Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian. | Republika/Prayogi

Kabar Utama

Cina Klaim Berlaku Transparan

Penelusuran virus adalah masalah ilmiah yang harus diteliti ilmuwan dan ahli profesional.

 

JAKARTA – Pemerintah Cina menekankan pentingnya kerja sama internasional, termasuk dengan Indonesia, dalam mengatasi pandemi Covid-19. Dalam konteks kerja sama ini, Duta Besar Cina untuk Indonesia Xiao Qian menegaskan Cina telah bersikap terbuka.

"Cina bertindak transparan dan bertanggung jawab untuk melakukan kerja sama internasional," katanya dalam media briefing virtual di Jakarta, Selasa (5/5). Bahkan, kata dia, Cina telah berkontribusi besar dalam penanggulangan epidemi global ini.

Sebelumnya, Republika menyampaikan pertanyaan tertulis mengenai bagaimana Cina menyikapi desakan sejumlah negara agar ada investigasi independen internasional soal asal usul dan bagaimana virus korona berkembang hingga menjadi pandemi.

Australia dan AS, misalnya, menginginkan adanya investigasi internasional tersebut. Kemungkinan, Australia bakal membawa isu ini dalam pertemuan tahunan Majelis Kesehatan Dunia yang rencananya berlangsung pada 17 Mei 2020.

Majelis ini berwenang memutuskan kebijakan dan menunjuk direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Saat ini, Australia duduk di dewan eksekutif majelis tersebut. Dalam konteks ini, Australia ingin memperkuat WHO.

Di sisi lain, mereka juga menyarankan pembentukan inspektur yang memiliki kewenangan memasuki sebuah negara untuk merespons lebih cepat terhadap sebuah krisis kesehatan di negara bersangkutan.

Laman Sydney Morning Herald, Selasa (5/5), memberitakan, Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah melayangkan surat kepada para pemimpin negara G-20 agar dilakukan investigasi independen mengenai asal muasal virus korona.

Menurut dia, kemungkinan besar penyebab pandemi berasal dari pasar hewan liar di Wuhan, Cina. "Pasar itu kemungkinan besar menjadi sumbernya. Namun, yang penting adalah adanya kajian independen," kata Morrison. Morrison menginginkan investigasi yang transparan sehingga semua pihak bisa belajar. Australia, kata dia, fokus pada hal tersebut.

photo
Warga Hong Kong memajang poster bergambar dokter Li Wenliang. Dokter Li meninggal akibat tertular Covid-19 di Wuhan Februari lalu setelah sebelumnya sempat ditahan kepolisian Cina karena memeringatkan potensi bahaya virus baru di Wuhan pada akhir 2019. - (AP)

Dubes Xiao menyatakan, penelusuran virus adalah masalah ilmiah yang harus diteliti ilmuwan dan ahli profesional. Alasan melacak virus dengan baik serta memahami dari mana dan ke mana virus itu pergi adalah untuk mengendalikan epidemi dengan lebih baik. Selain itu, demi mencegah epidemi terjadi lagi dan tidak boleh digunakan untuk membuat topik politik.

Epidemi adalah bencana alam. Cina merupakan korban virus bukan kaki tangannya. "Tidak adil menstigmatisasi Cina," ujar Xiao.

Cina telah melakukan pencegahan dan pengendalian terbaik. Ia mengeklaim, negaranya yang pertama sukses mengontrol epidemi di dalam negeri dan menjalin kerja sama internasional secara transparan.

Xiao menuding, politisi dan media Barat berupaya merusak kepercayaan dan kerja sama global melawan pandemi. Hanya melalui persatuan dan kerja sama, pertempuran dimenangkan. "Ini kesepakatan komunitas internasional, termasuk Cina dan Indonesia."

 

Dalam pengalaman pengendalian Covid-19, Dubes Xiao Qian menyatakan, ada sejumlah hal yang yang mungkin bisa menjadi pelajaran bagi negara lain. Dari segi konsep, kata dia, rakyat dan nyawa manusia menjadi prioritas.

Dari segi sistem perintah, kepemimpinan kuat Partai Komunis Cina, strategi dan komando langsung Presiden Xi Jinping, membentuk sistem tanggap terpadu. Dari segi strategis, Cina mencegah dan mengendalikan epidemi secara akurat, ilmiah, dan sesuai hukum.

Terakhir, dari segi tindakan, kata Xiao, di antaranya memperhatikan peran pencegahan dan pengendalian setiap keluarga dan respons nasional yang terkoordinasi. 

Tudingan AS

 

 

Presiden AS Donald Trump berulang kali menyatakan AS memiliki bukti terjadi kebocoran dari laboratorium di Wuhan yang memicu menyebarnya Covid-19. Hal sama disampaikan Menlu Mike Pompeo. 

Pompeo mengatakan ada 'cukup banyak bukti' virus corona muncul dari laboratorium China. Tapi ia juga tidak membantah kesimpulan intelijen AS yang menyatakan virus itu bukan buatan manusia. "Ada cukup banyak bukti (virus) ini datang dari laboratorium di Wuhan," kata Pompeo dalam acara televisi This Week di stasiun televisi ABC, Senin (4/5) lalu.

photo
Presiden AS Donald Trump saat diwawancarai di Lincoln Memorial di Washington, Ahad (3/5). Trump bersikeras teah melihat bukti indikasi kebocoran virus dari laboraturium di Wuhan. - (EPA-EFE/Oliver Contreras / POOL)

Pernyataan Pompeo kontradiktif dengan pernyataan yang dikeluarkan petinggi badan intelijen AS. Badan intelijen mengatakan virus tidak dapat dibuat manusia atau hasil dari modifikasi genetik.

Pernyataan itu juga melemahkan teori konspirasi yang didukung aktivitas anti-China dan beberapa pendukung Presiden Donald Trump. Presiden AS tersebut sempat mengindikasi virus itu dikembangkan oleh laboratorium senjata biologi pemerintah China. "Sejauh ini pakar terbaik berpikir buatan manusia, pada titik ini saya tidak memiliki alasan untuk tidak mempercayainya," kata Pompeo.

Sedangkan pihak WHO mengatakan mereka tidak menerima bukti atau data dari pemerintah AS yang mendukung klaim Presiden Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. Sebelumnya kedua mengklaim memiliki bukti virus corona berasal dari laboratorium di Wuhan, China. 

"Dari perspektif kami, hal ini masih spekulatif. Tapi seperti setiap organisasi berbasis bukti, kami sangat bersedia untuk menerima informasi apa pun yang menunjukkan asal virus," kata kepala bidang kedaruratan WHO Michael Ryan, Selasa (5/5).

Ryan kembali menegaskan bukti yang diterima badan kesehatan PBB itu bahwa virus corona berasal dari alam. Sebelumnya Trump dan Pompeo mengatakan mereka telah melihat bukti yang menunjukkan virus corona dapat berasal dari laboratorium Wuhan Institute of Virology.

"Jika data dan buktinya tersedia, maka pemerintah Amerika Serikat yang akan memutuskan kapan dan apakah membagikannya atau tidak. Tapi khusus mengenai hal tersebut sulit bagi WHO untuk beroperasi dalam kevakuman informasi," kata Ryan.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat