikan kondisi kesehatannya agar tidak menularkan virus korona ke dalam lingkungan pondok,” katanya.
Di luar penerapan ini, dia mengatakan, pondok juga menyiapkan ruang khusus untuk karantina mandiri bagi santri yang sedang bermasalah dengan kondisi kesehatannya. Ruangan ini memanfaatkan ruang dari lembaga lain yang saat ini tidak terpakai.
Walaupun hanya mengalami sedikit flu atau cuma masuk angin biasa, santri sementara waktu akan dipisahkan dari santri yang lain. Sedangkan untuk penanganan kesehatannya, pihak ponpes bekerja sama dengan bidan desa yang telah ditunjuk sebagai tim kesehatan pondok, serta berkoordinasi dengan petugas kesehatan di puskesmas terdekat.
Setelah kerja bakti membersihkan kamar, para santri diharuskan senam pagi sambil berjemur sampai sebelum kegiatan kelas daring sekitar pukul 09.30 dimulai. “Jadi malah ada kegiatan olahraga rutin, yang tadinya tidak ada,” katanya.
Nikma pun mengatakan, banyak nilai positif sejak adanya kebiasaan baru di ponpes. “Alhamdulillah santri menjadi lebih peduli dan disiplin dalam melaksanakan kebiasaan baru tersebut,” katanya.
Ia mengatakan, selepas liburan Lebaran, aktivitas kegiatan belajar tatap muka belum bisa berjalan. Meski begitu, per Selasa (9/6), beberapa agenda pondok sudah dimulai. “Seperti mengaji tetap kita laksanakan secara daring, dengan memanfaatkan aplikasi video conference Zoom,” ujar Nikma.
Sekitar 120 santri ponpes tersebut belum kembali ke pondok, kecuali belasan peserta program hafiz karena harus mengabdi sebagai guru ngaji pada tahun terakhir. Sedangkan untuk santri baru, juga sudah berjalan dengan pendaftaran secara daring.
Seharusnya, kegiatan para santri baru Al Mina akan dimulai pekan depan. Tetapi, karena harus menunggu keputusan pemerintah terlebih dahulu, pengelola pondok sementara ini juga menyesuaikan.
Pengasuh Ponpes Edi Mancoro, Gedangan, Kecamatan Tuntang, KH Muhammad Hanif menyampaikan, kepulangan santri di pondoknya dimulai Senin (8/6). Ini ditandai dengan kedatangan gelombang pertama sebanyak 25 orang santri.
Kembalinya para santri ke ponpes secara bertahap masih berlanjut hingga nanti semua santri lengkap. Setelah proses tersebut selesai dan mereka sudah rampung melaksanakan karantina 14 hari, agenda pondok berupa kajian klasikal bisa dimulai.
Namun, kegiatan setoran Quran sudah dimulai untuk santri tahfiz. Walaupun dalam pelaksanaannya setoran Quran ini ada proses tatap muka, saat ini jumlah santri juga belum banyak. “Kami pun relatif leluasa untuk bisa menerapkan physical distancing,” kata dia.
Tak seperti di Semarang, Pengasuh Pondok Pesantren (ponpes) Tebuireng, Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz menuturkan, pihaknya memilih lebih berhati-hati. "Memang kelihatannya (penularan) meningkat, tetapi unsur penyebarannya kelihatan menurun. Kita sedang monitor itu untuk mengambil data-data. Kita rapat terus sepekan sekali, berkoordinasi, mengumpulkan informasi terkait langkah-langkah selanjutnya," kata pria yang akrab disapa Gus Kikin itu kepada Republika, Selasa (9/6).
Kalaupun dibuka kembali pada 20 Juni ini, Gus Kikin menyatakan, jumlah santri yang belajar di pesantrennya akan dibatasi. Sejak Maret lalu, 4.000 santri Ponpes Tebuireng, Jombang, telah dipulangkan akibat pandemi Covid-19. Pemulangan santri ini juga dilakukan di seluruh ponpes cabang Tebuireng di berbagai daerah.
Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang akan memulai aktivitas belajar mengajar pada 21 Juli mendatang. Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang mengatakan pihaknya akan memulai lagi aktivitas belajar mengajar karena masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Padang Panjang telah berakhir sejak Ahad (7/6) kemarin. Kota Serambi Mekkah tersebut sudah memasuki skenario tatanan normal baru produktif, aman dan bebas covid atau new normal sejak Senin (8/6).
Sedangkan pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang Fauziah Fauzan EL Muhammady mengatakan aktivitas belajar mengajar sudah akan dimulai pada Ahad (21/6). "Dengan mulai berakhirnya masa PSBB pasca covid-19, dan dengan dinyatakannnya Padang Panjang sebagai zona hijau kawasan bebas covid-19, maka dengan meminta petunjuk dan perlindungan Allah, Perguruan Diniyyah Puteri mengharapkan para santri dapat menjalankan protokol ," kata Fauziah, Rabu (10/6).
Fauziah menjelaskan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang memulai lagi aktivitas belajar mengajar. Karena Padang Panjang sudah dinyatakan sebagai zona hijau karena kasus positif covid-19 sudah dapat dikendalikan.
Fauziah menyebutkan ada beberapa protokol yang harus diikuti pada santriwati. Santri lama Madrasah Tsnawiyah dan SMP diminta datang pada 4 Juli 2020. Sementara Madrasah Aliyah Swasta Kulliyyatul Mu'allimaat El Islaamiyyah (MAS KMI) diharapkan datang ke asrama pada 11 Juli. Sementara santri baru akan mulai masuk pada 18 Juli.
Saat kedatangan, menurut Fauziah, semua santri akan melewati prosedural pemeriksaan suhu badan, cuci tangan, dan penyemprotan disinfektan. Saat kedatangan ke asrama yang beralamat di Jalan Abdul Hamid Hakim No.30, Pasar Usang, Kecamatan Padang Panjang Barat Kota Padang Panjang, santriwati diharapkan menyerahkan bukti transfer pembayaran pendidikan Juli 2020 dan biaya awal tahun. Kemudian satriwati juga menyerahkan surat tanda sehat.
Orang tua santriwati menurut Fauziah tidak diperkenankan masuk mengantar ke dalam kompleks asrama. Karena untuk mengangkat barang bawaan santriwati, akan ada petugas yang sudah siap membantu.
Fauziah melanjutkan begitu santriwati sudah masuk ke dalam kompleks asrama akan diminta segera mengganti pakaian dengan pakaian bersih. Pakaian yang dimaksud adalah pakaian lengkap satu stel dengan jilbab dan kaos kaki yang sudah disiapkan sebelum masuk asrama. Pakain yang dipakai sebelumnya dimasukkan ke dalam kantong plastik. Kemudian santriwati juga tidak diperkenankan berjabat tangan dengan santri lain termasuk dengan ustazah dan ummi asrama.
Santriwati kemudian menata tempat tidur agar lebih berjarak satu sama lain. Santriwati juga dilarang duduk di tempat tidur santriwati lain walau satu kamar atau ruangan.
Pemakaian barang-barang milik santriwati lain menurut Fauziah juga tidak diperkenankan. Seperti peralatan sekolah yakni buku, balpoin, pensil, tas, dan alat tulis lainnya. Begitu juga dengan peralatan mandi yakni gayung, ember, sabun, pasta gigi, hanger, sendal, handuk, sampo dan lainnya. Kemudian serta pakaian, perlengkapan sholat, Alquran hingga perlengkapan tidur seperti bantal, sarung bantal, seprai dan selimut.
Setiap keluar asrama, santriwati diwajibkan menggunkan masker meskipun masih berada di kawasan Diniyyah Puteri. Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang juga mewajibkan seluruh santriwati dan para guru selalu membawa sajadah masing-masing setiap sholat ke masjid.
"Santri tidak diizinkan keluar Perguruan Diniyyah Puteri, tidak diizinkan menerima kunjungan orang tua, tidak diizinkan menerima paket apa pun, tidak dizinkan membeli makanan dari luar sampai tanggal 4 September 2020. Untuk komunikasi dengan orang tua dapat menggunakan handphone kamar asrama masing-masing," ucap Fauziah.
Fauziah menambahkan untuk kegiatan sekolah semua santriwati melewati proses semprot disinfektan dengan pendampingan dan sesuai jadwal yang sudah diatur. Saat tiba di sekolah, santriwati harus cuci tangan sebelum masuk ke kelas. Ruang kelas juga sudah ditata di mana setiap meja berjarak 1 meter.
Para santriwati juga diwajibkan mencuci tangan pakai sabun begitu kembali ke asrama. Sebelum menggunakan fasilitas kamar, semua santriwati harus mengganti pakaian.
Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang juga disarankan mengonsumsi vitamin C, vitamin A, habbatusaudah, minyak zaitun dan madu sesuai jadwal yang sudah ditentukan. "Petugas Kebersihan ruang makan ditiadakan. Maka santriwati mendapat giliran untuk melaksanakan tugas mengambil makanan, mencuci piring dan membersihkan kembali ruangan makan setiap selesai makan," kata Fauziah menambahkan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.