Warga menunjukkan aplikasi | ANTARA FOTO

Opini

Disrupsi dalam Pandemi

Tentu kita yakin budaya gotong royong merupakan nilai utama yang akan membawa bangsa kita keluar dari musibah,

Oleh: BUDI WIWEKO Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

 Sudah hampir satu bulan, wabah virus korona merebak di Tanah Air. Pemerintah memberlakukan physical dan social distancing yang mewajibkan hampir semua aktivitas kehidupan dilakukan dari rumah.

Virus yang dikenal dengan nama SARS-CoV-2 ini telah menginfeksi 853.864 orang di seluruh dunia, dengan angka kematian 42 ribu orang. Di Indonesia, sampai saat ini, terdapat 1.528 penderita dan 136 orang meninggal dunia dengan Pulau Jawa sebagai episentrum.

Berkaca pada hipotesis penularan penyakit Covid-19 yang diduga melalui droplet dan aerosol menyebabkan seluruh dunia memberlakukan aturan physical distancing, menggalakkan penggunaan masker bedah serta perilaku hidup bersih dan sehat.

Pemerintah Indonesia memberlakukan hal yang sama terhitung sejak 16 Maret sampai saat ini. Semua sekolah dan perguruan tinggi diliburkan, termasuk aktivitas perkantoran. Istilah bekerja dari rumah mendadak naik daun dan menjadi begitu populer.

Dalam tiga pekan terakhir, kita bisa melihat fenomena menarik. Terlihat dosen, guru, mahasiswa, pelajar, dan tenaga administrasi pendidikan berusaha keras menguasai teknologi pembelajaran daring.

 
Dalam tiga pekan terakhir, kita bisa melihat fenomena menarik. Terlihat dosen, guru, mahasiswa, pelajar, dan tenaga administrasi pendidikan berusaha keras menguasai teknologi pembelajaran daring.
 
 

Berbagai platform pembelajaran jarak jauh dicoba, dari gratis sampai berbayar. Sebenarnya, format massive open online course merupakan salah satu wahana yang sudah lama ditawarkan untuk peningkatan akses dan kualitas metode pembelajaran. 

Kurang lebih tiga tahun terakhir ini, era disrupsi mengingatkan pentingnya teknologi digital, virtual reality, augmented reality, deep learning, dan machine learning, termasuk artificial intelligence (AI) sebagai bekal inovasi untuk meningkatkan kemaslahatan manusia.

Hikmah positif pandemi Covid-19 telah memaksa dan mempercepat kita untuk menguasai teknologi pembelajaran jarak jauh, tanpa harus mengurangi kualitas materi yang diajarkan serta target pencapaian pembelajaran.

Di sisi lain, kita melihat karyawan menyelesaikan pekerjaannya dari rumah, melakukan pertemuan dan koordinasi daring, serta berupaya mengatur pekerjaan seefisien mungkin. Korona secara tak langsung mengajarkan kita bekerja lebih efisien, cepat, dan tepat sasaran.

 Pelayanan kesehatan

 Saat pandemi Covid-19, sebagian besar rumah sakit menutup layanan rawat jalan dan pembedahan berencana untuk menurunkan risiko penularan. Tentu, ini menimbulkan masalah bagi pasien yang membutuhkan konsultasi dengan dokter mengenai penyakitnya.

Teknologi telemedicine saat ini sudah dikenal dan banyak dilakukan di berbagai negara untuk membantu sekaligus mengatasi masalah jarak dan waktu dalam konsultasi antara pasien dan dokter, ataupun antara fasilitas pelayanan kesehatan satu sama lainnya.

Saat pandemi ini, organisasi profesi di dunia seperti American College Obstetric Gynecology mengeluarkan rekomendasi pengutamaan penggunaan telemedicine untuk setiap pasien yang ingin berkonsultasi dengan dokter.

National Health Services Inggris sejak lama memiliki aplikasi berbasis telemedicine Now GP yang sudah melayani lebih dari satu juta pasien.

Indonesia sebagai raksasa teknologi digital Asia pada 2018, memiliki pengguna aktif telepon pintar lebih dari 100 juta penduduk. Peluang ini harus bisa kita manfaatkan dengan menjembatani kebutuhan pasien terhadap pelayanan kesehatan melalui telemedicine.

 
Peluang ini harus bisa kita manfaatkan dengan menjembatani kebutuhan pasien terhadap pelayanan kesehatan melalui telemedicine.
 
 

Kementerian Kesehatan baru mengatur telemedicine antarfasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 20 Tahun 2019, tetapi ini saatnya kita mengakselerasi implementasi telemedicine.

Banyaknya perusahaan rintisan digital dalam pelayanan kesehatan perlu didukung dan dilindungi pemerintah melalui peraturan mengenai hak dan kewajiban dokter, pasien, ataupun provider dalam layanan telemedicine.

Penggunaan kanal telemedicine resmi dalam pelayanan kesehatan Indonesia diyakini jadi salah satu jalan keluar untuk menutupi defisit program jaminan kesehatan nasional.

Inovasi produk kesehatan

Hikmah pandemi Covid-19 ini juga memaksa kita berpikir untuk memenuhi kebutuhan alat medis dan obat-obatan secara mandiri. Selama ini, tak kurang dari 90 persen, baik kebutuhan obat maupun alat medis kita datangkan dengan proses impor.

Saat ini, kita memutar otak, bagaimana dalam waktu singkat bisa memenuhi kebutuhan alat pelindung diri (APD), baik baju bedah, baju hazmat, masker, sarung tangan, maupun pelindung muka. Ratusan industri garmen bahkan perajin berusaha memenuhinya.

Pemerintah turut berkontribusi dengan menggelontorkan dana Rp 75 triliun. Stimulus ini diharapkan turut memacu inovasi produk kesehatan, misalnya masker N95 dan ventilator, alat bantu pernapasan yang diperlukan penderita penyakit Covid-19 derajat berat.

Pandemi Covid-19 telah menyadarkan manusia dari keangkuhan dan kecerobohannya. Program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengajarkan kita pentingnya arti tindakan promotif dan preventif dalam kesehatan.

Momentum ini sekaligus kita manfaatkan untuk mendorong peran masyarakat dalam menjaga kesehatan. Alhamdulillah, selama PSBB kita melihat bangsa Indonesia berlomba-lomba mengamalkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Di samping itu, sebagai bangsa besar tentu kita yakin budaya gotong royong merupakan nilai utama yang akan membawa bangsa kita keluar dari musibah ini, sekaligus membangun ketahanan serta kemandirian yang kuat di bidang kesehatan. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat