Foto pemenang World Press Photo Of The Year 2020 karya fotografer Agence France-Presse (AFP) berkebangsaan Jepang, Yasuyoshi Chiba. | worldpressphoto.org

Jurnal Foto

Ketika Bait Puisi Melawan Amunisi

Menentang sebuah tirani tidak selalu harus dengan mengangkat senjata.

 

Menentang sebuah tirani tidak selalu harus dengan mengangkat senjata atau dengan kekerasan. Barisan puisi yang dibacakan di tengah kegelapan pemadaman listrik oleh penguasa, berhasil memenangkan penghargaan World Press Photo of The Year 2020.

 

Foto tersebut adalah karya fotografer Agence France-Presse (AFP) berkebangsaan Jepang , Yasuyoshi Chiba. Fotonya merekam suasana protes melalui puisi yang dibacakan oleh Mohamed Yousif - sebagaimana dikutip dari laman nrl.nl - seorang pemuda 16 tahun di sela unjukrasa pascalengsernya diktator Omar al Bashir di Karthoum, Sudan. Mirip-mirip dengan saat Reformasi 1998 di negara kita.

 

“Saat itu suasana di sana gelap total. Tiba-tiba massa mulai bertepuk tangan di kegelapan,” kenang Chiba. ”Mereka mengangkat ponsel dan menyorotkan lampu ponsel ke arah seorang pemuda di tengah mereka,” lanjutnya.

 

Si pemuda yang belakangan diketahui bernama Mohamed Yousif membacakan puisi protes yang terkenal. Di sela pembacaan puisinya, massa meneriakan ‘thawra’ yang berarti revolusi dalam bahasa Arab.

 

“Ekspresi wajah dan suaranya sangat mengesankan. Saya tidak berhenti memotretnya,” tambah Chiba.

 

Turunnya diktator  yang berkuasa selama 30 tahun ini tidak serta merta berujung pada selesainya konflik di sana. Tarik ulur kepentingan antara militer dan sipil dalam mengelola kekuasaan yang kosong berkepanjangan.

 

Aksi protes pun terus berlanjut. Hingga pemerintah sementara mematikan akses listrik dan internet sebagai upaya menghentikan gelombang protes. Unjuk rasa jalan terus di jalanan kota Karthoum.

Hingga akhirnya pada suatu kesempatan unjukrasa di tengah kegelapan, Mohamed Yousif muncul membacakan puisi perlawanannya. Pengunjukrasa yang ada disekelilingnya menyalakan senter dari ponselnya, menerangi sang pemuda saat membacakan puisi protesnya.

 

Belakangan, unjukrasa ini menghasilkan kesepakatan antara sipil dan militer di Sudan pada tanggal 17 Agustus 2019.

 

Foto karya Chiba ini mengalahkan lima nominiasi World Press Photo of the Year lainnya. Foto protes anti pemerintah Aljazair karya Farouk Batiche; foto pejuang Kurdi yang terluka karya Ivor Prickett; dan foto keluarga korban kecelakaan pesawat Ethopia Airlines berkabung karya Mulugeta Ayene.

 

Dua foto lainnya adalah foto senjata peluncur anti tank dari ajang pameran senjata karya Nikita Teryoshin dan potret seorang gadis 15 tahun asal Armenia karya Tomasz Kaczor. 

 

Hampir semua foto nominasi lain menampilkan unsur kekerasan dalam visualnya. Paling sedikit unsur kekerasan dalam foto tadi adalah adalah foto senjata peluncur anti tank. Senjata untuk membunuh.

 

Salah seorang juri World Press Photo 2020 Lekgetho Makola, berkomentar pada laman WPP 2020, “Sangat penting bagi kita untuk mempunyai foto yang menginspirasi. Terutama saat kita berada di era banyak terjadi kekerasan dan konflik,” ujarnya. Kami melihat pemuda ini yang tidak menembakkan senjata, melempar batu melainkan membaca puisi. Ini sebagai sebuah bentuk pengakuan dan pengharapan (akan dunia tanpa kekerasan).

 

Yasuyoshi Chiba adalah Chief Photographer Agence France-Presse (AFP) untuk wilayah Afrika Timur dan Samudra Hindia. Saat ini ia bermarkas di Nairobi, Kenya. Setelah belajar fotografi pada Musashino Art University di Tokyo,  Chiba memulai karir di Asahi Shimbun. Kemudian pindah ke Kenya pada 2007 sebagai fotografer lepas dan bergabung dengan AFP di Brazil pada 2011.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat