Ekonomi
Petani Diminta Tunda Jual Cabai
Pandemi Covid-19 membuat harga cabai menurun drastis.
JAKARTA – Kementerian Pertanian akan menyiapkan dana bagi petani cabai untuk menyewa gudang pendingin atau cold storage sebagai solusi kelebihan pasokan saat ini. Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto menuturkan, penyediaan gudang diharapkan membantu petani untuk bisa menerapkan tunda jual saat jatuhnya harga komoditas cabai.
"Kita sudah susun strategi dan sosialisasikan sampai level kabupaten, bahkan kecamatan. Kita akan berikan fasilitas bantuan untuk sewa gudang cold storage," kata Prihasto dalam sebuah diskusi daring, Selasa (12/5).
Prihasto mengatakan, dalam sistem tunda jual, para petani bisa menyimpan stok cabai dan mengeluarkannya ketika pasar kembali normal. Dengan demikian, kerugian yang ditimbulkan akibat anjloknya harga saat ini bisa diminimalisasi.
Tujuan EWS termasuk untuk mencegah terjadinya kelebihan suplai. Namun, yang terjadi saat ini adalah kejadian di luar kendali kami.
Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto
Namun, dia menegaskan, diperlukan peran dari dinas pertanian daerah untuk bisa mengelola petani dan gudang yang disewa. Kementan, kata dia, tidak bisa melakukan pendampingan secara teknis di setiap daerah.
"Ini solusi jangka pendek, anggaran bisa kita siapkan, tapi untuk mengelola itu tidak mudah. Harus dinas daerah yang bergerak," ujarnya.
Pihaknya pun mengakui, persoalan harga jatuhnya harga cabai ataupun komoditas hortikultura lainnya saat panen merupakan persoalan lama yang terus-menerus berulang. Karena itu, Ditjen Hortikultura telah menyusun early warning system (EWS) aneka cabai dan bawang.
EWS digunakan Kementan untuk bisa memantau dan mengatur kegiatan tanam dan panen komoditas di tiap-tiap daerah secara terperinci. Dari situ, Kementan dapat mengetahui prognosis neraca komoditas setiap bulannya.
Hanya, kasus anjloknya harga cabai saat ini di luar dugaan. Secara normal, dari EWS yang telah dimiliki, persediaan cabai dan harga cabai baik di tingkat petani maupun konsumen seharusnya bisa stabil. Namun, Covid-19 cukup memengaruhi permintaan konsumen terhadap cabai.
"Tujuan EWS termasuk untuk mencegah terjadinya kelebihan suplai. Namun, yang terjadi saat ini adalah kejadian di luar kendali kami,” kata Prihasto.
Prihasto menuturkan, sebagian besar wilayah sentra produksi mulai panen raya sejak April lalu. Panen diprediksi berlangsung hingga Juli mendatang. Akibat permintaan yang cenderung rendah, terjadi kelebihan pasokan yang berdampak pada jatuhnya harga di petani. Situasi itu membuat petani kekurangan modal untuk kegiatan musim tanam selanjutnya.
Berdasarkan data EWS Agustus hingga Oktober mendatang, produksi aneka cabai diprediksi akan mengalami surplus nasional sangat tipis, yakni hanya sekitar 5.000 hingga 9.000 ton.
Hasil produksi tersebut dampak dari mulai terjadinya musim kemarau dan menurunnya minat tanam petani karena rendahnya harga yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, di tengah terjadinya suplai berlebih saat ini, pihaknya juga mesti menyiapkan antisipasi pada musim kemarau mendatang.
"Hal tersebut menjadi perhatian pemerintah. Dengan kebijakan bantuan benih yang diberikan, kami berharap petani tetap dapat menanam pada Mei-Juni ini sehingga produksi cabai nantinya dapat memenuhi permintaan pasar," ujarnya.
Di tingkat petani, harga cabai rawit merah (CRM) dilaporkan anjlok hingga Rp 4.500 per kilogram, sedangkan cabai merah keriting (CMK) dihargai Rp 5.500 per kg. Penurunan harga cabai dikhawatirkan berimbas kepada kerugian usaha petani dan minimnya modal untuk kembali melakukan kegiatan pertanaman.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid mengatakan, rata-rata modal petani cabai antara Rp 13 ribu hingga Rp 14 ribu per kg untuk seluruh jenis cabai. Petani mendapatkan keuntungan 30 persen sehingga harga jual dari petani berkisar Rp 18 ribu per kg.
"Sekarang sudah susah mau bicara kembali pokok modal saja. Tidak mungkin bisa tanam lagi karena dampak ekonominya susah sekali," kata Abdul.
Abdul menyampaikan, rata-rata akumulasi seluruh jenis cabai yang dipasok ke pasar tradisional wilayah Jabodetabek sekitar 100 ton per hari. Namun, saat ini permintaan hanya sekitar 20 ton per hari. Ia menuturkan, arus logistik untuk pengiriman bahan pangan tidak terganggu, tapi permintaan yang mengalami penurunan drastis.
"Pada panen raya saja, biasanya rata-rata suplai 150 ton, tapi permintaan tetap sekitar 100 ton. Sekarang 20 ton sehari saja sudah sulit," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.