Ekonomi
Kementerian BUMN Rombak Holding Perkebunan
Restrukturisasi dengan merampingkan jumlah direksi di holding perkebunan.
JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan, restrukturisasi organisasi dengan merampingkan seluruh jumlah direksi anak perusahaan di holding atau induk PT Perkebunan Nusantara (Persero) III (PTPN III) sebagai bagian dari optimalisasi proses transformasi. Nantinya peran Grup PTPN lebih optimal sebagai penopang ekonomi dan ketahanan pangan nasional.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, Menteri BUMN Erick Thohir ingin model struktur organisasi di holding BUMN perkebunan lebih efisien.
(Perampingan) itu akan bagus nantinya karena holding akan membuat datanya terpusat. Jadi, itu akan menguatkan pemasaran hingga produksi.Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga
"Pak Erick melihat sudah ada holding (induk) PTPN. Itu kenapa harus ada lagi di bawah-bawah lagi. Ini dievaluasi fungsinya holding apa, makanya direktur keuangan ditarik ke holding, direktur produksi ditarik ke holding,” kata Arya saat konferensi video di Jakarta, Rabu (27/5).
Tak hanya di jajaran direksi, Arya melanjutkan, perampingan juga akan menyasar pada posisi komisaris. Nantinya, kata Arya, hanya akan ada satu atau dua komisaris di setiap anak usaha PTPN. Arya menjelaskan, perampingan struktur organisasi juga akan membuat data yang ada menjadi lebih rapi.
"(Perampingan) itu akan bagus nantinya karena holding akan membuat datanya terpusat. Jadi, itu akan menguatkan pemasaran hingga produksi. Holding yang akan mengatur semuanya," ujar Arya.
Mengenai holding perusahaan pelat merah lainnya, Arya belum dapat menjelaskan bentuk struktur organisasi ke depan apakah akan mengikuti jejak perampingan yang ada di holding BUMN perkebunan.
Sebagaimana diketahui, holding PTPN III melakukan restrukturisasi organisasi dengan merampingkan seluruh jumlah direksi anak perusahaan grup PTPN, mulai dari PTPN I sampai PTPN XIV.
Direktur Utama PTPN III Muhammad Abdul Ghani menjelaskan, restrukturisasi organisasi ini sebagai bagian dari optimalisasi proses transformasi demi memperkuat peran grup PTPN sebagai penopang ekonomi dan ketahanan pangan nasional.
Dalam struktur sebelumnya, setiap anak perusahaan memiliki sampai empat direksi, sedangkan di struktur organisasi baru ini, setiap anak perusahaan hanya akan memiliki satu direktur.
Sesuai penetapan menteri BUMN, Ghani menyerahkan langsung surat keputusan tentang pemberhentian, pengangkatan, dan perubahan nomenklatur jajaran direksi anak perusahaan grup PTPN kepada jajaran pimpinan baru 13 PTPN di kantor pusat holding di Jakarta.
Menurut Ghani, untuk melaksanakan peran besar yang diamanatkan pada grup PTPN, perlu dilakukan penguatan organisasi induk dan anak perusahaan serta meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. Ia mengatakan, pada tahun ini peran holding Perkebunan Nusantara yang sebelumnya sebagai strategic holding berubah menjadi operational holding.
Fungsi utama dan perencanaan strategis perusahaan, yakni seluruh keputusan terkait investasi on farm dan off farm, kebijakan komoditas, portofolio bisnis, pengembangan bisnis baru, pemasaran, inisiatif optimalisasi dan divestasi aset, pendanaan dan manajemen kas, serta sumber daya manusia dikendalikan sepenuhnya oleh induk perusahaan.
Dengan struktur yang lebih ramping, koordinasi diharapkan lebih baik sekaligus bisa mengurangi fixed cost di anak perusahaan.Pengamat BUMN Toto Pranoto
Sementara, anak perusahaan fokus pada kegiatan operasional dengan pengawasan dan evaluasi kinerja oleh holding. Oleh karena itu, pada struktur organisasi baru ini, setiap anak perusahaan hanya akan memiliki satu direktur.
Ghani menjelaskan, restrukturisasi ini krusial untuk dilakukan mengingat besarnya peran grup PTPN terhadap perekonomian nasional. Saat ini, grup PTPN secara konsolidasi merupakan salah satu perusahaan perkebunan terbesar di dunia berdasarkan total lahan konsesi perkebunan seluas 1,17 juta hektare.
Produk komoditas grup PTPN mencakup komoditas anak perusahaan yang beragam terdiversifikasi, antara lain, kelapa sawit, tebu, karet, teh, kopi, tembakau dan kakao, serta produk hilirnya masing-masing.
Ghani menjelaskan, transformasi bisnis ini merupakan serangkaian tahapan yang telah dilakukan sejak berdirinya holding pada 2014, tapi belum menunjukkan hasil yang optimal baik dari sisi kinerja operasional maupun keuangan.
“Jadi, nantinya holding memberikan arahan strategis serta melakukan pengawasan dan evaluasi. Sedangkan, anak perusahaan fokus mengelola kegiatan operasional dalam memproduksi komoditas yang telah ditetapkan holding sehingga hasilnya akan lebih optimal," kata Ghani.
Pengamat BUMN, Toto Pranoto, mengatakan, restrukturisasi organisasi dengan merampingkan seluruh jumlah direksi anak perusahaan di jajaran PTPN memiliki konsekuensi logis, dengan difungsikannya PTPN III sebagai operating holding dan bukan lagi strategic holding seperti yang dijalankan selama ini.
"Dengan struktur yang lebih ramping, koordinasi diharapkan lebih baik sekaligus bisa mengurangi fixed cost di anak perusahaan," kata Toto.
Toto menyoroti, ada hal-hal yang harus dijaga dengan model operating holding ini guna meminimalisasi kemungkinan benturan kepentingan antarinduk dan anak di bisnis yang sejenis. Ia mengambil contoh bisnis PTPN III sebagai produsen sawit yang juga serupa dengan PTPN II dan PTPN IV.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.