![](https://static.republika.co.id/uploads/images/xlarge/064765200-1584545656-1280-856.jpg)
Nasional
Pembalakan Liar dan Upaya Melestarikan Hutan Indonesia
Hutan Indonesia dikenal sebagai paru dunia
Indonesia dikenal sebagai negeri dengan hutan yang membentang di hampir setiap daratannya. Di setiap pulau negeri ini terdapat area hijau yang dipenuhi pepohonan. Dari situlah keanekaragaman hayati hidup dan berkembang.
Berdasarkan catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2019, luas lahan berhutan Indonesia mencapai 93,5 juta hektare; 71,1 persen atau 85,6 juta hektare di antaranya berada di dalam kawasan hutan.
Oleh sebagian orang, hutan yang menjadi kebanggaan dunia itu, justru dirusak. Mereka menebang pohon-pohon di dalamnya untuk keuntungan materi.
Beberapa hari lalu, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Riau menangkap satu unit truk tronton berisi lebih dari 30 ribu meter kubik kayu hutan campuran yang diduga kuat hasil pembalakan liar kawasan hutan Suaka Marga Satwa Rimbang Baling. Direktur Kriminal Khusus Polda Riau Kombes Pol Andri Sudarmadi mengatakan dari penangkapan itu, polisi menetapkan dua pelaku sebagai tersangka.
"Modus kedua tersangka adalah dengan menggunakan dokumen terbang. Mereka memiliki SKSHH (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan) dari Provinsi Jambi. Namun, asal kayu dari Kabupaten Kampar dan Kuantan Singingi," ucap dia.
Kedua tersangka yang ditangkap berikut barang bukti berupa 1.477 keping kayu hutan alam dan tronton bernomor polisi BH-8951-KU itu adalah Suliadi alias Adi (45) dan Edi Saputra alias Putra (21). Keduanya merupakan warga Provinsi Sumatra Utara.
Pengungkapan yang berlangsung pada Selasa (19/5) lalu itu, kata Andri merupakan hasil penyelidikan panjang kepolisian dalam usaha membongkar sindikat perusak hutan lindung di Riau. Berawal dari laporan yang diterima Korps Bhayangkara sepekan sebelumnya, polisi langsung menurunkan tim untuk melakukan pengintaian.
Hingga akhirnya, polisi berhasil memetakan aktivitas bongkar muat kayu serta rute perjalanan truk tronton tersebut. Selanjutnya pada Selasa pagi medio pekan ini, polisi berhasil menangkap para tersangka berikut bukti kuat yang dikumpulkan terlebih dahulu.Saat ini para tersangka masih ditahan dan menjalani proses hukum lebih lanjut.
Sementara itu, Polda Riau masih akan terus mengembangkan kasus itu guna mengungkap jaringan yang lebih besar.
Penurunan deforestasi
![photo](https://s.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/pengunjung-menikmati-suasana-hutan-mangrove-lantebung-di-makassar-sulawesi_200228183933-821.jpg)
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, mengatakan, konservasi keanekaragaman hayati dilakukan telah menunjukkan laju penurunan deforestasi. Angka deforestasi menurun tajam di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi bukti komitmen pemenuhan target dan sasaran global yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati hutan.
“Deforestasi global baru-baru ini menurun hampir 40 persen dan Indonesia berkontribusi penting dalam penurunan tersebut. Deforestasi tahunan Indonesia pernah mencapai lebih dari 3,5 juta hektar dalam periode 1996 hingga 2000, namun telah turun tajam menjadi 0,44 juta dan akan terus turun di masa mendatang," kata Siti Nurbaya dalam diskusi panel State of the World’s Forests 2020 (SOFO 2020) virtual launch, Jumat (22/5).
Pertemuan virtual tersebut dihadiri 492 peserta dari Negara-negara anggota FAO. Pada tingkat ekosistem, Siti menjelaskan Indonesia memiliki 51 juta hektar kawasan lindung atau lebih dari 28 persen daratan. Ini belum termasuk 1,4 juta hektar Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HCVF) yang ada di dalam konsesi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, pun cukup banyak di dalam konsesi hutan tanaman industri (HTI) yang diperkirakan bisa mencapai tidak kurang dari 2 juta hektar.
KLHK bekerja keras konsolidasikan high conservation value kawasan berupa kebijakan kawasan lindung dalam upaya melakukan konektivitas habitat satwa yang terfragmentasi selama ini karena perijinan konsesi. Pada tingkat spesies, Siti menjelaskan, Indonesia telah menyusun peta jalan memulihkan populasi 25 spesies target yang terancam punah. Dari 270 lokasi pemantauan, diketahui beberapa populasi spesies meningkat dalam lokasi pemantauan, seperti Jalak Bali, Harimau Sumatra, Badak Jawa, Gajah Sumatra, dan Elang Jawa.
Pada tingkat genetik, Indonesia telah mempromosikan bioprospeksi (bioprospecting) untuk keamanan dan kesehatan pangan, seperti Candidaspongia untuk anti-kanker, dan gaharu untuk disinfektan, yang produksinya telah ditingkatkan selama pandemi COVID-19 ini.
Terkait capaian penurunan laju deforestasi yang signifikan di Indonesia, Siti menuturkan, tak lepas dari serangkaian tindakan korektif pemerintah di bawah arahan dan kebijakan Presiden Joko Widodo. Seperti pengelolaan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) melalui perbaikan peringatan dini dan antisipasi, dan mitigasi.
Selain itu dilakukan pengelolaan lahan gambut, melalui moratorium izin baru dan pemanfaatan secara tepat lahan gambut, serta pengaturan muka air tanah dengan teknik hidrologi.
Upaya lainnya melalui penegakan hukum terhadap kegiatan ilegal, termasuk penerapan efektif Sistem Jaminan Legalitas Hutan Indonesia yang dikenal sebagai SVLK. Contoh hal ini adalah penegakkan hokum yang dilakukan Polda Riau seperti diberitakan pada bagian awal tulisan ini.
Pemerintah juga memoratorium izin baru pengusahaan perkebunan kelapa sawit dan pengembangan koridor satwa di areal konsesi yang merupakan habitat satwa. Berbagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan terus dilakukan dengan target mencapai 4 juta hektar selama lima tahun ini. Serta melakukan percepatan Program Perhutanan Sosial seluas 12,7 juta ha lahan hutan.
“Penurunan deforestasi baru-baru ini telah diakui secara internasional. Bahkan bulan depan (Juni), pembayaran pertama di bawah kerja sama bilateral kami dengan Norwegia akan dilakukan dengan nilai 56 juta USD,” jelas Menteri Siti.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengimbau negara-negara baik secara individu maupun bersama-sama untuk memprioritaskan perlindungan dan pemanfaatan secara lestari keanekaragaman hayati, sejajar dengan pentingnya isu perubahan iklim.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.