Penjual berada di antara dagangannya di Pasar Baru, Jakarta, Ahad (3/5/2020). Idealnya UMKM tetap melakukan aktivitas penjualan di masa pandemi Covid-19 untuk tetap bertahan. | M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO

Perencanaan

Atur Strategi UMKM Agar Tetap Bertahan di Masa Pandemi

Idealnya UMKM harus tetap melakukan aktivitas penjualan agar tidak gulung tikar.

 

Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang paling terdampak selama pandemi Covid-19. Perencana keuangan senior, Aidil Akbar, mengatakan, agar tidak gulung tikar, idealnya UMKM harus tetap melakukan aktivitas penjualan.

Ada beberapa skema yang bisa diterapkan agar tetap bertahan, antara lain, tetap menggeluti usaha seperti biasa jika dirasa menguntungkan, menjalankan usaha dengan strategi bisnis baru, lalu mengubah jenis usaha.

Untuk skema pertama mungkin berlaku untuk beberapa sektor UMKM yang pasarnya tidak terlalu terkendala, seperti sektor makanan. Skema kedua bisa diterapkan oleh pelaku UMKM di bidang fashion. Agar meraup laba, UMKM bidang fashion bisa melakukan strategi bisnis baru, seperti memberikan diskon, promo buy 1 get 1 dengan memanfaatkan stok lama, memberi hadiah untuk nominal belanjaan tertentu, atau strategi lainnya.

"Misalnya, beberapa toko ada yang memberi hadiah masker untuk pembelian sekian. Itu bisa jadi pilihan efektif dibanding kalau diskon kan bisa mengurangi laba sampai Rp 50 ribu. Kalau biaya bikin masker paling berapa. Apalagi, masker itu akan sangat dibutuhkan selama pandemi, bahkan untuk beberapa bulan ke depan," kata Aidil saat dihubungi Republika, beberapa waktu lalu.

photo
Warga mengeluakan roti isi keju dari oven untuk dijual melalui media sosial di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (6/5/2020). Agar tidak gulung tikar, idealnya UMKM harus tetap melakukan aktivitas penjualan - (Prasetia Fauzani/ANTARA FOTO)

 

Skema ketiga, kata Aidil, bagi pelaku UMKM yang sama sekali tidak bisa beroperasi selama pandemi, misalnya, event organizer. Agar tidak berhenti beroperasi, pelaku UMKM yang masuk pada klaster tersebut bisa beralih usaha untuk sementara waktu.

"Saya ada kenalan pelaku usaha EO. Selama pandemi dia enggak bisa beroperasi kan. Nah, agar tidak memecat karyawan dan memanfaatkan sumber daya yang ada, akhirnya dia buka semacam jasa antar makanan atau belanjaan gitu. Dan itu dia promokan lewat Whatsapp dan media sosial. Hasilnya cukup lumayan," kata Aidil.

Meski demikian, pada kenyataannya di lapangan, skema tersebut sulit untuk diterapkan dan ada banyak pelaku UMKM yang akhirnya terpaksa berhenti beroperasi. Adalah Nuhud Husein, owner NH Konveksi, menjadi salah satu pelaku UMKM yang terdampak. Satu bulan belakangan, ia terpaksa berhenti beroperasi karena sepinya orderan. Bahkan, menurut Nuhud, sejak Covid-19 mewabah, ada 10 proyek yang dibatalkan.

"Semua pekerja sudah dirumahkan sementara. Kita sudah merumahkan diri selama kurang lebih satu bulan. Karena mau beroperasi juga tidak ada kerjaan," kata Nuhud yang berdomisili di Kota Bandung.

Pada Maret, NH Konveksi sempat meraup berkah karena adanya pesanan alat pelindung diri (APD). Uang hasil pesanan APD tersebut bisa dipakai untuk menggaji karyawan, sebelum kemudian dirumahkan sementara.

Satu bulan berhenti produksi tak ayal membuat tabungannya kian menipis. Nuhud pun mengaku khawatir nantinya ia tidak punya modal yang cukup untuk memulai kembali usahanya.

photo
Pekerja menjahit pakaian di Kampung Malabar, Lebak, Banten, Kamis (14/4/2020). Akibat wabah pandemi Covid-19, perajin konveksi yang semula bekerja di Jakarta terpaksa pindah ke daerahnya dan tetap melayani produksi pesanan pakaian yang selanjutnya dikirim ke sejumlah kota di Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bogor - (MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS/ANTARA FOTO)

 

Gadaikan aset

Sebagai solusi modal, perencana keuangan Safir Senduk menyarankan agar owner menjual atau menggadaikan aset pribadi untuk kemudian dijadikan modal usaha. Menurut Safir, semua aset, baik itu dalam bentuk properti, barang elektronik, perhiasan, maupun kendaraan bisa digadai atau dijual.

"Menjalankan bisnis bertahun-tahun kan pasti ada untung yang kemudian jadi aset. Nah, paling tidak aset yang dimiliki itu bisa dijadikan modal usaha nanti," kata Safir saat dihubungi Republika.

Sebelum menggadai atau menjual aset, owner wajib menghitung secara detail berapa kebutuhan modal untuk memulai kembali usahanya. Pastikan aset yang dijual atau digadai tidak melebihi kebutuhan modal yang diperlukan.

Menurut Safir, langkah menjual atau menggadai aset dinilai lebih efektif daripada meminjam uang ke bank atau layanan peminjam uang lainnya. Sebab meski pandemi usai, roda perekonomian akan butuh waktu yang cukup lama untuk kembali bangkit.

"Dalam hal ini mental pengusaha juga diuji. Bagaimana dia bersikap, bagaimana keberanian dia mengambil risiko, tentunya dibarengi perhitungan yang matang," kata Safir.

photo
Perajn memproduksi kerajinan rotan di kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (14/5/2020). Presiden Joko Widodo menerapkan lima skema besar dalam program perlindungan dan pemulihan ekonomi di sektor UMKM saat pandemi Covid-19, termasuk merumuskan program khusus bagi usaha ultra mikro dan usaha mikro yang belum terjangkau lembaga keuangan maupun perbankan - (Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO)

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat