Kisah Dalam Negeri
Ratusan Sekolah di Korsel Ditutup Lagi
Taman, galeri seni, teater, dan fasilitas publik lainnya di Korsel ditutup selama dua pekan ke depan.
OLEH KAMRAN DIKARMA, EKO WIDIYATNO
Sejumlah negara telah mencoba membuka kembali sekolah meski pandemi Covid-19 belum berakhir. Namun, para siswa terpaksa harus kembali belajar di rumah karena mendadak terdapat peningkatan kasus positif virus korona.
Di Korea Selatan, misalnya, ribuan siswa kembali bersekolah pada Rabu (27/5). Akan tetapi, pada Jumat (29/5), lebih dari 500 sekolah kembali ditutup. Pasalnya, selang sehari setelah sekolah dibuka, terdapat lonjakan kasus Covid-19 di Seoul dan daerah metropolitan sekitarnya.
Selama dua hari berturut-turut, Korsel mencatatkan lebih dari 50 kasus baru Covid-19. Pada Kamis (28/5), Negeri Ginseng melaporkan 79 kasus Covid-19 yang merupakan angka tertinggi dalam hampir dua bulan terakhir. Kemudian pada Jumat (29/5), Korsel melaporkan 58 kasus baru Covid-19. Sebuah fasilitas distribusi yang dikelola perusahaan niaga elektronik Coupang di Bucheon, sebelah barat Seoul, telah muncul sebagai klaster baru penyebaran korona.
"Beberapa sekolah yang ditutup kembali pada Jumat baru dibuka kembali dalam beberapa hari terakhir. Murid-murid mereka akan beralih ke pembelajaran jarak jauh," kata Wakil Menteri Pendidikan Park Baeg-beom seperti dilansir CNN, Jumat (29/5).
Kendati demikian, tak semua siswa harus belajar dari rumah. Korsel akan membatasi jumlah siswa yang bersekolah di dan sekitar Seoul. Kegiatan belajar dan mengajar di sekolah menengah atas hanya boleh diikuti oleh dua pertiga dari jumlah siswa. Aturan ini berlaku hingga 14 Juni.
Sementara untuk taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama, kegiatan belajar hanya boleh diikuti sepertiga dari jumlah siswa.
"Pada Kamis, sebanyak 838 sekolah di seluruh negeri telah menunda pembukaan kembali sekolah dan melanjutkan dengan kelas online," kata Park.
Pemerintah Korsel juga memutuskan menutup taman, galeri seni, teater, dan fasilitas publik lainnya selama dua pekan ke depan. Berbagai kegiatan yang diselenggarakan pemerintah di daerah metropolitan juga dibatalkan.
Menteri Kesehatan Korsel Park Neung-hoo pada Kamis (28/5) merekomendasikan akademi swasta dan kafe internet di sana ditutup hingga 14 Juni. Park juga meminta orang-orang yang tinggal di wilayah metropolitan Seoul untuk menahan diri agar tidak pergi ke luar atau mengadakan acara selama dua pekan ke depan.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (KCDC) Korsel, sebanyak 102 kasus penularan terlacak berasal dari fasilitas distribusi di Bucheon. Coupang dan Market Kurly, sebuah platform pengiriman bahan pangan daring, juga melaporkan adanya penularan di pusat logistik mereka di Goyang, utara Seoul, dan Seoul Timur.
KCDC mengatakan, jika klaster di fasilitas logistik tak segera ditangani, hal itu berisiko menyebabkan infeksi massal di Seoul dan daerah sekitarnya. “Kami telah menyarankan karyawan Coupang dan anggota keluarga mereka untuk tidak mengunjungi sekolah manapun,” kata Wakil Menteri Pendidikan Korsel Park Beag-beom, dikutip laman the Straits Times.
Menurut otoritas kesehatan, kasus penularan di Seoul menyumbang 88,4 persen dari total 181 infeksi lokal yang dilaporkan selama sepekan terakhir. “Dua pekan ke depan akan menjadi titik kritis dalam mengukur apakah wabah virus akan menyebar ke seluruh wilayah metropolitan,” ujar Wakil Menteri Kesehatan Korsel Kim Ganglip, dikutip laman kantor berita Korsel, Yonhap.
Saat ini, otoritas kesehatan Korsel sedang melakukan pengujian terhadap 4.351 orang, termasuk 3.600 pekerja, sehubungan dengan fasilitas di Bucheon. Pemerintah pun berencana melakukan inspeksi darurat di 32 pusat logistik yang dikelola tiga operator perdagangan daring utama.
Korsel bukan satu-satunya negara yang telah mencoba membuka aktivitas sekolah di tengah pandemi Covid-19. Ada sejumlah negara di Eropa yang telah lebih dulu melakukannya, salah satunya Finlandia.
Sekolah di Finlandia, seperti di wilayah Porvoo dan Sipoo, kembali dibuka pada pertengahan Mei dengan menerapkan physical distancing. Namun, baru beberapa hari dibuka, para siswa kembali harus belajar di rumah karena ada murid yang terinfeksi korona.
Kondisi di Prancis pun demikian. Seperti dilaporkan NBC News, sebanyak 150 ribu siswa SMP telah kembali bersekolah setelah adanya pelonggaran pembatasan sosial oleh pemerintah. Namun, sepekan setelah sekolah dibuka, terdapat 70 kasus Covid-19 yang dikaitkan dengan sekolah-sekolah.
Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer pun mengakui, kebijakan memperbolehkan siswa kembali bersekolah menempatkan anak-anak dalam bahaya. Kepada radio Prancis, RTL, Jean mengakui ada sekolah yang terpapar korona.
Sejauh ini satu-satunya negara yang sudah membolehkan murid bersekolah fisik dan belum terjadi laporan penambahan pasien Covid-19 adalah Vietnam. Pada pekan kedua Mei, Vietnam membuka pintu gedung sekolah mereka secara massal. Tak hanya sekolah, pembukaan juga dilakukan pada universitas. Media daring pun dipenuhi foto-foto siswa siswi memenuhi ruang kelas dengan menggunakan masker.
Diperpanjang
Berbeda dengan di sejumlah negara, Indonesia masih memberlakukan sistem pembelajaran jarak jauh. Bahkan, tak sedikit pemerintah daerah yang memperpanjang masa belajar dari rumah.
Pemerintah Kabupaten Purwakarta, misalnya, memperpanjang masa belajar di rumah hingga 19 Juni 2020. Setelah itu dilanjutkan dengan libur akhir tahun pelajaran 2019/2020 sampai dengan 12 Juli 2020. Keputusan itu telah ditetapkan dalam Surat Edaran Bupati Purwakarta Nomor: 443.1/1519/disdik tentang Perpanjangan Masa Belajar dari Rumah Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Virus Korona.
Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mengatakan, pihaknya tidak ingin fase normal baru yang sedang digaungkan langsung diterapkan untuk bidang pendidikan. “Saya tidak berharap (sekolah) masuk pada Juni ini, terutama pada tingkatan dasar. Saya minta evaluasi dulu, misalnya, sebulan, sebelum melaksanakan new normal,” kata Anne, Jumat (29/5).
Anne menilai kembalinya siswa belajar di sekolah harus dikaji terlebih dahulu. Penerapannya harus melihat situasi dan kondisi agar tidak menimbulkan risiko penularan virus bagi anak-anak sekolah.
Ia mengatakan, di Purwakarta masih ada belasan pasien positif Covid-19. Menurut dia, kondisi ini masih menjadi potensi kerentanan penyebaran virus korona, termasuk di lingkungan pendidikan jika nantinya aktivitas sekolah kembali dibuka.
“Dengan dibuka beberapa tempat, nanti kita akan lihat dan evaluasi setelah diterapkan new normal, apakah anak-anak sekolah mampu (beradaptasi),” ujar dia.
Ia memastikan, Pemkab Purwakarta akan menerapkan protokol kesehatan yang ketat di lingkungan pendidikan jika para siswa kembali belajar di sekolah. “Kalaupun anak SMP atau SMA masuk pada pertengahan Juni, itu masih harus dibatasi. Satu meja satu orang saja. Kalau satu kelas hanya ada 20 meja, berarti hanya 20 orang itu masuk, sisanya waktu lain,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Purwanto mengatakan, pihaknya masih menunggu kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan berkaitan kegiatan belajar mengajar dalam rangka fase new normal. Hingga kini, tegas dia, para siswa masih belajar dari rumah. “Masuk sekolah belum ada aturan dari Kemendikud karena masih menunggu arahan dari Gugus Tugas pusat,” ujar Purwanto dikonfirmasi terpisah, Jumat (29/5).
Kegiatan pendidikan tingkat pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, juga masih dilaksanakan dengan menerapkan pola belajar di rumah. Keputusan itu tertuang dalam surat edaran yang ditandatangani Kepala Dinas Pendidikan Banyumas, Irawati.
''Keputusan tetap belajar di rumah itu mengacu pada keputusan Bupati yang telah memperpanjang status tanggap darurat bencana non-alam Covid-19 hingga 30 Juni 2020," kata dia, Jumat (29/5).
Dalam surat edaran bernomor 422.4/2876/2020 tertanggal 28 Mei 2020 yang ditujukan kepada kepala sekolah tingkat PAUD, SMP dan SKB tersebut, dinas pendidikan memutuskan melakukan perpanjangan masa bekerja bagi guru dari rumah dan belajar dari rumah bagi peserta didik. Perpanjangan waktu belajar di rumah disesuaikan dengan waktu perpanjangan masa tanggap darurat hingga 30 Juni 2020.
Mengenai kelanjutan kegiatan pendidikan, Irawati dalam surat edaran tersebut menyatakan kegiatan pendidikan akan disesuaikan dengan situasi yang berkembang. ''Bila pemerintah menyatakan keadaan new normal, proses belajar mengajar akan dilakukan dengan cara tatap muka dengan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan dan penanggulangan Covid-19,'' katanya.
Protokol kesehatan yang dimaksud, antara lain, pihak sekolah harus menyiapkan tempat cuci tangan, sabun, dan hand sanitizer di setiap ruang kelas. Selain itu, sekolah wajib melaksanakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), siswa dan guru wajib mengenakan masker, serta warga sekolah harus melaksanakan physical distancing.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.