X-Kisah
Dukun Masuk Islam di Hadapan Nabi
Tiga kali dukun itu mencoba merapalkan mantra, tiga kali pula Nabi menyampaikan perkataan yang sama.
OLEH HASANUL RIZQA
Dakwah pada fase Makkah begitu berat. Sebab, Nabi Muhammad SAW kala itu belum memiliki kekuasaan atas kota. Sebaliknya, para pemuka Quraisy yang memegang kendali pemerintahan amat membenci Rasulullah SAW. Selain itu, jumlah pengikut beliau masih sangat sedikit bila dibandingkan musyrikin yang menolak Islam. Kebanyakan Muslimin saat itu berasal dari golongan lemah, baik secara ekonomi maupun politik.
Rasulullah SAW pun kerap menjadi sasaran kekerasan dan fitnah. Tujuan pemimpin musyrikin itu jelas: ingin membunuh karakter beliau. Oleh karena itu, macam-macam intimidasi dialamatkan kepadanya. Saat sedang shalat, kepala beliau dilumuri kotoran. Jalannya dirintangi. Rumahnya pun dilempari batu. Tak cukup dengan itu, lisan orang-orang kafir juga menuding Nabi SAW sebagai orang gila.
Tuduhan demikian menyebar ke seantero Makkah. Bahkan, para pelancong atau kafilah yang datang untuk berniaga di sana pun tak sedikit yang mempercayai fitnah itu. Di antara mereka adalah seorang dukun dari Bani Azd Syanu'ah, Yaman. Dhimad al-Azdi, demikian namanya.
Seperti dikisahkan dalam Sirah Nabawiyah, suatu hari Dhimad al-Azdi memasuki Kota Makkah. Saat berada di pasar, ia tertarik pada pembicaraan orang-orang mengenai sosok Muhammad. Menurut mereka, lelaki itu sudah sakit jiwa karena meracaukan mantra-mantra aneh bernama Alquran. Dengan rapalan itu, lanjut mereka, banyak orang yang meninggalkan agama nenek moyang Makkah. Orang-orang itu lebib memilih menjadi Muslimin --sebutan bagi pengikut Muhammad. "Bila orang gila itu dibiarkan, bisa-bisa tak ada lagi yang menyembah berhala di kota ini!" seru salah seorang dari kerumunan itu.
Al-Azdi kian penasaran. Siapa pula Muhammad, orang yang dicap gila dan menyebar keresahan bagi seantero Makkah itu? Ia pun bertanya kepada seseorang. Akhirnya, diketahuinya di mana Muhammad tinggal dan bagaimana perawakannya. "Aku seorang dukun yang bisa membuat orang gila menjadi sadar. Aku akan menyembuhkannya," kata al-Azdi.
Ia pun berangkat ke alamat yang dimaksud. Setelah mencari-cari, al-Azdi pun menemukan Rasulullah SAW sedang berdoa di depan Ka'bah. Ia membiarkan lelaki itu dengan ibadahnya. Sekilas, ia merasa tak ada yang aneh dengan penampilan Muhammad. Seperti kebanyakan warga Makkah pada umumnya.
Al-Azdi pun menyapa Rasulullah SAW yang sudah selesai dengan shalatnya. Ia memperkenalkan diri sebagai dukun yang ahli. Ia mengaku dapat memberikan pengobatan dengan cara menghembuskan angin yang dibacai mantra-mantra.
Orang Yaman itu langsung menawarkan jasanya kepada Rasulullah SAW. Ia merasa perlu persetujuan dari Muhammad sebelum melakukan aksinya. Sebab, metode yang ia jalankan mesti dengan kerelaan orang yang bersangkutan. Rasulullah SAW tidak mengiyakan. Akan tetapi, beliau mengajak al-Azdi untuk mengikutinya dan duduk di dekat Ka'bah.
Saat berhadapan itu, Nabi SAW mengatakan kepada si dukun, "Sesungguhnya pujian itu bagi Allah. Kami memuji dan memohon pertolongan kepada-Nya. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tak seorang pun bisa menyesatkannya. Dan siapa yang disesatkan Allah, tak seorang pun bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya."
Mendengar itu, al-Azdi terkesima. Dukun itu takjub bukan kepalang dengan perkataan Rasulullah SAW barusan. Ia tidak menduga, lelaki yang disebut-sebut sebagai orang gila ternyata menyampaikan perkataan yang menakjubkan. "Bagaimana mungkin ia kehilangan akal?" gumam al-Azdi dalam hati.
Tiga kali dukun itu mencoba merapalkan mantranya, tiga kali pula Rasulullah SAW menyampaikan perkataan yang sama. Akhirnya, al-Azdi diam dan bertanya langsung. "Apakah pesan yang Anda sampaikan?"
Rasulullah SAW pun menjelaskan tentang Alquran, wahyu dari Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Diterangkannya pula perihal iman dan Islam, serta keutamaan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Nabi SAW juga menasihati dukun tersebut tentang kesesatan penyembah berhala. Begitu pula, setan-setan yang membuat kesesatan itu seperti kebenaran, padahal tidak akan pernah demikian. Kebenaran datang dari Allah Ta'ala, Zat Yang Maha Esa.
Setelah menerima nasihat Rasulullah SAW, al-Azdi mengurungkan niatnya semula untuk mengobati Rasulullah. Ia kini langsung menyatakan diri masuk Islam. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, al-Azdi menuturkan pengakuannya. "Saya sudah menghafal seluruh kata dalam kamus, dalam berbagai kitab. Namun, tak satu pun yang lebih menakjubkan dibanding dengan Alquran, ya Rasulullah!" kata dia.
"Sungguh merugi orang-orang yang memfitnahmu. Mereka mengecapmu sebagai orang gila, tukang tenung, atau penyair. Padahal, engkau semata-mata menyampaikan kebenaran. Yang engkau sampaikan adalah perkataan dari Tuhan Yang Maha Esa!" lanjut al-Azdi.
Demikianlah, bekas dukun itu akhirnya menjadi salah seorang Muslimin pada era dakwah di Makkah. Ia termasuk yang mula-mula menerima Islam dalam sejarah hidup Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.