Kisah Mancanegara
Kepedulian Kakek Satu Abad untuk Korban Covid-19
Kakek ini berharap dapat menginspirasi publik untuk berbagi kepada korban Covid-19.
Oleh ZAHROTUL OKTAVIANI
Dabirul Choudhury masih tampak bugar saat ditemui di taman sebelah timur Kota London, Inggris, beberapa waktu lalu. Padahal, lelaki itu telah lanjut usia (lansia). Umurnya bahkan telah melewati satu abad tepat pada tahun ini. Ia lahir di Bangladesh pada 1 Januari 1920 silam. Pada 1957, ia hijrah ke Negeri Albion sebagai mahasiswa sastra Inggris.
Sebagai seorang Muslim, ia tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Dalam rangka meraih pahala kebajikan kala bulan suci, sang kakek pun menginisiasi gerakan donasi. Ia ingin membantu warga Inggris yang terdampak Covid-19, termasuk para tenaga medis yang bekerja di Layanan Kesehatan Nasional (The National Health Service, NHS).
Untuk menggalang kepedulian dari masyarakat, Choudhury melakukan aksi berjalan kaki mengelilingi taman kota ini saat berpuasa. Harapannya, ia dapat menginspirasi publik dengan inisiatifnya itu agar mereka sama-sama berbagi dukungan dan dana kepada para korban Covid-19. Tidak hanya di Inggris, tetapi juga negara-negara lain—termasuk tanah airnya, Bangladesh.
Choudhury mengakui, dirinya terinspirasi Tom Moore. Sosok berjulukan Kapten Tom itu pada awal April lalu menarik perhatian dunia dengan aksi jalan kaki di usia 100 tahun. Mantan perwira Tentara Nasional Inggris itu berhasil mengumpulkan dana sebesar 33 juta poundsterling (sekitar Rp 600 miliar) untuk diberikan kepada para tenaga medis NHS.
Choudhury telah memulai aksi simpatiknya sejak 26 April lalu. Ia menargetkan dapat berjalan kaki 100 kali putaran di taman kota ini. Target itu dapat ia capai dalam beberapa hari. Bagaimanapun, ia memilih untuk melanjutkan dengan beberapa putaran lagi agar donasi yang terkumpul dapat lebih banyak lagi. Sejauh ini, ia telah mengumpulkan sebesar 75 ribu poundsterling atau setara Rp 1,3 miliar. Dana yang terhimpun itu kemudian disalurkan melalui lembaga donasi Just Giving.
Pandemi Covid-19 memang telah mengubah dunia. Menurut data per Ahad (10/5), ada sebanyak 215.260 kasus positif Covid-19 di Britania Raya. Dari jumlah tersebut, tak kurang dari 31.587 orang meninggal dunia. Warga setempat menerapkan jaga jarak dan karantina mandiri sejak dua bulan lalu.
Choudhury pun ikut melakukan hal itu. Di satu sisi, ia bersyukur kepada Allah karena masih diberikan kesehatan. Namun, hatinya juga merasa terpanggil karena banyaknya orang di seluruh dunia yang terdampak wabah Covid-19, baik secara sosial maupun ekonomi.
“Lebih dari setengah miliar orang akan berada dalam kondisi kemiskinan kecuali kita segera mengambil tindakan. Orang-orang Bangladesh dan negara-negara dunia ketiga, misalnya, mereka akan paling menderita. Anak-anak dan keluarga mereka juga rentan akan penderitaan, seperti kelaparan ekstrem,” kata Choudhury dalam lama Just Giving, seperti dikutip Aljazirah, belum lama ini.
Pemerintah Bangladesh telah mengumumkan sebanyak 228 kematian akibat Covid-19 per Ahad (10/5). Adapun total pengidap positif tercatat sebesar 14.657 kasus. Penyakit yang disebabkan virus korona baru itu dikhawatirkan semakin menyebar di salah satu negara terpadat sedunia tersebut. Efeknya bagi laju perekonomian juga menjadi persoalan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.