Puisi Bumi Allah | Daan Yahya/Republika

Sastra

Bumi Andalas Berkabung

Puisi-puisi De Eka Putrakha

Oleh DE EKA PUTRAKHA

Bumi Andalas Berkabung

 

Penghujung tahun

Bumi Andalas berkabung

langit mendung hujan menghunjam

bukit ladang sungai bendang

hutan kayu habis ditebang

akar tercerabut bah menerjang

 

secangkir gayo

segelas mandailing

secawan kawa daun

     —beriak kopi berkocak

 

di atas porak-peranda kini

petinggi negeri mengais janji

mencari secuil harga diri

namun kita menopang kaki sendiri

berusaha tetap kuat berdiri

 

7 Desember 2025

***

 

Pepohonan

 

Hijau kini menjadi kelabu

lumpur bercampur batu dan kayu

terbawa arus banjir bandang

 

Dahulu pepohonan

ditanam sembari mengamit doa

mengakar memeluk tanah moyang

kelak anak-cucu akan membaca

setiap dedaunan tumbuh lantas gugur

cabang meranting menggapai langit

berebut angin membelai menyampaikan

rasa penuh syukur atas bumi pertiwi

 

Pepohonan itu kini

berserakan menjadi bencana

semua melenyapkan tempat tinggal

kehilangan arah pulang ke rumah

 

8 Desember 2025

***

 

Seduhan Dedaunan

 

Menjelang senja secangkir pengharapan terhidang

dedaunan masa membentangkan cerita

seduhan ingatan menjadikan kenangan

aroma teh menguar membelai bait-bait kata 

berkait kemudian bertaut dan memeluk

     “kita senantiasa menjadikan

     pertemuan untuk menyatukan

     hati dan pikiran”

 

Pada dedaunan pula kisah tertulis

bila berguguran menjadi cara kembali

mencari muasal diri

bila dipetik merupakan alam mengajari

kembali pada Ilahi

 

Sebab pada setiap cangkir di tangan

seumpama harapan di genggaman

mencatatkan keberadaan diri

dedaunan usia yang dijalani

 

25 Mei 2025

***

 

Adakah Puisi yang Kelat?

 

Adakah puisi yang kelat?

serupa seduhan bubuk dedaunan

menjadikan sehangat teh terhidang

 

Padanya

menjadi cara mengenang

perjalanan panjang

hingga pada akhirnya kita

menyeduh bait demi bait

 

Adakah puisi yang kelat?

ketika menyadari usia serupa daun

bertunas tumbuh kemudian gugur

 

Padanya

menjadi cara merenung

kehidupan singkat

hingga pada mulanya kita

menyiapkan doa dan kata-kata

 

Puisi ini tersaji

menyuguhkan semacam hidangan

menyeruputnya perlahan-lahan

mensyukuri anugerah dari Tuhan

 

Jemari ini sudah seringkali

menghitung setiap lembaran usia

 

30 Mei 2025

***

 

Terbaring


Seorang tua tengah menanti

pintu masih terbuka menganga

datangkanlah kabar duhai angin

bisiknya sayu berharap waktu

masih tetap setia bersamanya

tiada yang ia ragu perihal perjumpaan

masihkah setia apabila dipertemukan

 

Kembali dipejamkannya mata

terbaring menidurkan kenangan

kapan pun mengajaknya bermimpi

dan terbangun menjadikan nyata

ia akan terus menanti dan menanti

cerita sunyi yang ingin dibagi

 

25 April 2025

***

 

Setoples Cerita

 

Ada yang tersimpan dalam ingatan

tatkala setoples cerita menjelang raya

kuikuti alur berjalan seraya melintasi

babak baru dalam halaman pertemuan

disuguhkannya sekeping tanya

bilakah cerita ini bermula dan menjelma

beragam ingin beragam angan

 

Nanti apabila kita kembali mengulang

ulangilah babak cerita ini berulang kali

sebab padanya tersimpan kenangan

dan kenangan ...

senantiasa mempertemukan kita

dalam ulangan cerita

 

27 Maret 2025

***

 

Mencintai Makna Cinta

 

“cintailah rasa cintamu

untuk mencintai makna

cinta yang sejati”

 

Sebab dalam hidup menemukan

perihal mencintai dan dicintai

seberapa jauh— seberapa dalam

keikhlasan mampu memeluk hati

apabila keduanya belum dijumpai

      berjalanlah atau berlari

     dalam pencarian dalam diri

 

10 Juli 2025

***

 

Cerita Seorang Diri

 

pernah pada suatu ketika

rumah kayu itu kian lapuk

dimakan masa yang leluasa

 

seorang perempuan tua

memeram kerinduan dalam

dibagikannya cerita seorang diri

pada secawan pahit di jemari

 

“sekiranya kau hadir di mimpi

kunyatakan bahwa kemanisan kopi

bersamamu tak ingin kuakhiri”

 

lantas dibiarkannya malam

melarutkan segala ingatan

dipeluknya sunyi yang merajam

 

24 Juni 2025

***

 

Sehangat Kopi Januari

 

di sana bara api dentam-dentum

tangis air mata keheningan

asap debu berhamburan

terbanglah doa diaminkan

 

di sini luapan air deram-derum

tawa tersimpan kebasahan

hanyut dan tenggelam

mengapung semula harapan

 

takkan pernah kutinggalkan

setapak kejadian sepanjang jalan

ingin kupeluk menghangatkan

ingin kubujuk mendamaikan

 

pada januari kuhitung

berapa kali kopi diseduh

berapa kali hati kubasuh

 

2 Januari 2025

***

 

De Eka Putrakha berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat. Tulisannya termuat dalam beberapa buku antologi bersama serta media cetak dan online (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura). Dapat disapa melalui facebook De Eka Putrakha atau instagram @deekaputrakha

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat